Thursday, 11 May 2023

Waspada,penyebab kematian nomor 6 di seluruh dunia

 

Ilustrasi periksa gula darah
(canva.com)


      Menurut World Health Organization (WHO), diabetes adalah salah satu dari 10 penyakit yang paling sering terjadi di dunia, dan merupakan penyebab kematian nomor enam di dunia. 

Pada tahun 2021, WHO memperkirakan bahwa sekitar 422 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat di masa depan.Masyarakat sering menyebutnya sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula

Diabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah seseorang lebih tinggi dari normal. Hal ini terjadi ketika tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif. 

Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan membantu mengontrol kadar gula darah. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jika tidak diobati dengan baik, seperti kerusakan pada organ tubuh dan bahkan kematian. 

Diabetes dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu: diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.

👉 Diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin sama sekali

👉 Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif.

      Ukuran gula darah atau kadar glukosa darah normal pada orang dewasa sehat adalah antara 70 hingga 99 mg/dL (miligram per deciliter) saat puasa atau tidak makan selama 8 jam. Setelah makan, kadar gula darah normal pada orang dewasa sehat adalah kurang dari 140 mg/dL dalam waktu 2 jam. 

Normalnya kadar gula darah dapat berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan riwayat medis seseorang. Jika seseorang memiliki kadar gula darah di luar rentang normal, dapat menandakan adanya gangguan metabolik seperti diabetes atau masalah kesehatan lainnya.

Penting untuk selalu memantau kadar gula darah secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter jika ada perubahan atau gejala yang tidak biasa.

     Tubuh tidak dapat mengatur insulin dengan baik pada penderita diabetes karena ada gangguan pada sistem metabolisme glukosa. 

Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang memproduksi insulin di pankreas, sehingga produksi insulin menurun atau bahkan berhenti sama sekali. 

Sedangkan pada diabetes tipe 2, tubuh masih memproduksi insulin, namun sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik sehingga glukosa tidak dapat dimetabolisme dengan efektif dan menumpuk dalam darah.

     Diabetes dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun penyakit ini lebih umum terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia. Diabetes tipe 2, yang merupakan jenis diabetes yang paling umum, biasanya terjadi pada orang dewasa yang berusia di atas 40 tahun, meskipun dapat terjadi pada usia yang lebih muda.

Beberapa tahun terakhir, diabetes tipe 2 semakin sering terjadi pada anak-anak dan remaja karena adanya peningkatan angka obesitas pada kelompok usia tersebut. Diabetes tipe 1, sering terjadi pada anak-anak dan remaja, dapat terjadi pada usia berapa pun, namun kebanyakan terjadi sebelum usia 30 tahun. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 juga dikenal sebagai diabetes awal usia.

     Pada umumnya, risiko terkena diabetes meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu, orang yang berusia di atas 45 tahun dan memiliki faktor risiko seperti kegemukan, kurang beraktivitas fisik, dan riwayat keluarga dengan diabetes, harus memeriksakan diri secara teratur untuk mendeteksi kemungkinan terkena diabetes.

Beberapa ciri-ciri tubuh yang sudah terkena diabetes:

💧 Sering merasa haus dan lapar.

💧 Sering buang air kecil, terutama di malam hari.

💧 Kelelahan yang tidak bisa dijelaskan dengan sebab yang jelas.

💧 Penglihatan kabur.

💧 Luka sulit sembuh.

💧 Infeksi sering terjadi pada kulit atau saluran kemih.

💧 Munculnya kram atau mati rasa pada tangan atau kaki.

💧 Penurunan berat badan yang tidak diinginkan.

💧 Sering mengalami gejala seperti kesemutan atau lemah pada lengan atau kaki.

💧 Napas bau aseton atau seperti buah-buahan.

    Catatan :

     Penting diingat bahwa beberapa orang dengan diabetes mungkin tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala ringan. Oleh karena itu, memeriksakan diri secara teratur ke dokter dan melakukan tes gula darah, khususnya jika memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga yang menderita diabetes, obesitas, atau gaya hidup tidak sehat.


Gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes tipe 2,antara lain:

💣 Kegemukan atau obesitas. 

Kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes karena dapat mempengaruhi resistensi insulin, yaitu ketidakmampuan tubuh untuk merespons insulin dengan benar.

💣 Kurangnya aktivitas fisik. 

Kurangnya aktivitas fisik dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes.

