Sunday, 16 July 2023

Sakit Pinggang, Bikin Tak Bisa Tolak Pinggang

           Tolak pinggang, bahasa tubuh (gerak anggota tubuh) atau yang biasa disebut gestur yaitu dengan telapak tangan memegang pinggang dengan siku tangan membentuk sudut 45 derajat. Tolak pinggang biasanya digunakan saat sedang bersantai ataupun sedang merasa percaya diri.

Tetapi penyakit pinggang yang sudah mengenai tubuh, akan sulit untuk bersantai, apalagi percaya diri, yang terasa adalah: pinggang pegal, kaku, seperti ditusuk, rasa nyeri dari pinggang ke bokong sampai kaki, rasa nyeri dari pinggang ke selangkangan hingga alat kelamin, sulit bergerak dan berdiri tegak, dan perasaan lain yang tidak nyaman. Bagaimana mungkin bertolak pinggang dengan perasaan nyeri tak terkira.

Ilustrasi lansia sakit pinggang, nyeri tak terkira
( Sumber: canva.com)

Penyakit pinggang dapat mencakup berbagai kondisi yang mempengaruhi organ, struktur, atau fungsi di daerah pinggang. Beberapa penyakit pinggang secara umum, meliputi:

πŸ‡ Batu Ginjal: 

Terbentuknya batu keras dalam ginjal yang dapat menyebabkan nyeri hebat di area pinggang saat batu ginjal bergerak melalui saluran kemih.

πŸ‡ Infeksi Saluran Kemih (ISK): 

Infeksi yang terjadi di saluran kemih, termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Infeksi ginjal (pielonefritis) dapat menyebabkan nyeri di daerah pinggang.

πŸ‡ Gangguan Ginjal:

Termasuk gangguan seperti penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, glomerulonefritis, atau penyakit ginjal lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal dan masalah di area pinggang.

πŸ‡ Cedera Otot atau Ligamen Pinggang:

Cedera pada otot atau ligamen di sekitar pinggang, seperti regangan otot pinggang atau cedera ligamen pada tulang belakang, dapat menyebabkan nyeri dan gangguan fungsi.

Lansia sehat dan tidak sakit pinggang
( Sumber: pens 49 ceria)

πŸ‡ Hernia Nukleus Pulposus (HNP): 

Juga dikenal sebagai "hernia tulang belakang" atau "herniated disc," kondisi ini terjadi ketika cakram intervertebralis di tulang belakang mendorong keluar dari tempatnya, dapat memberikan tekanan pada saraf dan menyebabkan nyeri di area pinggang.

 πŸ‡Spondilosis: 

Kondisi degeneratif pada tulang belakang yang melibatkan kerusakan diskus intervertebralis dan perubahan pada tulang belakang. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pinggang dan kekakuan.

πŸ‡ Radang Sendi: 

Radang sendi di daerah pinggang, seperti pada osteoarthritis atau arthritis reumatoid, dapat menyebabkan nyeri dan peradangan di sekitar pinggang.

πŸ‡ Skoliosis:

Kelainan tulang belakang di mana tulang belakang melengkung secara abnormal. Skoliosis dapat menyebabkan gangguan postur dan nyeri pinggang.

                Tentu saja, ini hanya beberapa contoh penyakit pinggang secara umum, dan diagnosis akurat harus dilakukan oleh tenaga medis atau dokter berdasarkan gejala dan pemeriksaan lebih lanjut. Jika Anda mengalami gejala atau masalah di area pinggang, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia sering mengalami sakit pinggang, alasan yang mungkin, termasuk:

πŸ’‚ Osteoarthritis: 

Osteoarthritis adalah kondisi yang umum terjadi pada lansia. Ini terjadi ketika tulang rawan di antara sendi mengalami kerusakan atau aus, yang dapat menyebabkan peradangan dan nyeri di area pinggang.

πŸ’‚ Penyakit Degeneratif pada Tulang Belakang:

Penuaan dapat menyebabkan perubahan degeneratif pada tulang belakang, seperti hernia nukleus pulposus (HNP) atau spondilosis. Kondisi ini dapat menyebabkan penekanan pada saraf dan menyebabkan nyeri pinggang.

πŸ’‚ Penyakit Ginjal: 

Gangguan ginjal, seperti penyakit ginjal polikistik atau gagal ginjal, dapat menyebabkan nyeri pinggang. Ini bisa terjadi karena kerusakan pada ginjal atau peningkatan tekanan dalam ginjal.

πŸ’‚ Penyakit Infeksi:

Infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal (pielonefritis) dapat menyebabkan nyeri pinggang pada lansia.

