Wednesday, 12 July 2023

Lansia Gumoh, Ternyata Bukan Bayi Saja, Hati-hati

             Meskipun normal, cukup banyak orang tua yang khawatir dengan bayinya karena  sulit membedakan gumoh  dengan muntah

Gumoh terjadi saat bayi minum susu terlalu banyak, susu mengalir keluar dengan sendirinya karena ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil  dan katup lambung yang belum kuat.

Muntah pada bayi tampak mengalami usaha untuk mengeluarkan susu. Bayi yang muntah tampak mengedan, tidak nyaman atau rewel. Sebagian besar muntah bayi merupakan hal yang abnormal.

           Gumoh  adalah kondisi di mana makanan atau cairan yang sudah dikonsumsi kembali naik ke kerongkongan atau mulut tanpa disertai dengan usaha muntah. Gumoh umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak kecil, tetapi dalam beberapa kasus, juga dapat terjadi pada orang dewasa. 

Ilustrasi gumoh pada lansia
(Sumber: canva.com)

Dalam istilah medis, gumoh pada lansia sering disebut sebagai "regurgitasi" atau "refluks gastroesofagus. 

Regurgitasi adalah istilah yang menggambarkan keluarnya makanan atau cairan dari lambung ke kerongkongan atau mulut tanpa disertai dengan usaha muntah. 

Refluks gastroesofagus mengacu pada kondisi di mana isi lambung naik kembali ke kerongkongan secara berulang.

Lansia juga dapat mengalami gumoh. Meskipun gumoh lebih umum terjadi pada bayi dan anak-anak, namun beberapa faktor yang sama juga dapat menyebabkan gumoh pada lansia. 

Beberapa penyebab gumoh pada lansia meliputi:

πŸ“Œ Refluks gastroesofagus: 

Lansia juga dapat mengalami refluks gastroesofagus, di mana isi lambung naik kembali ke kerongkongan. Penyebabnya bisa bervariasi, termasuk adanya penurunan fungsi sfingter esofagus bagian bawah atau peningkatan tekanan di dalam perut.

πŸ“Œ Penyempitan atau obstruksi saluran pencernaan:

Lansia mungkin mengalami kelainan pada saluran pencernaan, seperti penyempitan atau obstruksi pada kerongkongan atau lambung, yang dapat menyebabkan gumoh.

πŸ“Œ Gastroparesis: 

Ini adalah kondisi di mana gerakan otot lambung menjadi lambat, yang dapat menyebabkan makanan tinggal lebih lama di dalam lambung. Ini bisa menyebabkan gumoh pada lansia.

πŸ“Œ Obat-obatan: 

Beberapa obat yang umum digunakan oleh lansia, seperti obat anti inflamasi non steroid  atau obat untuk tekanan darah tinggi, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan menyebabkan gumoh.

πŸ“Œ Gangguan pencernaan lainnya:

Lansia juga dapat menderita gangguan pencernaan seperti gastroparesis diabetes, hernia hiatus, atau gangguan motilitas esofagus, yang semuanya dapat menyebabkan gumoh.

Kegembiraan lansia bila sembuh dari penyakit
( Sumber: foto LPC-lansia)

             πŸ’¬ Jika seorang lansia mengalami gumoh yang persisten atau memburuk, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan penyebab gumoh dan meresepkan pengobatan yang sesuai.

Ada beberapa penyakit atau kondisi pada lansia yang dapat menyebabkan gumoh. Beberapa di antaranya, meliputi:

πŸ’€Refluks gastroesofagus (GERD):

Ini adalah penyakit di mana asam lambung naik kembali ke kerongkongan secara teratur. GERD dapat menyebabkan gejala seperti gumoh, sensasi terbakar di dada (heartburn), dan rasa asam di mulut. Lansia lebih rentan terhadap GERD karena penurunan elastisitas otot dan penurunan fungsi sfingter esofagus bagian bawah. 

Dalam kasus GERD, bagian sfingter esofagus mengalami gangguan atau melemah, sehingga membuat proses relaksasi menjadi terlalu kendur. Ini dapat menyebabkan naiknya makanan yang ditampung beserta cairan asam lambung ke esofagus, kondisi ini disebut dengan “refluks”.