💣 Pola makan yang tidak sehat.

 Pola makan yang kaya lemak jenuh, gula, dan karbohidrat sederhana, serta rendah serat dapat meningkatkan risiko diabetes.

💣 Merokok. 

Merokok dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes.

💣 Minum minuman beralkohol secara berlebihan. 

Minum minuman beralkohol secara berlebihan dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko diabetes.

💣 Stres kronis. 

Stres kronis dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes.


Cara mencegah diabetes tipe 2 antara lain:

🙆 Menjaga berat badan yang sehat.

Kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes, oleh karena itu menjaga berat badan yang sehat dengan mengadopsi pola makan sehat dan berolahraga secara teratur dapat membantu mencegah diabetes.

🙆 Mengadopsi pola makan yang sehat.

Pola makan yang sehat dengan kandungan serat yang cukup, rendah lemak jenuh, rendah gula, dan rendah karbohidrat sederhana dapat membantu mencegah diabetes.

🙆 Berolahraga secara teratur. 

Berolahraga secara teratur dapat membantu menurunkan berat badan, meningkatkan sensitivitas insulin, dan membantu mengatur kadar gula darah.

🙆 Menghindari merokok dan minum alkohol secara berlebihan.

Merokok dan minum alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko diabetes dan sejumlah kondisi kesehatan lainnya, oleh karena itu sebaiknya dihindari atau dikurangi.

🙆 Mengelola stres. 

Stres kronis dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko diabetes, oleh karena itu penting untuk mengelola stres dengan cara yang sehat seperti olahraga, meditasi, atau terapi.

🙆 Memantau kadar gula darah. 

Jika memiliki faktor risiko diabetes, seperti riwayat keluarga yang menderita diabetes atau tekanan darah tinggi, memantau kadar gula darah secara teratur dapat membantu mencegah diabetes.


     Diabetes atau sering disebut penyakit kencing manis sering dijumpai di lingkungan sekitar. Ada yang sudah diderita bertahun- tahun, baik pria maupun wanita, bahkan ada yang sudah kronis dan harus diamputasi. 

Kepedulian masyarakat perlu ditingkatkan akan diabetes ini, lebih baik mencegah daripada terkena, untuk menghindari derita yang panjang  karena diabetes. 

Salam sehat untuk kita semua.




Sumber:

https://www.idf.org/aboutdiabetes/type-2-diabetes.html    

https://diabetes.org/healthy-living/weight-loss   

https://www.diabetes.co.uk/type1-diabetes-symptoms.html    

https://www.diabetesdaily.com/learn-about-diabetes/understanding-blood-sugars/is-my-blood-sugar-normal/    

                                                                  https://www.diabetesselfmanagement.com/managing-diabetes/blood-glucose-management/blood-sugar-chart/      

https://www.who.int/health-topics/diabetes#       

https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus

Saturday, 6 May 2023

Jangan Bilang Tuli,Ini Penyebabnya

     

Ilustrasi gangguan pendengaran 
(canva.com)

      Berdasarkan informasi World Health Organization (WHO), melaporkan bahwa lebih dari 25% orang yang berusia di atas 65 tahun mengalami gangguan pendengaran. 

Gangguan pendengaran pada lansia dapat bervariasi dari gangguan pendengaran ringan hingga kehilangan pendengaran yang signifikan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penuaan, paparan suara bising, infeksi telinga, atau penggunaan obat-obatan tertentu. 

      Penurunan kemampuan pendengaran atau kehilangan pendengaran secara bertahap adalah bagian dari proses penuaan yang normal dan dapat mempengaruhi hampir semua orang di atas usia 65 tahun.

 Kondisi ini dikenal sebagai presbycusis  (prez-buh-KYOO-sis),penyebab gangguan pendengaran pada lansia dapat bervariasi, termasuk paparan suara yang berlebihan selama bertahun-tahun, infeksi telinga, masalah kesehatan seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, dan efek samping dari obat-obatan tertentu.

Gangguan pendengaran juga bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, kondisi jantung, stroke, cedera kepala, dan tumor. Selain itu, faktor genetik juga dapat berperan dalam kehilangan pendengaran pada lansia.

       Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia karena dapat menyebabkan isolasi sosial, kesulitan berkomunikasi, kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, dan bahkan depresi. Oleh karena itu, sangat penting bagi lansia untuk melakukan pemeriksaan pendengaran secara teratur dan mencari perawatan jika mengalami gejala kehilangan pendengaran. 