πŸ’‚ Patah Tulang Belakang: 

Osteoporosis, yang umum terjadi pada lansia, dapat membuat tulang belakang menjadi rapuh dan rentan terhadap patah tulang. Patah tulang belakang dapat menyebabkan nyeri pinggang.

πŸ’‚ Postur yang Buruk:

Kekurangan otot dan kekuatan tulang belakang akibat penuaan dapat menyebabkan postur yang buruk. Postur yang tidak baik dapat memberikan tekanan ekstra pada tulang belakang dan menyebabkan nyeri pinggang.

πŸ’‚ Aktivitas Fisik yang Berlebihan atau Kurang Aktif: 

Aktivitas fisik yang berlebihan atau kekurangan aktivitas fisik dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan otot, termasuk di daerah pinggang. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan nyeri pinggang pada lansia.

πŸ’‚ Efek Samping Obat-obatan: 

Beberapa obat yang umum dikonsumsi oleh lansia, seperti obat anti inflamasi non steroid  atau diuretik, dapat menyebabkan efek samping berupa nyeri pinggang.

         πŸ’¬ Penting untuk memeriksakan lansia ke dokter untuk penilaian dan diagnosis yang tepat jika mereka sering mengalami sakit pinggang. Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik, tes diagnostik, dan memberikan penanganan yang sesuai berdasarkan kondisi khusus individu.

Beberapa ciri yang mungkin muncul pada lansia yang mengalami sakit pinggang adalah sebagai berikut:

πŸ‘ƒ Nyeri: 

Lansia dengan sakit pinggang umumnya akan mengalami nyeri atau ketidaknyamanan di daerah pinggang. Nyeri dapat bersifat tumpul, tajam, menyebar, atau terlokalisasi pada satu sisi atau kedua sisi pinggang.

πŸ‘ƒ Kekakuan: 

Lansia dengan sakit pinggang mungkin mengalami kekakuan di daerah pinggang, terutama setelah beristirahat atau bangun tidur. Kekakuan dapat membuat gerakan tubuh menjadi terbatas atau sulit.

πŸ‘ƒ Kesulitan Berjalan: 

Sakit pinggang yang parah atau berkepanjangan dapat menyebabkan kesulitan berjalan pada lansia. Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau merasa nyeri ketika bergerak atau melakukan aktivitas fisik.

πŸ‘ƒ Penurunan Fungsi: 

Sakit pinggang yang berlangsung lama atau parah dapat mengganggu kemampuan lansia untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal. Mereka mungkin mengalami penurunan fungsi fisik atau kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah, berbelanja, atau merawat diri sendiri.

πŸ‘ƒ Gangguan Tidur:

Lansia dengan sakit pinggang mungkin mengalami gangguan tidur karena nyeri yang dialami. Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur atau terbangun karena nyeri di area pinggang.

πŸ‘ƒ Kelemahan Otot: 

Sakit pinggang yang kronis atau berat dapat menyebabkan kelemahan otot di sekitar daerah pinggang. Kelemahan ini dapat mempengaruhi keseimbangan dan kekuatan tubuh secara keseluruhan.

πŸ‘ƒ Gangguan Buang Air Kecil: 

Beberapa kasus sakit pinggang pada lansia dapat mempengaruhi fungsi ginjal atau saluran kemih, yang mungkin menyebabkan masalah saat buang air kecil. Hal ini dapat termasuk perubahan frekuensi buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, atau perubahan warna atau bau urin.

              πŸ’¬ Penting untuk diingat bahwa ciri-ciri di atas tidak spesifik hanya untuk sakit pinggang pada lansia. Diagnosis akurat harus dilakukan oleh tenaga medis atau dokter berdasarkan evaluasi yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan jika diperlukan, tes diagnostik. Jika ada gejala atau kekhawatiran, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Untuk mencegah sakit pinggang pada lansia, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

πŸ‘³ Pergi ke dokter secara teratur:

Lansia sebaiknya menjalani pemeriksaan rutin dengan dokter untuk memantau kesehatan mereka secara keseluruhan. Dokter dapat mendeteksi masalah potensial pada pinggang atau memberikan nasihat untuk mencegah masalah lebih lanjut.

πŸ‘³ Pertahankan postur yang baik: 

Memiliki postur yang baik saat duduk, berdiri, dan berjalan dapat membantu menjaga kesehatan tulang belakang dan mencegah stres berlebih pada pinggang. Hindari membungkuk atau melengkungkan punggung saat beraktivitas.

πŸ‘³ Jaga berat badan yang sehat: 

Mempertahankan berat badan yang sehat sangat penting untuk mengurangi beban pada tulang belakang dan mencegah stres berlebih pada pinggang. Jika diperlukan, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk rekomendasi tentang manajemen berat badan.