πŸ’€ Gastroparesis:

Ini adalah gangguan fungsional yang memengaruhi saraf dan otot perut. Hal itu membuat kontraksi otot perut lebih lemah dan lebih lambat dari yang seharusnya untuk mencerna makanan dan menyebarkannya ke usus. Di mana otot-otot lambung tidak berkontraksi dengan normal, menyebabkan makanan tetap lebih lama di dalam lambung. Gastroparesis pada lansia dapat menyebabkan gumoh dan rasa kembung. 

πŸ’€ Penyakit saluran empedu: 

Lansia juga berisiko mengalami penyakit saluran empedu seperti batu empedu atau inflamasi kandung empedu. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan aliran empedu dan pencernaan lemak yang tidak adekuat, yang dapat menghasilkan gumoh.

πŸ’€ Prolaps mitral: 

Pada beberapa kasus, prolaps mitral (kondisi di mana katup jantung mengalami kebocoran atau penonjolan ke atrium) dapat menyebabkan gejala seperti gumoh dan nyeri dada pada lansia.

πŸ’€ Obstruksi saluran pencernaan: 

Adanya penyempitan, tumor, atau penyumbatan pada saluran pencernaan seperti kerongkongan, lambung, atau usus dapat menyebabkan gumoh pada lansia.

πŸ’€ Efek samping obat: 

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk kondisi medis yang berbeda. Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi saluran pencernaan atau peningkatan produksi asam lambung, yang dapat menyebabkan gumoh.

Lansia butuh perawatan intensif agar tetap sehat
( Sumber: foto LPC-lansia)

              πŸ’¬ Terkait dengan gumoh pada lansia, sangat penting bagi mereka untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes tambahan jika diperlukan, untuk menentukan penyebab gumoh dan merencanakan pengobatan yang sesuai.

Penanganan gumoh pada lansia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi dan mengurangi gumoh pada lansia:

🍩 Modifikasi pola makan: 

Lansia dengan gumoh disarankan untuk menghindari makanan atau minuman yang dapat memicu refluks asam, seperti makanan berlemak, makanan pedas, makanan tinggi asam, kafein, alkohol, dan cokelat. Makan dalam porsi kecil, tetapi lebih sering, juga dapat membantu mengurangi beban pada lambung.

🍩 Menghindari makan sebelum tidur: 

Lansia sebaiknya tidak makan atau minum dalam waktu 2-3 jam sebelum tidur. Memberi waktu bagi makanan untuk dicerna sebelum berbaring dapat membantu mencegah refluks.

🍩 Mengatur posisi tidur: 

Mengangkat kepala tempat tidur atau menggunakan bantal tambahan dapat membantu mencegah asam lambung naik ke kerongkongan saat tidur. Menghindari tidur dalam posisi datar dapat membantu mengurangi gumoh.

🍩 Menjaga berat badan yang sehat: 

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko refluks asam. Lansia harus mempertahankan berat badan yang sehat dengan mengadopsi pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang sesuai.

🍩 Hindari pakaian ketat:

Memakai pakaian yang terlalu ketat di sekitar perut dan dada dapat meningkatkan tekanan pada perut dan memicu refluks. Lansia sebaiknya memilih pakaian yang longgar dan nyaman.

🍩 Menghindari merokok:

Merokok dapat merusak katup antara lambung dan kerongkongan, serta meningkatkan risiko refluks asam. Berhenti merokok atau menghindari paparan asap rokok dapat membantu mengurangi gumoh.

🍩 Konsultasi dengan dokter:

Jika langkah-langkah di atas tidak memberikan perbaikan, atau jika gumoh berkepanjangan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan evaluasi menyeluruh, memberikan pengobatan yang sesuai, atau merujuk lansia ke spesialis yang lebih terlatih dalam masalah pencernaan jika diperlukan.

               πŸ’¬ Penting untuk dicatat bahwa langkah-langkah di atas hanya bersifat umum dan mungkin tidak cocok untuk setiap individu. Setiap lansia dengan gumoh harus mendapatkan nasihat dan panduan dari dokter mereka berdasarkan situasi dan kondisi kesehatan masing-masing.