Gangguan pendengaran yang tidak diobati dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik lansia, termasuk peningkatan risiko depresi, kesepian, dan isolasi sosial. Oleh karena itu, sangat penting bagi lansia untuk memeriksakan pendengaran mereka secara teratur dan memperoleh perawatan yang tepat jika diperlukan.

Faktor risiko , banyak pekerja konstruksi, petani, musisi, pekerja bandara, penata taman, dan orang-orang di militer mengalami gangguan pendengaran bahkan di usia muda dan menengah akibat paparan suara keras.  

Catatan:

Presbycusis, atau gangguan pendengaran terkait usia, menyebabkan perubahan pada telinga bagian dalam seiring bertambahnya usia yang mengakibatkan gangguan pendengaran yang lambat namun stabil. Pada orang tua, gangguan pendengaran sering dikacaukan dengan, atau memperumit, kondisi seperti demensia

      Meskipun gangguan pendengaran pada lansia tidak dapat sepenuhnya dihindari, beberapa tindakan  untuk membantu mencegah atau memperlambat kehilangan pendengaran pada lansia, antara lain:

  • Hindari paparan suara yang berlebihan, seperti suara musik terlalu keras atau mesin pabrik yang bising.
  • Gunakan alat pelindung pendengaran seperti headphone atau earplug ketika bekerja atau berada di lingkungan yang bising.
  • Jaga kesehatan telinga dengan membersihkannya secara teratur, tetapi hindari menggunakan cotton bud atau benda-benda tajam yang dapat merusak telinga.
  • Jaga kesehatan tubuh secara umum dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari rokok dan minuman beralkohol.
  • Hindari penggunaan obat-obatan tertentu yang diketahui dapat menyebabkan kehilangan pendengaran atau mengonsumsi obat sesuai dengan dosis yang tepat.
  • Lakukan pemeriksaan pendengaran secara teratur dan segera mencari perawatan jika mengalami gejala kehilangan pendengaran.
  • Menggunakan alat bantu dengar jika diperlukan.

Beberapa jenis makanan tertentu diketahui dapat membantu menjaga kesehatan pendengaran, terutama pada lansia, antara lain:  

🙋Ikan laut

Ikan laut seperti salmon, sarden, dan tuna mengandung asam lemak omega-3 yang baik untuk kesehatan pembuluh darah dan jaringan saraf di telinga.

🙋 Kacang-kacangan dan biji-bijian: 

Kacang-kacangan seperti almond, kenari, dan kacang-kacangan lainnya, serta biji-bijian seperti biji labu, mengandung magnesium yang dapat membantu melindungi sel-sel pendengaran di telinga.

🙋 Buah dan sayuran: 

Buah-buahan dan sayuran yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, stroberi, mangga, paprika, dan brokoli, dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah di telinga dan memperbaiki kerusakan sel-sel pendengaran.

🙋 Makanan yang mengandung antioksidan: 

Antioksidan seperti vitamin E dan beta-karoten yang terdapat pada makanan seperti wortel, bayam, ubi jalar, dan alpukat, dapat membantu melindungi sel-sel pendengaran dari kerusakan akibat radikal bebas.

🙋Teh hijau: 

Teh hijau mengandung senyawa anti-inflamasi dan antioksidan yang dapat membantu melindungi sel-sel pendengaran.

        Meskipun konsumsi makanan tersebut dapat membantu menjaga kesehatan pendengaran, tetapi tetap disarankan untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara teratur.

Upaya yang diperlukan bila sudah kena gangguan pendengaran adalah pakai alat bantu dengar.

      Alat bantu dengar adalah instrumen elektronik yang dikenakan di dalam atau di belakang telinga ,dapat sangat bermanfaat bagi lansia yang mengalami gangguan pendengaran atau kehilangan pendengaran. 

Kehilangan pendengaran pada lansia dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka, termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, menikmati aktivitas yang disukai, dan bahkan dapat menyebabkan rasa isolasi sosial dan depresi.

 Alat bantu dengar dapat membantu memperbaiki kemampuan pendengaran dan memungkinkan lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari dan menjalani kehidupan secara mandiri. Ada berbagai jenis alat bantu dengar yang tersedia, termasuk alat bantu dengar dalam-kuping dan luar-kuping, serta alat bantu dengar implant. 