πŸ‘³ Lakukan latihan fisik secara teratur:

Aktivitas fisik yang teratur dan seimbang dapat membantu memperkuat otot-otot pinggang dan mempertahankan fleksibilitas tulang belakang. Pilih olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik dan usia lansia, seperti berjalan, berenang, atau yoga.

πŸ‘³ Hindari mengangkat beban yang berat:

Jika terpaksa lansia perlu mengangkat beban, pastikan mereka menggunakan teknik pengangkatan yang benar untuk menghindari cedera pada pinggang. Bantu mereka untuk tidak mengangkat beban yang terlalu berat atau menggunakan alat bantu jika diperlukan.

πŸ‘³ Jaga postur tidur yang baik: 

Pastikan lansia tidur dengan posisi yang nyaman dan dengan alas tidur yang adekuat. Gunakan bantal yang mendukung leher dan tulang belakang dengan baik.

πŸ‘³ Hindari aktivitas yang berlebihan:

Jaga keseimbangan antara aktivitas fisik dan istirahat. Hindari aktivitas yang berlebihan yang dapat menyebabkan kelelahan otot atau tekanan berlebih pada pinggang.

πŸ‘³ Perhatikan tulang belakang: 

Hindari mengangkat atau memindahkan benda yang berat secara tiba-tiba. Saat membungkuk, tekuk lutut dan jaga punggung tetap lurus.

πŸ‘³ Gunakan peralatan bantu jika diperlukan:

Jika lansia memiliki kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti membersihkan rumah atau berkebun, pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu atau peralatan yang dapat mengurangi stres pada pinggang.

              πŸ’­  Makanan sehat yang kaya nutrisi dapat membantu menjaga kesehatan tulang, otot, dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat membantu mencegah sakit pinggang pada lansia.

Berikut adalah beberapa makanan yang baik untuk lansia dalam menjaga kesehatan pinggang:

πŸ’Š Kalsium: 

Makanan kaya kalsium seperti susu rendah lemak atau tanpa lemak, yoghurt, keju rendah lemak, dan sayuran hijau berdaun seperti brokoli dan bayam, dapat membantu menjaga kekuatan tulang dan mencegah kerapuhan tulang.

πŸ’Š Vitamin D: 

Vitamin D membantu penyerapan kalsium yang baik untuk kesehatan tulang. Sumber makanan alami vitamin D termasuk ikan berlemak seperti salmon, sarden, dan tuna, serta kuning telur. Lansia juga dapat mendapatkan vitamin D dari paparan sinar matahari yang cukup.

πŸ’Š Serat: 

Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan dan mencegah sembelit, yang dapat mengurangi ketegangan pada pinggang.

πŸ’Š Omega-3: 

Makanan kaya omega-3 seperti ikan berlemak (salmon, sarden, tuna), biji chia, biji rami, dan kenari dapat memiliki efek antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan pada tubuh dan mengurangi risiko sakit pinggang yang terkait dengan peradangan.

πŸ’Š Antioksidan: 

Buah-buahan dan sayuran berwarna-warni kaya akan antioksidan, seperti vitamin C dan vitamin E, yang membantu melawan stres oksidatif dan peradangan. Blueberry, strawberry, wortel, bayam, dan brokoli adalah contoh makanan dengan kandungan antioksidan yang tinggi.

πŸ’Š Protein: 

Makanan tinggi protein seperti daging tanpa lemak, ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, dan tahu, dapat membantu membangun dan memperbaiki jaringan otot, yang penting untuk menjaga kekuatan dan stabilitas pinggang.

πŸ’Š Air: 

Penting bagi lansia untuk minum cukup air setiap hari. Air membantu menjaga hidrasi yang baik dan membantu fungsi tubuh yang tepat, termasuk kesehatan tulang dan otot.

           Penting juga untuk memperhatikan asupan garam dan mengurangi konsumsi makanan olahan yang tinggi sodium, karena dapat mempengaruhi keseimbangan air dalam tubuh.

           πŸ’¬ Selain makanan, penting untuk menjaga gaya hidup sehat secara keseluruhan dengan menghindari merokok, membatasi konsumsi alkohol, dan menjaga berat badan yang sehat. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk saran yang sesuai dengan kondisi khusus lansia.








Sumber;

https://www.webmd.com/back-pain/ss/slideshow-low-back-pain-overview

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/7936-lower-back-pain

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538173/

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/back-pain/symptoms-causes/syc-20369906


Friday, 14 July 2023

Bahaya lansia Hilang "Keseimbangan", Ini Cara Tes Keseimbangan Romberg.

