Sunday, 30 July 2023

Tanda Bahaya, Bila Anda Jumpa TIA (Transient Ischemic Attack)

            Dalam perbincangan sehari-hari, sering mendengar ada tetangga atau kawan kena stroke ringan dan dibawa ke rumah sakit. Dalam benak sebagian besar orang, serangan penyakit stroke ringan itu biasa saja dan tidak berbahaya, karena kata "ringan" membuat persepsi tidak berisiko.         

Stroke ringan mempunyai gejala yang cukup identik dengan penyakit stroke pada umumnya yang biasanya akan muncul secara tiba-tiba. Secara umum, stroke ringan bisa merujuk pada kondisi yang disebut "transient ischemic attack" (TIA). 

TIA terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu untuk sementara waktu, biasanya hanya beberapa menit. Gejalanya mirip dengan stroke, tetapi berlangsung singkat dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.

Jadi istilah medis untuk stroke ringan adalah "Ischemic Transient Attack" (ITA) atau "Transient Ischemic Attack" (TIA). Istilah "Transient" menunjukkan bahwa gejala stroke pada TIA bersifat sementara dan hanya berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 24 jam.

Serangan stroke ringan (TIA) terjadi tiba-tiba
dan berlangsung singkat
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

TIA sering disebut mini stroke, TIA mungkin merupakan peringatan. Sekitar 1 dari 3 orang yang mengalami TIA pada akhirnya akan mengalami stroke, dengan sekitar setengahnya terjadi dalam setahun setelah TIA

TIA adalah kondisi yang mirip dengan stroke, tetapi gejala-gejalanya berlangsung singkat karena penyumbatan pembuluh darah di otak bersifat sementara dan kemudian larut sendiri. 

Dua perbedaan penting antara stroke dan TIA. Yang pertama adalah TIA berhenti dengan sendirinya. Stroke tidak, dan perlu perawatan untuk menghentikan dan membalikkan efeknya. Stroke juga meninggalkan bukti pada pemindaian magnetic resonance imaging (MRI). 

Mini-stroke, yang dikenal dengan TIA, dapat terjadi pada usia berapa pun. Namun, risiko TIA cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Orang yang lebih tua memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami TIA dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

Lansia memiliki risiko tinggi terkena mini-stroke atau TIA
(Sumber: foto canva.com)

TIA lebih umum terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan TIA meliputi:

πŸ‘΄ Usia: 

Risiko TIA meningkat seiring bertambahnya usia.

πŸ‘΄ Riwayat medis:

Riwayat kondisi kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan penyakit arteri koroner dapat meningkatkan risiko TIA.

πŸ‘΄ Gaya hidup: 

Faktor gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik dapat berkontribusi pada risiko TIA.

πŸ‘΄ Riwayat keluarga: 

Jika ada riwayat keluarga dengan TIA atau stroke, risiko seseorang untuk mengalami TIA juga dapat meningkat.

          TIA  banyak mengenai lansia karena ada beberapa faktor yang berkontribusi pada risiko TIA yang meningkat seiring bertambahnya usia. 

Beberapa alasan mengapa TIA lebih banyak terjadi pada lansia :

⛔ Penumpukan plak arteri: 

Seiring bertambahnya usia, arteri cenderung mengalami penuaan dan mengalami penumpukan plak, yang disebut aterosklerosis. Plak arteri dapat menyempitkan pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke otak, meningkatkan risiko TIA.

⛔ Penyakit jantung dan tekanan darah tinggi:

Orang tua cenderung lebih mungkin mengalami penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah atau emboli yang dapat menyumbat aliran darah ke otak, menyebabkan TIA.

Penyakit vaskular: 

⛔ Orang tua lebih mungkin mengalami penyakit vaskular, yang melibatkan gangguan pada sistem peredaran darah tubuh. Faktor-faktor seperti diabetes, obesitas, dan gaya hidup yang kurang sehat dapat berkontribusi pada penyakit vaskular dan meningkatkan risiko TIA.

Gangguan irama jantung:

⛔ Gangguan irama jantung, seperti fibrilasi atrium, lebih sering terjadi pada orang tua. Ketika irama jantung tidak normal, risiko pembentukan bekuan darah yang dapat menyebabkan TIA meningkat.