Namun, penting untuk diingat bahwa alat bantu dengar tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendengaran yang normal dan perlu diatur dan disesuaikan oleh profesional kesehatan yang berkualitas. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli audiologi untuk memilih alat bantu dengar yang paling sesuai untuk kebutuhan lansia.






Sumber:

https://betterhearing.org/your-hearing-health/how-hearing-works/  

https://www.asha.org/publications/      

https://www.hearingloss.org/hearing-help/hearing-loss-basics/       

https://rnid.org.uk/hearing-research/preventing-hearing-loss/    

https://www.ndcs.org.uk/information-and-support/first-diagnosis/people-you-may-meet/  

https://www.nidcd.nih.gov/health/age-related-hearing-loss     

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss



Tuesday, 2 May 2023

Celaka ! Tidak Bisa Bedakan Depresi,Kecemasan Dan Demensia

    

Kumpul keluarga besar,baik untuk lansia mengatasi Depresi

Silaturahmi,memperpanjang umur

      Menurut badan Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 20% orang dewasa berusia 60 tahun ke atas menderita gangguan mental atau neurologis dan 6,6% dari semua kecacatan di antara orang berusia di atas 60 tahun dikaitkan dengan gangguan mental dan neurologis.   

Gangguan mental dan neurologis pada lansia adalah dua jenis kondisi kesehatan yang berbeda namun dapat saling terkait.  

Perbedaan utama antara gangguan mental dan neurologis

Gangguan mental pada lansia melibatkan gangguan pada kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan demensia, Jadi lebih banyak berhubungan dengan gangguan kesehatan mental atau emosional. Gangguan mental pada lansia cenderung mempengaruhi perasaan, suasana hati, dan perilaku seseorang

Gangguan neurologis pada lansia melibatkan gangguan pada sistem saraf dan fungsi otak, seperti Parkinson, stroke, dan penyakit Alzheimer. Jadi lebih banyak berkaitan dengan fungsi saraf dan otak yang terganggu. Gangguan neurologis pada lansia cenderung mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, berbicara, atau berpikir.

Pemahaman depresi, kecemasan dan demensia pada gangguan mental

Depresi

Sebuah kondisi kesehatan mental yang ditandai oleh perasaan sedih, kehilangan minat atau kegembiraan, kurang energi, dan gangguan tidur atau nafsu makan. Depresi dapat mempengaruhi cara seseorang merasakan, berpikir, dan bertindak, dan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari.      

Faktor -faktor penyebab depresi,  seperti perubahan kimia dalam otak, stres, kecemasan, dan masalah hubungan atau pekerjaan. Faktor risiko termasuk riwayat keluarga dengan depresi, perubahan hormon, dan penggunaan obat-obatan tertentu.

Gejala depresi dapat bervariasi dari satu orang ke orang lainnya, namun beberapa gejala umum meliputi:

  • Perasaan sedih atau tidak bahagia
  • Kehilangan minat atau kegembiraan dalam kegiatan yang biasanya disukai
  • Kelelahan atau kekurangan energi
  • Gangguan tidur atau perubahan dalam pola tidur
  • Kehilangan nafsu makan atau peningkatan nafsu makan
  • Kesulitan berkonsentrasi atau mengambil keputusan
  • Perasaan bersalah atau tidak berharga
  • Pikiran tentang kematian atau bunuh diri

Kecemasan 

Sebuah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan takut atau khawatir yang intens, berlebihan, dan berkelanjutan. Kecemasan dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak, dan dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Faktor-faktor penyebab kecemasan, perubahan kimia dalam otak, stres, trauma, kecemasan masa lalu, dan masalah hubungan atau pekerjaan. Faktor risiko termasuk riwayat keluarga dengan kecemasan, kondisi medis yang mendasar, dan penggunaan obat-obatan tertentu. 