    Kehilangan keseimbangan adalah masalah umum yang dihadapi oleh lansia. Anda dapat melihat kawan, mulai dari posisi duduk, berdiri dan cara berjalan atau Anda merasakan sendiri bagaimana kondisi yang Anda hadapi, perhatikan ciri-ciri bahwa seseorang lansia mulai kehilangan keseimbangan:

  • Kesulitan dalam menjaga langkah yang mantap saat berjalan, langkah kaki hanya dilempar ke depan, dan  mungkin bergantung pada alat bantu seperti tongkat atau kursi roda untuk membantu menjaga keseimbangan.
Ilustrasi lansia terganggu keseimbangan perlu pendampingan
( Sumber: canva.com)

  • Sering mengalami kejadian terjatuh atau hampir terjatuh
  • Membungkuk atau miring saat berdiri atau berjalan,  padahal sudah merasa badan tegap.
  • Kesulitan dalam berpindah dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Bahkan mungkin membutuhkan bantuan atau waktu yang lebih lama untuk melakukannya
  • Penurunan kekuatan otot yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menjaga keseimbangan dengan baik.
  • Kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, atau beraktivitas di sekitar rumah.
  • Kesulitan memakai celana panjang atau pendek dengan posisi berdiri.
Keseimbangan mengacu pada kemampuan individu untuk mempertahankan garis gravitasi mereka di dalam Base of support (BOS). Hal ini juga dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan, dengan kesetimbangan dapat didefinisikan sebagai kondisi semua gaya kerja dihilangkan satu sama lain sehingga menghasilkan sistem seimbang yang stabil

Ilustrasi titik kontak objek dengan permukaan pendukung (BOS)
(Sumber: Canva.com)
Sedangkan Base of support (BOS) mengacu pada area di bawah objek atau orang yang mencakup setiap titik kontak yang dibuat objek atau orang dengan permukaan pendukung. Titik kontak ini mungkin bagian tubuh misalnya kaki atau tangan, atau mungkin termasuk hal-hal seperti kruk atau kursi yang diduduki seseorang.

Bila kehilangan keseimbangan maka lansia tidak mampu mempertahankan garis gravitasi untuk jaga keseimbangan kaki dengan tanah/lantai yang dipijak sehingga badan bergoyang atau limbung, bahkan sampai terjatuh.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan keseimbangan, meliputi:

πŸ‘† Perubahan pada sistem vestibular: 

Sistem vestibular, yang terletak di dalam telinga dalam, bertanggung jawab dalam mengatur keseimbangan tubuh. Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi sistem vestibular, yang dapat mengganggu keseimbangan dan koordinasi gerakan.

πŸ‘† Penurunan kekuatan dan fleksibilitas otot: 

Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot dan fleksibilitas tubuh. Kelemahan otot dapat membuat lansia lebih rentan terhadap gangguan keseimbangan.

πŸ‘† Perubahan penglihatan: 

Masalah penglihatan, seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau penurunan penglihatan, dapat mempengaruhi persepsi jarak dan ruang, yang penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.

πŸ‘† Penurunan fungsi sensorik: 

Lansia mungkin mengalami penurunan fungsi sensorik, seperti penurunan sensitivitas proprioceptive (sensori yang memberikan informasi tentang posisi tubuh) atau gangguan pendengaran. Fungsi sensorik yang terganggu dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk merasakan perubahan posisi dan merespons dengan benar.

πŸ‘† Efek samping obat-obatan: 

Beberapa obat yang umum dikonsumsi oleh lansia dapat memiliki efek samping yang mempengaruhi keseimbangan dan koordinasi gerakan. Misalnya, obat penenang atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf pusat dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.

πŸ‘† Penyakit atau kondisi kesehatan tertentu:

Beberapa kondisi kesehatan, seperti penyakit Parkinson, penyakit Meniere, masalah sirkulasi darah, atau gangguan neurologis, dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh pada lansia.

πŸ‘† Kurangnya aktivitas fisik: 

Kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup yang kurang aktif dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, fleksibilitas, dan keterampilan keseimbangan.

             πŸ’¬ Adanya kombinasi dari faktor-faktor di atas dapat meningkatkan risiko gangguan keseimbangan pada lansia. Penting untuk mendapatkan penilaian medis yang tepat jika lansia mengalami gangguan keseimbangan, karena dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka dan meningkatkan risiko jatuh yang serius.

Beberapa gejala gangguan keseimbangan pada lansia yang mungkin terjadi meliputi:

♿ Pusing atau rasa tidak stabil.

♿ Kesulitan berjalan atau merasa tidak mantap saat berdiri atau berjalan.