⛔ Kelemahan sistem kekebalan tubuh: 

Sistem kekebalan tubuh cenderung melemah seiring bertambahnya usia, yang dapat menyebabkan respons tubuh terhadap peradangan dan penyakit yang tidak efektif. Peradangan dan gangguan kekebalan tubuh dapat mempengaruhi kondisi pembuluh darah dan berkontribusi pada TIA.

            πŸ’¬ Semua faktor ini berarti bahwa orang tua lebih rentan terhadap kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan TIA. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menjaga gaya hidup sehat, mengelola kondisi kesehatan yang sudah ada, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk mendeteksi faktor risiko potensial sejak dini.

Gejala ini dapat muncul tiba-tiba dan harus dianggap sebagai tanda peringatan serius bahwa ada risiko stroke yang lebih besar.

Beberapa gejala TIA secara umum, meliputi:

✅ Kesulitan berbicara: 

Penderita TIA mungkin mengalami gangguan berbicara, seperti kesulitan dalam mengucapkan kata-kata atau kesulitan memahami pembicaraan orang lain.

Gejala TIA antara lain kesulitan berbicara
(Sumber: foto canva.com)

✅ Kelemahan atau mati rasa: 

Penderita TIA dapat mengalami kelemahan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki, biasanya hanya di satu sisi tubuh.

✅ Gangguan penglihatan: 

Penderita TIA mungkin mengalami gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda, penglihatan kabur, atau kehilangan penglihatan sebagian pada salah satu mata atau kedua mata.

✅ Kehilangan keseimbangan atau koordinasi:

Penderita TIA dapat merasa pusing atau sulit menjaga keseimbangan. Koordinasi gerakan juga dapat terpengaruh.

✅ Kebingungan atau sulit memahami:

Beberapa orang mengalami kebingungan, sulit memahami informasi, atau kebingungan dalam mengenali lingkungan sekitar mereka.

✅ Kehilangan kesadaran: 

Meskipun jarang terjadi pada TIA, beberapa orang dapat kehilangan kesadaran atau pingsan.

✅ Kelemahan atau kelumpuhan satu sisi ( hemiplegia ):

Kelumpuhan satu sisi disebut sebagai "hemiplegia" atau "hemiparesis ". Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kehilangan atau kelemahan fungsi otot pada satu sisi tubuh, baik itu lengan, kaki, atau wajah. Hemiplegia mengacu pada kelumpuhan total pada sisi tubuh yang terpengaruh, sementara hemiparesis mengacu pada kelemahan sebagian pada sisi tubuh yang terkena.

✅ Kesulitan dengan atau kehilangan kemampuan berbicara (afasia):

Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada area otak yang bertanggung jawab atas produksi atau pemahaman bahasa. Gangguan ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggunakan atau memahami bahasa secara efektif, meskipun kemampuan intelektual dan fungsi otak lainnya tetap utuh.

✅ Bicara cadel atau kacau (dysarthria) :

Dysarthria adalah gangguan bicara yang disebabkan oleh kerusakan pada otot-otot yang terlibat dalam produksi suara saat berbicara. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengontrol otot-otot bicara, lidah, bibir, dan rongga mulut, sehingga suara yang dihasilkan menjadi kabur, tidak jelas, atau terganggu.

✅ Kehilangan kontrol otot di satu sisi wajah atau wajah terkulai:

Kondisi di mana seseorang mengalami kelemahan atau kelumpuhan pada otot-otot wajah, sehingga wajah tampak kendur, tidak simetris, dan tidak dapat dikendalikan dengan baik. Kondisi ini juga disebut sebagai "Bell's palsy" atau "paralisis wajah perifer".

✅ Tiba-tiba kehilangan pancaindra :

Baik sebagian atau total,  dari satu atau lebih indra ( penglihatan , pendengaran , penciuman , rasa dan sentuhan).

✅ Kehilangan koordinasi atau kecanggungan (ataksia) :

Pada individu dengan ataksia, terjadi ketidakmampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dengan akurat, sehingga menyebabkan ketidakstabilan dan kekakuan dalam berjalan, berbicara, menulis, atau melakukan gerakan lainnya.

✅ Pusing atau vertigo :

Sensasi ini dapat dirasakan seolah-olah lingkungan berputar atau bergerak, atau seolah-olah diri sendiri berputar atau berputar-putar. Sensasi vertigo sering disertai dengan rasa mual, muntah, dan ketidakstabilan.

