Meskipun normal, cukup banyak orang tua yang khawatir dengan bayinya karena sulit membedakan gumoh dengan muntah.
Gumoh terjadi saat bayi minum susu terlalu banyak, susu mengalir keluar dengan sendirinya karena ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil dan katup lambung yang belum kuat.
Muntah pada bayi tampak mengalami usaha untuk mengeluarkan susu. Bayi yang muntah tampak mengedan, tidak nyaman atau rewel. Sebagian besar muntah bayi merupakan hal yang abnormal.
Gumoh adalah kondisi di mana makanan atau cairan yang sudah dikonsumsi kembali naik ke kerongkongan atau mulut tanpa disertai dengan usaha muntah. Gumoh umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak kecil, tetapi dalam beberapa kasus, juga dapat terjadi pada orang dewasa.
Ilustrasi gumoh pada lansia (Sumber: canva.com) |
Dalam istilah medis, gumoh pada lansia sering disebut sebagai "regurgitasi" atau "refluks gastroesofagus.
Regurgitasi adalah istilah yang menggambarkan keluarnya makanan atau cairan dari lambung ke kerongkongan atau mulut tanpa disertai dengan usaha muntah.
Refluks gastroesofagus mengacu pada kondisi di mana isi lambung naik kembali ke kerongkongan secara berulang.
Lansia juga dapat mengalami gumoh. Meskipun gumoh lebih umum terjadi pada bayi dan anak-anak, namun beberapa faktor yang sama juga dapat menyebabkan gumoh pada lansia.
Beberapa penyebab gumoh pada lansia meliputi:
π Refluks gastroesofagus:
Lansia juga dapat mengalami refluks gastroesofagus, di mana isi lambung naik kembali ke kerongkongan. Penyebabnya bisa bervariasi, termasuk adanya penurunan fungsi sfingter esofagus bagian bawah atau peningkatan tekanan di dalam perut.
π Penyempitan atau obstruksi saluran pencernaan:
Lansia mungkin mengalami kelainan pada saluran pencernaan, seperti penyempitan atau obstruksi pada kerongkongan atau lambung, yang dapat menyebabkan gumoh.
π Gastroparesis:
Ini adalah kondisi di mana gerakan otot lambung menjadi lambat, yang dapat menyebabkan makanan tinggal lebih lama di dalam lambung. Ini bisa menyebabkan gumoh pada lansia.
π Obat-obatan:
Beberapa obat yang umum digunakan oleh lansia, seperti obat anti inflamasi non steroid atau obat untuk tekanan darah tinggi, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan menyebabkan gumoh.
π Gangguan pencernaan lainnya:
Lansia juga dapat menderita gangguan pencernaan seperti gastroparesis diabetes, hernia hiatus, atau gangguan motilitas esofagus, yang semuanya dapat menyebabkan gumoh.
Kegembiraan lansia bila sembuh dari penyakit ( Sumber: foto LPC-lansia) |
π¬ Jika seorang lansia mengalami gumoh yang persisten atau memburuk, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan penyebab gumoh dan meresepkan pengobatan yang sesuai.
Ada beberapa penyakit atau kondisi pada lansia yang dapat menyebabkan gumoh. Beberapa di antaranya, meliputi:
πRefluks gastroesofagus (GERD):
Ini adalah penyakit di mana asam lambung naik kembali ke kerongkongan secara teratur. GERD dapat menyebabkan gejala seperti gumoh, sensasi terbakar di dada (heartburn), dan rasa asam di mulut. Lansia lebih rentan terhadap GERD karena penurunan elastisitas otot dan penurunan fungsi sfingter esofagus bagian bawah.
Dalam kasus GERD, bagian sfingter esofagus mengalami gangguan atau melemah, sehingga membuat proses relaksasi menjadi terlalu kendur. Ini dapat menyebabkan naiknya makanan yang ditampung beserta cairan asam lambung ke esofagus, kondisi ini disebut dengan “refluks”.