♿ Kesulitan mempertahankan keseimbangan saat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berpaling, berbalik, atau berpindah posisi.

♿ Sensasi limbung atau perasaan melayang.

♿ Gangguan koordinasi gerakan atau kehilangan kontrol atas gerakan tubuh.

♿ Kesulitan mengendalikan pergerakan mata.

♿ Sulit menggerakkan kepala atau leher tanpa merasa pusing atau tidak seimbang.

♿ Sensasi terjatuh atau kecemasan yang berkaitan dengan keseimbangan.

♿ Perubahan dalam langkah berjalan, seperti langkah yang tidak teratur, terhuyung-huyung, atau tergesa-gesa.

♿ Jatuh tanpa penyebab yang jelas.

          πŸ’¬ Gejala gangguan keseimbangan pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan sensorik (seperti penglihatan atau pendengaran yang buruk), kekuatan dan fleksibilitas otot yang berkurang, masalah dengan sistem vestibular (yang mengatur keseimbangan), atau efek samping obat-obatan tertentu. 

Gangguan keseimbangan dapat menjadi faktor risiko jatuh yang serius pada lansia, sehingga penting untuk memperhatikan gejala tersebut dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

Tes Romberg adalah tes yang mengukur rasa keseimbangan seseorang. Secara khusus, tes menilai fungsi kolom dorsal sumsum tulang belakang (kolom dorsal bertanggung jawab untuk proprioception) . 

Jalur kolom dorsal adalah salah satu saluran menaik yaitu jalur saraf di mana informasi sensorik dari saraf perifer ditransmisikan ke korteks serebral. Di sumsum tulang belakang , jalur ini berjalan di kolom dorsal, dan di batang otak , yang ditransmisikan melalui lemniscus medial sehingga disebut sebagai jalur lemniscus kolom-medial dorsal.

Proprioception (rasa posisi tubuh dalam ruang) adalah rasa neuromuskular tubuh yang penting. Dan itu termasuk dalam "indra keenam" kita, lebih dikenal sebagai somatosensasi

Tes keseimbangan: 

Tes keseimbangan fisik dapat membantu mendeteksi risiko jatuh atau gangguan keseimbangan yang mungkin terkait dengan masalah neurologis atau gangguan pada sistem vestibular.

Manfaat Tes Romberg: 

πŸ‘‹ Pada tes ini, seseorang diminta untuk berdiri tegak dengan kaki rapat dan mata tertutup selama beberapa detik. Jika seseorang mengalami kesulitan menjaga keseimbangan atau terguncang saat mata tertutup, ini dapat menjadi indikasi masalah keseimbangan.

πŸ‘‹ Tes Romberg adalah alat yang tepat untuk mendiagnosis ataksia sensorik  ( gangguan gaya berjalan yang disebabkan oleh propriosepsi abnormal yang melibatkan informasi tentang lokasi sendi). 

Contoh kondisi meliputi: 

  • Degenerasi gabungan subakut sumsum tulang belakang ( kekurangan vitamin B12 ); 
  • Sindrom tali posterior (infark arteri tulang belakang posterior); 
  • Hemiseksi sumsum tulang belakang ( sindrom Brown Sequard ) .

πŸ‘‹ Alat ini juga terbukti sensitif dan akurat untuk mengukur tingkat ketidakseimbangan yang disebabkan oleh vertigo sentral , vertigo perifer, dan trauma kepala. Telah digunakan di klinik selama 150 tahun.

 Cara melakukan Tes Romberg Asli 

Tes dilakukan sebagai berikut:

πŸ‘‰ Pasien diminta untuk melepas sepatunya dan berdiri dengan kedua kaki dirapatkan. Lengan dipegang di samping badan atau disilangkan di depan badan.

πŸ‘‰ Dokter meminta pasien untuk berdiri diam dengan mata terbuka, dan kemudian dengan mata tertutup. Pasien berusaha menjaga keseimbangannya. Untuk keamanan, pengamat harus berdiri dekat dengan pasien untuk mencegah potensi cedera jika pasien jatuh. Saat pasien menutup matanya, dia tidak boleh mengarahkan dirinya sendiri dengan cahaya, indera atau suara, karena hal ini dapat mempengaruhi hasil tes dan menyebabkan hasil positif palsu.

πŸ‘‰ Tes Romberg dinilai dengan menghitung detik pasien mampu berdiri dengan mata tertutup.

  • Tes Romberg positif ketika pasien tidak dapat menjaga keseimbangan dengan mata tertutup. Kehilangan keseimbangan dapat didefinisikan sebagai peningkatan goyangan tubuh, menempatkan satu kaki ke arah jatuh, atau bahkan terjatuh.