           Penting untuk diingat bahwa gejala TIA bersifat sementara dan mungkin hilang dalam beberapa menit hingga beberapa jam. Meskipun demikian, TIA harus dianggap sebagai kondisi medis yang serius dan memerlukan evaluasi dan perawatan segera. 

πŸ’€ Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala seperti itu, segera hubungi layanan medis darurat. TIA bisa menjadi tanda peringatan adanya risiko stroke yang lebih besar di masa mendatang, dan penting untuk memeriksakan diri dan mencari pengobatan untuk mengurangi risiko tersebut.

TIA disebabkan oleh penyumbatan sementara pada pembuluh darah di otak. Penyumbatan ini dapat terjadi karena beberapa kondisi medis yang berhubungan dengan gangguan aliran darah ke otak.

Beberapa penyakit dan faktor risiko yang dapat menyebabkan TIA meliputi:

πŸš‘ Aterosklerosis:

Ini adalah kondisi di mana plak (endapan lemak, kolesterol, dan zat lain) menumpuk di dinding arteri, menyempitkan pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke otak.

πŸš‘ Fibrilasi atrium:

Ini adalah gangguan irama jantung yang menyebabkan atrium jantung berdetak tidak teratur. Jika darah tidak dipompa dengan benar dari atrium, bisa terbentuk gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak.

πŸš‘ Penyakit jantung: 

Kondisi jantung tertentu, seperti gagal jantung, infark miokard (serangan jantung), dan katup jantung yang rusak, dapat meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang bisa menyebabkan TIA.

πŸš‘ Tekanan darah tinggi (hipertensi): 

Tekanan darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko terjadinya TIA.

πŸš‘ Diabetes:

Diabetes melitus menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan memperburuk aterosklerosis, yang meningkatkan risiko TIA.

πŸš‘ Hiperlipidemia: 

Tingginya kadar kolesterol dan lemak dalam darah (hiperlipidemia) dapat menyebabkan akumulasi plak dalam arteri dan menyumbat aliran darah ke otak.

πŸš‘ Merokok: 

Merokok merusak dinding pembuluh darah dan meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah.

πŸš‘ Obesitas dan gaya hidup tidak sehat: 

Gaya hidup tidak sehat, termasuk diet yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik, dapat menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko TIA.

πŸš‘ Riwayat keluarga: 

Jika ada anggota keluarga dengan riwayat TIA atau stroke, risiko Anda untuk mengalami TIA juga dapat meningkat.

         Mencegah TIA pada lansia melibatkan pengelolaan gaya hidup yang sehat dan mengendalikan faktor risiko kesehatan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya TIA. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah TIA pada lansia:

⛹ Kendalikan tekanan darah:

Tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor risiko utama TIA dan stroke. Penting untuk mengukur tekanan darah secara teratur dan mengikuti perawatan dan pengobatan yang diresepkan oleh dokter untuk menjaga tekanan darah dalam kisaran yang sehat.

⛹ Pertahankan kadar kolesterol sehat: 

Tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat menyebabkan pembentukan plak arteri dan meningkatkan risiko TIA. Mengadopsi pola makan sehat dan menjalani gaya hidup aktif dapat membantu menjaga kadar kolesterol dalam kisaran yang sehat.

⛹ Jaga berat badan yang sehat: 

Obesitas merupakan faktor risiko TIA dan masalah kesehatan lainnya. Usahakan untuk menjaga berat badan yang sehat dengan mengadopsi pola makan sehat dan rutin berolahraga.

 ⛹ Berhenti merokok: 

Merokok merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko TIA dan stroke. Jika Anda merokok, mencari dukungan untuk berhenti merokok dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan Anda.

⛹ Kendalikan diabetes: 

Jika Anda memiliki diabetes, penting untuk mengelola kadar gula darah dengan baik. Ikuti rencana perawatan dan pengobatan yang telah ditentukan oleh dokter untuk mengendalikan diabetes.

⛹ Aktivitas fisik teratur:

Rajin berolahraga dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, menjaga berat badan yang sehat, dan meningkatkan kesehatan jantung. Pilih aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi fisik Anda dan lakukan secara teratur.

Olahraga jalan kaki rutin setiap hari mencegah TIA
(Sumber: foto LPC-lansia)

⛹ Konsumsi makanan sehat: 

Makan makanan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan berlemak, dan kacang-kacangan dapat mendukung kesehatan jantung dan pembuluh darah.