Beberapa gejala umum kecemasan meliputi:

  • Perasaan gelisah atau cemas
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Gangguan tidur atau perubahan dalam pola tidur
  • Keringat berlebihan atau gemetar
  • Nyeri perut atau mual
  • Kepala pusing atau sesak napas
  • Detak jantung yang cepat atau palpitasi
  • Pikiran tentang kemungkinan bahaya atau kekhawatiran yang berlebihan

Catatan:

       Depresi dan Kecemasan dapat diobati dengan berbagai cara, seperti terapi psikologis dan obat-obatan. Terapi dapat membantu seseorang mempelajari cara mengatasi stres dan kekhawatiran serta mengelola emosi. Obat-obatan seperti obat anti-kecemasan atau antidepresan dapat membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan dengan memengaruhi kimiawi otak yang terkait dengan perasaan dan suasana hati. Selain itu, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan dan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Demensia

Sebuah kondisi kesehatan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, mengingat, dan menjalani aktivitas sehari-hari. Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel otak yang mempengaruhi fungsi kognitif, termasuk memori, pemikiran abstrak, dan bahasa.

      Demensia dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti Alzheimer, Parkinson, atau gangguan sirkulasi otak. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami demensia meliputi usia, riwayat keluarga dengan kondisi ini, penyakit jantung atau stroke, serta gaya hidup yang tidak sehat. 

Gejala demensia bervariasi dari satu orang ke orang lainnya, namun beberapa gejala umum meliputi:

  • Kesulitan mengingat nama orang atau objek tertentu
  • Kesulitan berbicara atau mengekspresikan diri dengan jelas
  • Kesulitan memahami instruksi atau informasi tertulis
  • Kesulitan menjalankan tugas-tugas yang biasanya mudah dilakukan
  • Perubahan suasana hati atau kepribadian yang tidak wajar
  • Kehilangan minat dalam kegiatan yang biasanya disukai
  • Kesulitan dalam berpikir abstrak atau menyelesaikan masalah

Tidak ada obat atau pengobatan yang dapat menyembuhkan dementia, namun terapi dan perawatan dapat membantu seseorang mengelola gejala dan mempertahankan fungsi kognitif sebanyak mungkin. Terapi yang direkomendasikan termasuk terapi kognitif dan terapi perilaku, serta perawatan kesehatan secara umum untuk kondisi medis yang mendasar yang dapat memperburuk gejala dementia.

Manfaat Berkumpul Bersama Keluarga Besar

     Arisan keluarga dan silatuhrami  (mengikat persahabatan dan persaudaraan) dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan lansia. Arisan keluarga dan silahturahmi dapat membantu meningkatkan interaksi sosial dan kegiatan sehari-hari bagi lansia, yang dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi risiko depresi dan kecemasan. Lansia dapat terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat secara sosial dan psikologis, seperti berbicara dengan orang lain, berbagi cerita, dan membangun hubungan yang positif dengan anggota keluarga dan teman-teman. Membantu lansia merasa dihargai dan diakui, yang dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.

 Manfaat kebersamaan untuk lansia, antara lain:

👉 Meningkatkan kesehatan mental:  

Berkumpul dengan keluarga dapat memberikan dukungan emosional dan meningkatkan kesejahteraan mental lansia, dapat membantu mengurangi risiko depresi dan kecemasan.

👉 Meningkatkan kualitas hidup:    

Berkumpul dengan keluarga dapat memberikan kesempatan bagi lansia untuk mengalami kebahagiaan, kebersamaan, dan rasa nyaman. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.

👉 Meningkatkan dukungan sosial:    

Berkumpul dengan keluarga dapat memberikan dukungan sosial yang penting bagi lansia, mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kesejahteraan sosial lansia.

👉 Meningkatkan kesehatan fisik:   

Berkumpul dengan keluarga juga dapat memberikan manfaat kesehatan fisik, seperti membantu mendorong lansia untuk tetap aktif dan melakukan kegiatan fisik yang bermanfaat.

👉 Meningkatkan hubungan keluarga: 

Berkumpul dengan keluarga dapat membantu meningkatkan hubungan keluarga dan mempererat ikatan keluarga, lansia merasa lebih dekat dengan anggota keluarganya dan merasa lebih terhubung.  Mari berkumpul bersama keluarga besar, beri semangat untuk meningkatkan kesehatan mental orang tua yang sudah lansia. Selagi mereka masih ada dan hadir di tengah-tengah keluarga Anda, mungkin ini salah satu makna silaturahmi memperpanjang umur.              

      Namun jika lansia mengalami masalah kesehatan mental yang serius, seperti depresi atau kecemasan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental atau dokter.

 





Sumber

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-of-older-adults   

https://www.nimh.nih.gov/health/topics/bipolar-disorder        

https://www.samhsa.gov/serious-mental-illness      

https://www.aagponline.org/                 

https://mhanational.org/living-mentally-healthy