 πŸ“Ί  Perhatikan dan tonton  klik  video Tes Romberg

Tes Sharpened atau Tandem Romberg adalah variasi dari tes aslinya. Implementasinya sebagian besar sama.

Ilustrasi Tes Romberg Sharpened
( Sumber: canva.com)
πŸ‘‰ Untuk tes kedua ini, pasien harus meletakkan kakinya pada posisi tumit ke ujung kaki, dengan satu kaki tepat di depan kaki lainnya ( perhatikan ilustrasi tes romberg sharpened).

πŸ‘‰ Seperti tes Romberg asli, penilaian dilakukan pertama kali dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata tertutup.

πŸ‘‰ Pasien menyilangkan tangan di depan dada, dan telapak tangan yang terbuka terletak di bahu yang berlawanan. Pasien juga mendistribusikan berat badannya pada kedua kakinya dan menahan dagunya sejajar dengan lantai

πŸ“Ί Perhatikan dan lihat,  klik Tes Sharpened atau Tandem Romberg

Keandalan dan Validitas.

Tidak ada konsensus dalam Keandalan (Intra dan antar) dan validitas untuk Romberg dalam literatur karena tes ini lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif (Tujuan). Namun, tes ini dapat digunakan sebagai alat klinis cepat untuk menyaring. Pengenalan berbagai instrumen dalam arena penilaian keseimbangan dan penggunaan force platform telah memberikan pengukuran yang lebih objektif dan akurat. 

Hasil Tes Romberg.

Jika pasien bergoyang atau terjatuh selama prosedur, hal ini menandakan tes romberg memiliki hasil positif. 

Tes Romberg yang positif mungkin menunjukkan adanya masalah dengan:

  • Sistem sensorik
  • Sistem vestibular
  • Sistem proprioseptif

          Ketiga sistem tersebut membantu pasien tetap seimbang saat berdiri tegak. Namun jika ada masalah dengan salah satu sistem, pasien mungkin tidak dapat menjaga keseimbangan.

Mencegah masalah keseimbangan pada lansia melibatkan langkah-langkah untuk menjaga kekuatan fisik, koordinasi, dan stabilitas mereka. 

Beberapa kiat untuk mencegah masalah keseimbangan pada lansia:

πŸ„ Aktivitas fisik teratur: 

Latihan fisik yang teratur, seperti jalan santai, berenang, atau senam ringan, dapat membantu memperkuat otot, memperbaiki koordinasi, dan mempertahankan fleksibilitas tubuh. Konsultasikan dengan dokter atau ahli kebugaran terlebih dahulu sebelum memulai program latihan.

πŸ„ Latihan keseimbangan:

Latihan khusus yang menargetkan keseimbangan, seperti latihan berdiri di atas satu kaki, berjalan pada garis lurus, atau latihan keseimbangan pada bola khusus, dapat membantu melatih dan memperkuat kemampuan keseimbangan.

Lansia latihan keseimbangan dengan berdiri satu kaki
(Sumber: Canva.com)

πŸ„ Perbaiki kondisi visual dan pendengaran: 

Memastikan penglihatan dan pendengaran yang optimal sangat penting dalam menjaga keseimbangan. Rutin menjalani pemeriksaan mata dan pendengaran, serta memakai kacamata atau alat bantu pendengaran yang sesuai jika diperlukan.

πŸ„ Hindari obat-obatan yang dapat mempengaruhi keseimbangan:

Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping yang mempengaruhi keseimbangan. Konsultasikan dengan dokter atau apoteker mengenai efek samping obat yang mungkin terjadi, terutama pada lansia, dan cari alternatif jika diperlukan.

πŸ„ Atur lingkungan rumah yang aman: 

Mengurangi risiko jatuh dengan memastikan lingkungan rumah aman dan bebas hambatan. Pasang pegangan di kamar mandi, gunakan karpet anti selip, dan pastikan pencahayaan yang memadai di seluruh rumah.

πŸ„ Gunakan alat bantu jika diperlukan:

Bantuan seperti tongkat, kursi roda, atau penyangga dapat membantu lansia menjaga keseimbangan dan mengurangi risiko jatuh.

πŸ„ Konsumsi makanan sehat: 

Gizi yang seimbang dan diet yang sehat dapat mendukung kekuatan otot dan kesehatan tulang. Pastikan asupan kalsium, vitamin D, dan protein yang cukup untuk menjaga kesehatan tulang.

πŸ„ Minum cukup air: 

Kehilangan cairan dapat mempengaruhi keseimbangan dan kekuatan tubuh. Pastikan untuk minum cukup air setiap hari untuk menjaga hidrasi yang baik.