⛹ Batasi konsumsi alkohol: 

Jika Anda minum alkohol, lakukan dengan bijak dan sesuai dengan panduan medis.

⛹ Rutin pemeriksaan kesehatan: 

Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk memantau kondisi kesehatan Anda dan mendeteksi faktor risiko potensial sejak dini.

⛹ Periksakan faktor risiko keluarga:

Jika ada anggota keluarga dengan riwayat TIA atau stroke, bicarakan dengan dokter tentang langkah-langkah pencegahan yang sesuai untuk Anda.

            πŸ’¬ Selain langkah-langkah di atas, penting juga untuk mengikuti semua saran medis yang diberikan oleh dokter dan menjalani pengobatan yang diresepkan untuk kondisi kesehatan yang ada. Mencegah TIA memerlukan komitmen untuk gaya hidup sehat dan pemantauan kesehatan secara berkala

Setelah diagnosis TIA dibuat oleh tim medis, pengobatan akan ditentukan berdasarkan penyebab dan faktor risiko individu. 

Pengobatan TIA bertujuan untuk mencegah serangan stroke lebih lanjut dan dapat mencakup beberapa langkah, seperti:

πŸ’‰ Terapi Anti platelet: 

Dokter mungkin meresepkan obat anti platelet seperti aspirin untuk mencegah pembekuan darah dan mengurangi risiko pembentukan gumpalan darah.

πŸ’‰ Anti koagulan: 

Untuk beberapa kasus TIA yang berhubungan dengan kondisi jantung tertentu, dokter dapat meresepkan anti koagulan, seperti warfarin, untuk mencegah pembekuan darah.

πŸ’‰ Kontrol tekanan darah: 

Jika tekanan darah tinggi merupakan faktor penyebab TIA, dokter akan bekerja sama dengan pasien untuk mengelola tekanan darah dalam kisaran yang sehat melalui obat-obatan atau perubahan gaya hidup.

πŸ’‰ Pengelolaan diabetes: 

Bagi penderita diabetes, pengelolaan kadar gula darah yang baik sangat penting untuk mencegah TIA dan masalah kesehatan lainnya.

πŸ’‰ Modifikasi gaya hidup: 

Mengadopsi gaya hidup sehat dengan menerapkan diet seimbang, rutin berolahraga, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol dapat membantu mengurangi risiko TIA dan masalah kesehatan lainnya.

πŸ’‰ Pemeriksaan lebih lanjut: 

Setelah TIA, pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan yang mendasarinya dan menentukan langkah-langkah pencegahan lebih lanjut.

                πŸ’€Alasan utama mengapa TIA keadaan darurat medis adalah karena sering merupakan peringatan bahwa stroke mungkin terjadi atau bahkan sudah dekat. Hingga 20% orang yang mengalami TIA mengalami stroke dalam 90 hari, dan setengah dari stroke tersebut terjadi dalam dua hari pertama setelah TIA.

              Ingatlah bahwa TIA adalah tanda peringatan serius bahwa Anda berisiko mengalami serangan stroke yang lebih besar di masa mendatang. Segera cari bantuan medis jika Anda mengalami gejala TIA.









Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/transient-ischemic-attack/symptoms-causes/syc-20355679

https://www.nhs.uk/conditions/transient-ischaemic-attack-tia/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14173-transient-ischemic-attack-tia-or-mini-stroke

https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/transient-ischemic-attack-tia

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459143/

https://www.stroke.org.uk/what-is-stroke/types-of-stroke/transient-ischaemic-attack



Friday, 28 July 2023

Sering Bikin Bentrok, Adanya Gangguan Komunikasi Pada ?Lansia,

            Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua atau lebih individu atau entitas. Ini adalah cara utama bagi manusia dan makhluk lainnya untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan memahami satu sama lain. Komunikasi melibatkan pertukaran pesan melalui berbagai saluran, termasuk lisan, tulisan, visual, dan non-verbal.