Sumber:

https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/

https://www.gleneagles.com.sg/id/conditions-diseases/gastro-oesophageal-reflux-disease/symptoms-causes

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gastroparesis/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15522-gastroparesis

https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/gastroparesis/symptoms-causes

Monday, 10 July 2023

Kedutan Mata, Suatu Pertanda Atau Penyakit

         Mitos yang beredar di Indonesia, mata kedutan sebelah kiri sering dianggap sebagai pertanda baik. Apabila kamu mengalami kedutan di sudut mata sebelah kiri, itu artinya kamu akan bertemu dengan saudara jauh yang telah lama berpisah.

Di balik mitos yang beredar di atas, ada penjelasan ilmiah mengenai mata kedutan. Meskipun sensasi kedutan yang kadang muncul di dalam atau di sekitar kelopak mata dapat menyebabkan iritasi, kebanyakan mata kedutan bukan merupakan kondisi yang serius.

Mata kedutan biasanya tidak berbahaya, karena sering dipicu oleh berbagai kegiatan sehari-hari, seperti kelelahan, kurang tidur, merokok, mengonsumsi kafein atau alkohol.

Kedutan (Myokymia) kelopak mata digambarkan sebagai kontraksi terus menerus dan halus yang mempengaruhi kelopak mata  terutama bagian bawah, bentuk ini adalah kasus ringan kedutan mata yang sebagian besar pasien tidak memerlukan pengobatan.

Kedutan mata adalah kejang otot mata atau kelopak mata atau gerakan yang tidak dapat Anda kendalikan. Itu cenderung terjadi lebih banyak di kelopak mata atas Anda. Tutupnya bergerak setiap beberapa detik, biasanya hanya satu atau dua menit.

Kedutan pada kelopak mata pada lansia bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Di bawah ini adalah beberapa kemungkinan penyebabnya:

πŸ‘‰ Kelelahan dan stres: 

Kelopak mata yang kedutan bisa menjadi tanda kelelahan dan stres yang berlebihan. Pada lansia, tingkat stres yang tinggi atau kelelahan fisik yang berkepanjangan dapat menyebabkan otot-otot di sekitar kelopak mata berkontraksi tidak terkendali.

πŸ‘‰ Kurang tidur:

Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat menjadi penyebab kedutan pada kelopak mata. Hal ini sering terjadi pada lansia yang mungkin mengalami perubahan pola tidur atau memiliki masalah tidur seperti insomnia. Kelopak mata berkedut sering terjadi pada orang yang terlalu lelah. Bersiaplah untuk tidur sebentar dan tidur nyenyak.

Lansia sehat memiliki tidur berkualitas jauh dari kedutan mata
( Sumber: foto paguyuban pensiun 209)

πŸ‘‰ Mata kering:

Produksi air mata yang berkurang atau kualitas air mata yang buruk dapat menyebabkan mata menjadi kering. Kondisi ini dapat mempengaruhi otot-otot di sekitar mata dan menyebabkan kelopak mata kedutan. Dalam beberapa kasus, iritasi atau mata kering dapat menyebabkan kejang kelopak mata.

πŸ‘‰ Efek samping obat: 

Beberapa obat yang digunakan oleh lansia dapat memiliki efek samping seperti kelopak mata yang kedutan. Misalnya, obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kondisi seperti tekanan darah tinggi atau gangguan saraf tertentu dapat menyebabkan efek samping tersebut.


Lansia sehat berkumpul untuk mengelola stres dan ketegangan
( Sumber: foto pens 49 ceria)

πŸ‘‰ Gangguan saraf: 

Beberapa gangguan saraf tertentu, seperti blefarospasme atau hemifacial spasm, dapat menyebabkan kedutan pada kelopak mata. Gangguan ini melibatkan kontraksi tidak terkendali dari otot-otot di sekitar mata dan wajah.

           πŸ’¬  Bila kelopak mata kedutan pada lansia Anda berlangsung dalam jangka waktu yang lama atau disertai dengan gejala lain yang mengganggu, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan memberikan penanganan yang sesuai sesuai dengan kondisi yang mendasarinya.