Tetap waspada dan perhatikan gejala yang mencurigakan:

Jika ada perubahan atau gejala yang mencurigakan terkait keseimbangan, seperti pusing yang berulang atau ketidakstabilan, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

            Selalu penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis yang berpengalaman untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi kesehatan individu dan kebutuhan lansia.





Sumber:

https://www.physio-pedia.com/Romberg_Test

https://www.verywellhealth.com/proprioception-in-multiple-sclerosis-2440810

https://my.clevelandclinic.org/health/diagnostics/22901-romberg-test

https://en.wikipedia.org/wiki/Romberg%27s_test



Wednesday, 12 July 2023

Lansia Gumoh, Ternyata Bukan Bayi Saja, Hati-hati

             Meskipun normal, cukup banyak orang tua yang khawatir dengan bayinya karena  sulit membedakan gumoh  dengan muntah

Gumoh terjadi saat bayi minum susu terlalu banyak, susu mengalir keluar dengan sendirinya karena ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil  dan katup lambung yang belum kuat.

Muntah pada bayi tampak mengalami usaha untuk mengeluarkan susu. Bayi yang muntah tampak mengedan, tidak nyaman atau rewel. Sebagian besar muntah bayi merupakan hal yang abnormal.

           Gumoh  adalah kondisi di mana makanan atau cairan yang sudah dikonsumsi kembali naik ke kerongkongan atau mulut tanpa disertai dengan usaha muntah. Gumoh umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak kecil, tetapi dalam beberapa kasus, juga dapat terjadi pada orang dewasa. 

Ilustrasi gumoh pada lansia
(Sumber: canva.com)

Dalam istilah medis, gumoh pada lansia sering disebut sebagai "regurgitasi" atau "refluks gastroesofagus. 

Regurgitasi adalah istilah yang menggambarkan keluarnya makanan atau cairan dari lambung ke kerongkongan atau mulut tanpa disertai dengan usaha muntah. 

Refluks gastroesofagus mengacu pada kondisi di mana isi lambung naik kembali ke kerongkongan secara berulang.

Lansia juga dapat mengalami gumoh. Meskipun gumoh lebih umum terjadi pada bayi dan anak-anak, namun beberapa faktor yang sama juga dapat menyebabkan gumoh pada lansia. 

Beberapa penyebab gumoh pada lansia meliputi:

πŸ“Œ Refluks gastroesofagus: 

Lansia juga dapat mengalami refluks gastroesofagus, di mana isi lambung naik kembali ke kerongkongan. Penyebabnya bisa bervariasi, termasuk adanya penurunan fungsi sfingter esofagus bagian bawah atau peningkatan tekanan di dalam perut.

πŸ“Œ Penyempitan atau obstruksi saluran pencernaan:

Lansia mungkin mengalami kelainan pada saluran pencernaan, seperti penyempitan atau obstruksi pada kerongkongan atau lambung, yang dapat menyebabkan gumoh.

πŸ“Œ Gastroparesis: 

Ini adalah kondisi di mana gerakan otot lambung menjadi lambat, yang dapat menyebabkan makanan tinggal lebih lama di dalam lambung. Ini bisa menyebabkan gumoh pada lansia.

πŸ“Œ Obat-obatan: 

Beberapa obat yang umum digunakan oleh lansia, seperti obat anti inflamasi non steroid  atau obat untuk tekanan darah tinggi, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan menyebabkan gumoh.

πŸ“Œ Gangguan pencernaan lainnya:

Lansia juga dapat menderita gangguan pencernaan seperti gastroparesis diabetes, hernia hiatus, atau gangguan motilitas esofagus, yang semuanya dapat menyebabkan gumoh.

Kegembiraan lansia bila sembuh dari penyakit
( Sumber: foto LPC-lansia)

             πŸ’¬ Jika seorang lansia mengalami gumoh yang persisten atau memburuk, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan penyebab gumoh dan meresepkan pengobatan yang sesuai.

Ada beberapa penyakit atau kondisi pada lansia yang dapat menyebabkan gumoh. Beberapa di antaranya, meliputi:

πŸ’€Refluks gastroesofagus (GERD):

Ini adalah penyakit di mana asam lambung naik kembali ke kerongkongan secara teratur. GERD dapat menyebabkan gejala seperti gumoh, sensasi terbakar di dada (heartburn), dan rasa asam di mulut. Lansia lebih rentan terhadap GERD karena penurunan elastisitas otot dan penurunan fungsi sfingter esofagus bagian bawah. 