π Gastroparesis:
Ini adalah gangguan fungsional yang memengaruhi saraf dan otot perut. Hal itu membuat kontraksi otot perut lebih lemah dan lebih lambat dari yang seharusnya untuk mencerna makanan dan menyebarkannya ke usus. Di mana otot-otot lambung tidak berkontraksi dengan normal, menyebabkan makanan tetap lebih lama di dalam lambung. Gastroparesis pada lansia dapat menyebabkan gumoh dan rasa kembung.
π Penyakit saluran empedu:
Lansia juga berisiko mengalami penyakit saluran empedu seperti batu empedu atau inflamasi kandung empedu. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan aliran empedu dan pencernaan lemak yang tidak adekuat, yang dapat menghasilkan gumoh.
π Prolaps mitral:
Pada beberapa kasus, prolaps mitral (kondisi di mana katup jantung mengalami kebocoran atau penonjolan ke atrium) dapat menyebabkan gejala seperti gumoh dan nyeri dada pada lansia.
π Obstruksi saluran pencernaan:
Adanya penyempitan, tumor, atau penyumbatan pada saluran pencernaan seperti kerongkongan, lambung, atau usus dapat menyebabkan gumoh pada lansia.
π Efek samping obat:
Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk kondisi medis yang berbeda. Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi saluran pencernaan atau peningkatan produksi asam lambung, yang dapat menyebabkan gumoh.
Lansia butuh perawatan intensif agar tetap sehat ( Sumber: foto LPC-lansia) |
π¬ Terkait dengan gumoh pada lansia, sangat penting bagi mereka untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes tambahan jika diperlukan, untuk menentukan penyebab gumoh dan merencanakan pengobatan yang sesuai.
Penanganan gumoh pada lansia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi dan mengurangi gumoh pada lansia:
π© Modifikasi pola makan:
Lansia dengan gumoh disarankan untuk menghindari makanan atau minuman yang dapat memicu refluks asam, seperti makanan berlemak, makanan pedas, makanan tinggi asam, kafein, alkohol, dan cokelat. Makan dalam porsi kecil, tetapi lebih sering, juga dapat membantu mengurangi beban pada lambung.
π© Menghindari makan sebelum tidur:
Lansia sebaiknya tidak makan atau minum dalam waktu 2-3 jam sebelum tidur. Memberi waktu bagi makanan untuk dicerna sebelum berbaring dapat membantu mencegah refluks.
π© Mengatur posisi tidur:
Mengangkat kepala tempat tidur atau menggunakan bantal tambahan dapat membantu mencegah asam lambung naik ke kerongkongan saat tidur. Menghindari tidur dalam posisi datar dapat membantu mengurangi gumoh.
π© Menjaga berat badan yang sehat:
Obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko refluks asam. Lansia harus mempertahankan berat badan yang sehat dengan mengadopsi pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang sesuai.
π© Hindari pakaian ketat:
Memakai pakaian yang terlalu ketat di sekitar perut dan dada dapat meningkatkan tekanan pada perut dan memicu refluks. Lansia sebaiknya memilih pakaian yang longgar dan nyaman.
π© Menghindari merokok:
Merokok dapat merusak katup antara lambung dan kerongkongan, serta meningkatkan risiko refluks asam. Berhenti merokok atau menghindari paparan asap rokok dapat membantu mengurangi gumoh.
π© Konsultasi dengan dokter:
Jika langkah-langkah di atas tidak memberikan perbaikan, atau jika gumoh berkepanjangan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan evaluasi menyeluruh, memberikan pengobatan yang sesuai, atau merujuk lansia ke spesialis yang lebih terlatih dalam masalah pencernaan jika diperlukan.
π¬ Penting untuk dicatat bahwa langkah-langkah di atas hanya bersifat umum dan mungkin tidak cocok untuk setiap individu. Setiap lansia dengan gumoh harus mendapatkan nasihat dan panduan dari dokter mereka berdasarkan situasi dan kondisi kesehatan masing-masing.
Sumber:
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gastroparesis/
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15522-gastroparesis
https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/gastroparesis/symptoms-causes
No comments:
Post a Comment