Lansia sehat mampu bersantai dan mengurangi ketegangan
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Beberapa contoh penyakit dengan sindrom kedutan mata:

πŸ’₯ Blefarospasme: 

Blefarospasme adalah gangguan saraf yang ditandai oleh kontraksi berulang dan tidak terkendali dari otot-otot kelopak mata. Kedutan pada kelopak mata merupakan gejala utama dari kondisi ini. Blefarospasme dapat menyebabkan kelopak mata yang berkedut secara berulang dan berkelanjutan, terkadang menyebabkan kesulitan dalam membuka mata.

Ilustrasi kedutan kelopak mata
( Sumber: canva.com)

πŸ’₯ Hemifacial spasm:

Hemifacial spasm adalah kondisi di mana otot-otot di setengah wajah mengalami kontraksi tidak terkendali. Kondisi ini dapat mempengaruhi otot-otot kelopak mata, menyebabkan kedutan yang berulang pada kelopak mata.

πŸ’₯ Dystonia fokal:

Dystonia fokal adalah gangguan neurologis di mana terjadi kontraksi otot-otot secara tidak terkendali pada bagian tubuh tertentu. Dalam beberapa kasus, dystonia fokal dapat mempengaruhi otot-otot kelopak mata, menyebabkan kedutan yang berulang pada kelopak mata.

πŸ’₯ Sindrom Tourette: 

Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang ditandai oleh tics motorik dan vokal yang tidak terkendali. Salah satu tics motorik yang umum adalah kedutan pada kelopak mata.

πŸ’₯ Efek samping obat:

Beberapa obat, terutama obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf, dapat menyebabkan efek samping berupa kedutan pada kelopak mata.

                   Ada beberapa makanan yang diketahui baik untuk mencegah kedutan mata pada lansia. Beberapa nutrisi dan zat-zat tertentu dalam makanan ini dapat membantu menjaga kesehatan mata dan mencegah atau mengurangi kedutan pada mata. 

Beberapa contoh makanan yang baik untuk mencegah kedutan mata pada lansia:

🐬Ikan berlemak: 

Ikan seperti salmon, tuna, sarden, dan makarel mengandung omega-3 asam lemak yang penting untuk kesehatan mata. Asam lemak omega-3 dapat membantu menjaga kelembaban mata dan mengurangi risiko pengeringan mata yang dapat menyebabkan kedutan.

🐬 Sayuran hijau tua: 

Sayuran seperti bayam, kangkung, brokoli, dan kale mengandung lutein dan zeaxanthin, kedua zat ini membantu melindungi mata dari kerusakan akibat sinar matahari dan kerusakan oksidatif. Konsumsi sayuran hijau tua secara teratur dapat membantu mencegah kedutan pada mata.

🐬 Buah-buahan beri: 

Buah-buahan seperti blueberry, blackberry, dan raspberry mengandung antioksidan yang tinggi, termasuk vitamin C dan vitamin E. Antioksidan ini membantu melindungi mata dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan dan penuaan pada mata.

🐬 Telur: 

Telur mengandung nutrisi penting seperti lutein, zeaxanthin, vitamin E, dan zinc, yang semuanya baik untuk kesehatan mata. Konsumsi telur dalam jumlah moderat dapat memberikan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh mata.

🐬 Kacang-kacangan: 

Kacang-kacangan seperti almond, kenari, dan kacang Brazil mengandung vitamin E, omega-3 asam lemak, dan mineral seperti selenium yang baik untuk kesehatan mata. Makanan ini dapat membantu mencegah kerusakan pada jaringan mata dan menjaga elastisitas kulit di sekitar mata.

🐬 Wortel: 

Wortel mengandung beta-karoten, yang dapat diubah menjadi vitamin A oleh tubuh. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan membantu menjaga kekuatan dan kecerahan penglihatan. Selain wortel, makanan lain yang kaya akan beta-karoten termasuk labu, ubi jalar, dan paprika merah.

          Selain makanan-makanan tersebut, penting juga untuk menjaga asupan cairan yang cukup dan mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan antioksidan.