Dalam kasus GERD, bagian sfingter esofagus mengalami gangguan atau melemah, sehingga membuat proses relaksasi menjadi terlalu kendur. Ini dapat menyebabkan naiknya makanan yang ditampung beserta cairan asam lambung ke esofagus, kondisi ini disebut dengan “refluks”.

πŸ’€ Gastroparesis:

Ini adalah gangguan fungsional yang memengaruhi saraf dan otot perut. Hal itu membuat kontraksi otot perut lebih lemah dan lebih lambat dari yang seharusnya untuk mencerna makanan dan menyebarkannya ke usus. Di mana otot-otot lambung tidak berkontraksi dengan normal, menyebabkan makanan tetap lebih lama di dalam lambung. Gastroparesis pada lansia dapat menyebabkan gumoh dan rasa kembung. 

πŸ’€ Penyakit saluran empedu: 

Lansia juga berisiko mengalami penyakit saluran empedu seperti batu empedu atau inflamasi kandung empedu. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan aliran empedu dan pencernaan lemak yang tidak adekuat, yang dapat menghasilkan gumoh.

πŸ’€ Prolaps mitral: 

Pada beberapa kasus, prolaps mitral (kondisi di mana katup jantung mengalami kebocoran atau penonjolan ke atrium) dapat menyebabkan gejala seperti gumoh dan nyeri dada pada lansia.

πŸ’€ Obstruksi saluran pencernaan: 

Adanya penyempitan, tumor, atau penyumbatan pada saluran pencernaan seperti kerongkongan, lambung, atau usus dapat menyebabkan gumoh pada lansia.

πŸ’€ Efek samping obat: 

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk kondisi medis yang berbeda. Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi saluran pencernaan atau peningkatan produksi asam lambung, yang dapat menyebabkan gumoh.

Lansia butuh perawatan intensif agar tetap sehat
( Sumber: foto LPC-lansia)

              πŸ’¬ Terkait dengan gumoh pada lansia, sangat penting bagi mereka untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes tambahan jika diperlukan, untuk menentukan penyebab gumoh dan merencanakan pengobatan yang sesuai.

Penanganan gumoh pada lansia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi dan mengurangi gumoh pada lansia:

🍩 Modifikasi pola makan: 

Lansia dengan gumoh disarankan untuk menghindari makanan atau minuman yang dapat memicu refluks asam, seperti makanan berlemak, makanan pedas, makanan tinggi asam, kafein, alkohol, dan cokelat. Makan dalam porsi kecil, tetapi lebih sering, juga dapat membantu mengurangi beban pada lambung.

🍩 Menghindari makan sebelum tidur: 

Lansia sebaiknya tidak makan atau minum dalam waktu 2-3 jam sebelum tidur. Memberi waktu bagi makanan untuk dicerna sebelum berbaring dapat membantu mencegah refluks.

🍩 Mengatur posisi tidur: 

Mengangkat kepala tempat tidur atau menggunakan bantal tambahan dapat membantu mencegah asam lambung naik ke kerongkongan saat tidur. Menghindari tidur dalam posisi datar dapat membantu mengurangi gumoh.

🍩 Menjaga berat badan yang sehat: 

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko refluks asam. Lansia harus mempertahankan berat badan yang sehat dengan mengadopsi pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang sesuai.

🍩 Hindari pakaian ketat:

Memakai pakaian yang terlalu ketat di sekitar perut dan dada dapat meningkatkan tekanan pada perut dan memicu refluks. Lansia sebaiknya memilih pakaian yang longgar dan nyaman.

🍩 Menghindari merokok:

Merokok dapat merusak katup antara lambung dan kerongkongan, serta meningkatkan risiko refluks asam. Berhenti merokok atau menghindari paparan asap rokok dapat membantu mengurangi gumoh.

🍩 Konsultasi dengan dokter:

Jika langkah-langkah di atas tidak memberikan perbaikan, atau jika gumoh berkepanjangan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan evaluasi menyeluruh, memberikan pengobatan yang sesuai, atau merujuk lansia ke spesialis yang lebih terlatih dalam masalah pencernaan jika diperlukan.

               πŸ’¬ Penting untuk dicatat bahwa langkah-langkah di atas hanya bersifat umum dan mungkin tidak cocok untuk setiap individu. Setiap lansia dengan gumoh harus mendapatkan nasihat dan panduan dari dokter mereka berdasarkan situasi dan kondisi kesehatan masing-masing.





Sumber:

https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/

https://www.gleneagles.com.sg/id/conditions-diseases/gastro-oesophageal-reflux-disease/symptoms-causes

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gastroparesis/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15522-gastroparesis

https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/gastroparesis/symptoms-causes