Untuk mencegah atau mengurangi kedutan pada mata, Anda dapat mencoba langkah-langkah berikut:

😏 Istirahat yang cukup: 

Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup setiap malam. Kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan dan meningkatkan risiko kedutan pada mata. Cobalah untuk tidur selama 7-8 jam setiap malam.

😏 Kelola stres: 

Stres yang berlebihan dapat memicu kedutan pada mata. Temukan cara untuk mengelola stres seperti meditasi, relaksasi, yoga, atau aktivitas lain yang membantu Anda bersantai dan mengurangi ketegangan.

😏 Redakan mata kering:

Mata kering dapat menyebabkan ketegangan pada otot-otot kelopak mata dan memicu kedutan. Gunakan tetes mata buatan atau lubrikan mata secara teratur jika Anda mengalami mata kering. Hindari paparan terlalu lama pada lingkungan yang berangin atau berdebu yang dapat menyebabkan mata lebih kering.

😏 Kurangi konsumsi kafein dan alkohol:

Kafein dan alkohol dapat mempengaruhi kualitas tidur dan menyebabkan kelelahan yang berkontribusi pada kedutan mata. Batasi konsumsi minuman berkafein dan alkohol, terutama menjelang tidur. Kafein adalah stimulan dan mengonsumsinya terlalu banyak dapat menyebabkan kejang kelopak mata. Membatasi asupan kopi, teh, atau soda dapat membantu mengurangi kedutan kelopak mata.

😏 Lakukan latihan relaksasi mata:

Latihan relaksasi mata seperti memejamkan mata selama beberapa menit, melihat ke jauh setelah bekerja dengan layar komputer atau gadget, atau mengompres mata dengan kompres hangat dapat membantu mengurangi ketegangan pada otot-otot kelopak mata.

😏 Hindari paparan sinar matahari langsung: 

Terlalu banyak paparan sinar matahari dapat membuat Anda mengedipkan mata secara berlebihan, yang dapat memicu kedutan pada kelopak mata. Gunakan kacamata hitam yang melindungi dari sinar UV saat berada di luar ruangan.

😏 Jaga pola hidup sehat:

Pola hidup sehat secara umum dapat mendukung kesehatan mata. Pastikan Anda mengonsumsi makanan yang seimbang dan bergizi, termasuk makanan yang kaya akan vitamin A dan omega-3 seperti wortel, ikan, dan kacang-kacangan. Juga, jangan lupa untuk minum cukup air setiap hari.

                   πŸ’¬ Jika kedutan mata terus berlanjut atau mengganggu aktivitas sehari-hari, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan evaluasi lebih lanjut dan memberikan saran serta penanganan yang sesuai berdasarkan penyebab yang mendasarinya.




Sumber:

https://www.webmd.com/eye-health/why-your-eyes-twitch

https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/how-to-stop-eye-twitching

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560595/

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/eye-twitching



Saturday, 8 July 2023

Waspada! Ada Kesemutan Ada Gangguan

        Kesemutan (paresthesia) adalah sensasi abnormal seperti tertusuk jarum-jarum, geli, atau mati rasa pada bagian tubuh tertentu. Sensasi ini sering terjadi pada tangan, lengan, atau kaki, tetapi juga bisa terjadi di area lainnya. Kesemutan disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf.  

Secara umum, kesemutan dapat mulai terjadi setelah beberapa menit dalam posisi yang tidak nyaman atau saat tekanan pada saraf meningkat. Misalnya, jika Anda duduk dengan kaki terlipat di bawah Anda atau meletakkan lengan di atas meja dalam waktu yang lama, Anda mungkin merasakan kesemutan dalam beberapa menit.

Sistem saraf kita terdiri dari jaringan saraf yang terhubung dari otak dan sumsum tulang belakang ke seluruh tubuh. Ketika saraf-saraf ini mengalami gangguan, misalnya terjepit, teriritasi, atau rusak, sinyal saraf yang dikirimkan ke otak bisa terganggu. Inilah yang menyebabkan sensasi kesemutan.

Fotografer harus cepat mengambil gambar karena lansia
    (kecuali yang tengah) lama berdiri, nyeri sendi dan kesemutan. 
( Sumber: foto LPC-lansia)

Kesemutan dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi lebih umum terjadi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun. Seiring bertambahnya usia, risiko mengalami masalah sirkulasi, gangguan saraf, dan kondisi kesehatan tertentu meningkat, yang dapat berkontribusi pada terjadinya kesemutan.

Duduk bersila terlalu lama, memungkinkan lansia mengalami kesemutan.
(sumber: foto LPC-lansia)
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesemutan pada lansia, meliputi:

πŸ™ Penurunan sirkulasi darah: 

Seiring bertambahnya usia, sistem peredaran darah pada lansia dapat mengalami penurunan kualitas dan efisiensi. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya pasokan darah yang cukup ke area tubuh tertentu, termasuk tangan dan kaki. Kurangnya aliran darah ini dapat menyebabkan kesemutan.

Perjalanan lansia yang cukup lama, perlu gerakan
dan perenggangan kaki agar tidak kesemutan.
( Sumber: foto pens 49 ceria)

πŸ™ Penyempitan pembuluh darah: 

Penuaan dapat menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah, yang dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke ekstremitas seperti tangan dan kaki. Kurangnya pasokan darah yang cukup dapat menyebabkan kesemutan.

πŸ™Tekanan saraf: 

Tekanan fisik pada saraf, seperti akibat hernia tulang belakang, penyempitan saluran tulang belakang (stenosis spinal), atau cedera, dapat menyebabkan kesemutan.

πŸ™ Neuropati:

Gangguan pada saraf, yang dapat disebabkan oleh diabetes, infeksi, cedera saraf, atau faktor genetik, dapat menyebabkan kesemutan.

πŸ™ Tekanan saraf terulang: 

Beberapa aktivitas repetitif seperti mengetik terus-menerus atau menggunakan alat tertentu dalam posisi yang sama dapat menyebabkan kompresi atau iritasi pada saraf dan menyebabkan kesemutan.

πŸ™ Kekurangan vitamin: 

Kekurangan vitamin B12 atau asam folat dapat mengganggu fungsi saraf dan menyebabkan kesemutan.

πŸ™ Gangguan saraf perifer: 

Lansia juga lebih rentan terhadap gangguan saraf perifer, seperti neuropati perifer atau kompresi saraf. Neuropati perifer adalah kerusakan saraf yang dapat menyebabkan gejala seperti kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada tangan dan kaki. Kompresi saraf dapat terjadi akibat pembengkakan jaringan atau perubahan degeneratif pada tulang, ligamen, atau otot, yang juga dapat menyebabkan kesemutan.

πŸ™ Tekanan saraf:

Komplikasi dari kondisi medis seperti hernia tulang belakang, penyempitan saluran tulang belakang (stenosis spinal), atau tekanan pada saraf tulang belakang (misalnya, radikulopati) dapat menyebabkan kesemutan pada lansia.

πŸ™ Diabetes: 

Lansia dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami neuropati diabetik, yang dapat menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada ekstremitas.

πŸ™ Efek samping obat:

Beberapa obat yang umumnya dikonsumsi oleh lansia memiliki efek samping yang termasuk kesemutan. Misalnya, beberapa obat tekanan darah tinggi atau obat pengatur denyut jantung dapat menyebabkan sensasi kesemutan.

         Selain itu, ada juga kondisi seperti sindrom terowongan karpal, radikulopati, multiple sclerosis, atau cedera saraf lainnya yang dapat menyebabkan kesemutan.

Sumber: radarbali.jawapos.com

         πŸ’­ Penting untuk diingat bahwa kesemutan itu sendiri bukanlah penyakit, tetapi tanda adanya gangguan yang mendasarinya.

Berikut adalah beberapa kegiatan yang dapat membantu mengurangi kesemutan pada lansia:

πŸ€ Berolahraga ringan: 

Olahraga ringan seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda dapat meningkatkan sirkulasi darah dan membantu mengurangi kesemutan. Pastikan untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kondisi fisik lansia dan berkonsultasilah dengan dokter sebelum memulai program olahraga baru.

πŸ€ Peregangan dan gerakan:

Melakukan peregangan dan gerakan sederhana secara teratur dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi ketegangan pada saraf. Peregangan kaki, pergelangan tangan, dan jari-jari dapat memberikan manfaat yang signifikan. Jika memungkinkan, lakukan peregangan setiap beberapa jam saat duduk atau berdiri dalam waktu lama.

πŸ€ Pijatan atau refleksiologi: 

Pijatan lembut atau refleksiologi pada tangan dan kaki dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan meredakan kesemutan. Anda dapat mencoba memijat tangan dan kaki sendiri atau meminta bantuan dari ahli pijat atau terapis refleksiologi yang berpengalaman.

πŸ€ Perubahan posisi secara teratur:

Mencegah posisi yang sama dalam waktu lama dapat membantu mengurangi kesemutan. Jika lansia sering duduk atau berbaring dalam waktu lama, bantu mereka untuk mengubah posisi secara teratur, menggerakkan bagian tubuh yang terkena kesemutan, atau bangun dan berjalan-jalan sejenak.

πŸ€ Menjaga suhu tubuh yang optimal: 

Pastikan suhu tubuh lansia tetap nyaman. Jika suhu terlalu dingin, dapat mempengaruhi sirkulasi darah dan menyebabkan kesemutan. Gunakan pakaian yang sesuai dan pastikan ruangan tempat tinggal lansia cukup hangat.

πŸ€Menerapkan teknik relaksasi: 

Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan sirkulasi darah. Praktikkan teknik-teknik ini secara teratur untuk mengurangi gejala kesemutan.

πŸ€ Istirahatkan bagian tubuh yang terkena: 

Jika kesemutan terjadi karena penggunaan berlebihan atau aktivitas tertentu, istirahatkan bagian tubuh yang terkena. Berikan waktu istirahat dan hindari aktivitas yang dapat memperburuk kondisi.

πŸ€ Hindari tekanan atau kompresi berlebih: 

Pastikan Anda tidak mengenakan pakaian atau aksesoris yang terlalu ketat yang dapat menghambat aliran darah. Juga, hindari menumpuk benda berat pada area yang terkena kesemutan.

πŸ€ Terapi panas dan dingin: 

Terapi panas atau dingin dapat membantu mengurangi kesemutan pada beberapa kasus. Anda dapat menggunakan kompres hangat atau mandi air hangat untuk melebarkan pembuluh darah, atau menggunakan es pack atau kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan mengurangi sensasi kesemutan.

πŸ€ Hindari faktor pemicu: 

Jika Anda menyadari bahwa ada faktor tertentu yang memicu kesemutan, seperti posisi yang tidak nyaman, gerakan tertentu, atau aktivitas tertentu, hindarilah faktor pemicu tersebut sebisa mungkin.

πŸ€ Perhatikan pola tidur dan kualitas tidur:

Pastikan Anda memiliki pola tidur yang baik dan tidur dalam posisi yang nyaman. Bantal yang mendukung leher dan posisi tidur yang ergonomis dapat membantu mengurangi kesemutan yang terjadi selama tidur.

            πŸ’¬ Jika kesemutan berlanjut atau menjadi lebih sering, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebab yang mendasari dan menerima penanganan yang tepat.

Beberapa makanan dapat membantu dalam mengurangi kesemutan atau meningkatkan kesehatan saraf secara umum. Meskipun makanan itu sendiri tidak dapat secara langsung menghilangkan kesemutan, konsumsi makanan sehat dapat mendukung fungsi saraf yang optimal dan mengurangi risiko masalah saraf. 

Beberapa makanan yang baik untuk kesehatan saraf:

🌲 Makanan kaya vitamin B: 

Vitamin B kompleks, seperti vitamin B12, B6, dan folat, penting untuk kesehatan saraf. Sumber makanan yang baik termasuk ikan berlemak (seperti salmon, sarden, atau trout), daging tanpa lemak, telur, produk susu rendah lemak, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, sayuran hijau (seperti bayam), dan hati.

🌲  Makanan kaya antioksidan:

 Antioksidan membantu melindungi saraf dari kerusakan oksidatif. Buah-buahan dan sayuran yang berwarna cerah seperti blueberry, stroberi, raspberry, jeruk, anggur, brokoli, bayam, kubis, dan wortel merupakan sumber yang baik.

 πŸŒ² Makanan tinggi omega-3: 

Asam lemak omega-3 memiliki efek antiinflamasi dan dapat mendukung kesehatan saraf. Sumber omega-3 yang baik termasuk ikan berlemak (seperti salmon, sarden, atau tuna), biji chia, biji rami, dan kenari.

 πŸŒ² Makanan tinggi magnesium: 

Magnesium diperlukan untuk fungsi saraf yang sehat. Makanan kaya magnesium meliputi kacang-kacangan (kacang almond, kacang mete), biji labu, bayam, pisang, dan dark chocolate (cokelat hitam).

🌲  Makanan tinggi vitamin E: 

Vitamin E adalah antioksidan yang membantu melindungi saraf. Makanan yang mengandung vitamin E meliputi kacang-kacangan (kacang tanah, almond), biji bunga matahari, minyak biji gandum, bayam, dan sayuran hijau lainnya.

🌲  Makanan tinggi zat besi:

Kekurangan zat besi dapat mempengaruhi kesehatan saraf. Sumber zat besi yang baik termasuk daging merah tanpa lemak, unggas, ikan, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, dan biji-bijian utuh.

🌲  Makanan tinggi vitamin C: 

Vitamin C membantu dalam pembentukan kolagen, yang penting untuk kesehatan saraf. Buah-buahan seperti jeruk, kiwi, stroberi, dan paprika merah adalah sumber yang baik.

         πŸ’¬Selain makan makanan yang tepat, penting juga untuk menjaga pola makan seimbang, mengonsumsi cukup air, dan menghindari faktor risiko yang dapat merusak saraf, seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.

Pengobatan untuk kesemutan tergantung pada penyebabnya. Jika kesemutan Anda disebabkan oleh kondisi medis yang mendasarinya, pengobatan akan ditujukan untuk mengatasi atau mengelola kondisi tersebut. 

Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang mungkin digunakan:

πŸ‘‰ Pengobatan kondisi medis yang mendasari: 

Jika kesemutan disebabkan oleh kondisi medis seperti neuropati, hernia tulang belakang, stenosis spinal, atau diabetes, dokter akan meresepkan pengobatan yang sesuai untuk mengelola atau mengobati kondisi tersebut. Pengobatan ini dapat mencakup obat-obatan untuk mengontrol gejala dan mencegah perkembangan lebih lanjut.

πŸ‘‰ Terapi fisik: 

Terapi fisik dapat membantu mengurangi kesemutan dengan cara menguatkan otot, meningkatkan fleksibilitas, dan meningkatkan sirkulasi darah. Fisioterapis dapat merancang program latihan yang sesuai untuk membantu mengurangi kesemutan.

πŸ‘‰ Obat-obatan:

Dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengurangi gejala kesemutan. Ini termasuk obat penghilang rasa sakit, seperti analgesik atau obat anti inflamasi nonsteroid, obat-obatan yang menstabilkan saraf, atau obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kondisi khusus seperti diabetes atau gangguan peredaran darah.

πŸ‘‰ Terapi saraf: 

Beberapa kondisi yang menyebabkan kesemutan dapat memerlukan terapi saraf seperti blokade saraf atau stimulasi saraf. Prosedur ini dilakukan oleh ahli bedah saraf atau dokter yang terlatih dalam terapi saraf.

πŸ‘‰ Terapi alternatif:

Beberapa orang mencari terapi alternatif untuk mengatasi kesemutan. Terapi seperti akupunktur, pijat, atau terapi medis lainnya mungkin dapat memberikan bantuan simtomatik, meskipun bukti ilmiah yang mendukung efektivitas mereka terbatas.






Sumber:

https://www.mayoclinic.org/symptoms/numbness/basics/causes/sym-20050938

https://mymsaa.org/ 

https://medlineplus.gov/ency/article/003206.htm

https://www.healthline.com/health/numbness-and-tingling

https://www.medicalnewstoday.com/articles/326062