Para lansia ini saling berkomunikasi satu dengan yang lain
(Sumber: foto paguyuban pensiun purna)
Orang menggunakan komunikasi untuk melakukan banyak fungsi dalam aktivitas sehari-hari mereka, termasuk pekerjaan, aktivitas sosial dan rekreasi, keterlibatan komunitas, hubungan pribadi, dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dengan terjadinya proses penuaan , keterampilan komunikasi berubah secara halus setidaknya sebagian karena perubahan kesehatan fisik, depresi, dan penurunan kognitif. Penuaan bertanggung jawab atas perubahan fisiologis dalam pendengaran, suara, dan proses bicara

Dua lansia duduk bersebelahan, apakah saling berkomunikasi?
(Sumber: foto bodrekers)

Bahkan usia seseorang dapat diprediksi dengan cukup akurat melalui karakteristik ucapan termasuk getaran suara, nada, kecepatan berbicara, kenyaringan, dan kelancaran.

Beberapa keterampilan bahasa tetap utuh, sedangkan yang lain cenderung menurun. Misalnya, kosakata, penilaian gramatikal, dan kemampuan pengulangan relatif stabil seiring bertambahnya usia; pemahaman ucapan yang kompleks dan penamaan mungkin menurun.

Perubahan dalam komunikasi yang dihasilkan dari proses penuaan adalah normal dan juga dari kondisi kronis yang sudah berlangsung lama, banyak kondisi neurologis yang terkait dengan ketidakmampuan komunikasi yang mulai muncul di usia tua. Kondisi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang status, kecacatan, dan umum terjadi pada penuaan.  

Dalam suatu eksperimen, orang dewasa yang lebih tua lebih rentan terhadap kegagalan pencarian kata karena semua koneksi jaringan melemah seiring bertambahnya usia; kata-kata lebih rentan daripada gagasan karena kata-kata harus diartikulasikan dengan tepat dari urutan fitur fonologis yang unik. 

Kesulitan memahami ucapan merupakan salah satu 
gangguan komunikasi pada lansia ( Sumber: canva.com)

Pernah mendengar lansia atau mungkin Anda sendiri, mencari kata hewan pengerat yang makan rumput, buah beri, lumut, akar atau bunga dan mirip tikus, (menjawab dan mengucapkan kata "marmot" dengan benar mungkin  Anda akan mengacungkan jempol) sedangkan gagasan secara berlebihan ditentukan oleh banyak asosiasi dan keterkaitan yang menyatu (alih-alih berpikir marmot Anda mungkin berpikir tentang tikus atau kelinci, atau mungkin bajing).

Penuaan menghasilkan perubahan normal dalam kognisi. Tiga perubahan spesifik terjadi: berkurangnya kecepatan pemrosesan, kecenderungan lebih besar untuk teralihkan, dan berkurangnya kapasitas untuk memproses dan mengingat informasi baru.

Ciri-ciri lansia yang mengalami gangguan komunikasi dapat bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat parah gangguan tersebut. 

Beberapa ciri umum lansia mengalami gangguan komunikasi, antara lain:

πŸ“’ Kesulitan Mendengar: 

Lansia dengan gangguan pendengaran mungkin menunjukkan ciri-ciri kesulitan mendengar seperti bertanya-tanya berulang kali, merespons percakapan secara tidak tepat, atau meminta orang untuk mengulang pesan.

πŸ“’ Kesulitan Bicara: 

Lansia dengan gangguan bicara, seperti afasia atau disartria, mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan jelas, menemukan kata-kata yang tepat, atau merangkai kalimat dengan benar.

πŸ“’ Kesulitan Memahami:

Lansia dengan gangguan kognitif atau gangguan bahasa mungkin kesulitan memahami percakapan atau mengikuti arah dalam percakapan.

πŸ“’ Pengulangan atau Penggunaan Kata yang Tidak Tepat: 

Beberapa lansia yang mengalami gangguan komunikasi mungkin cenderung mengulang kata-kata atau menggunakan kata-kata yang tidak tepat secara berulang kali.

πŸ“’ Kesulitan dalam Menjaga Percakapan: 

Lansia dengan gangguan komunikasi dapat mengalami kesulitan dalam menjaga alur percakapan, terutama jika ada banyak orang yang berbicara atau topik yang kompleks.

πŸ“’ Ekspresi Wajah dan Bahasa Tubuh Tidak Tepat:

Lansia yang kesulitan berkomunikasi mungkin menunjukkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tidak sesuai dengan isi pesan yang ingin mereka sampaikan.

πŸ“’ Kesulitan Berbicara tentang Topik Tertentu: 

Beberapa lansia mungkin kesulitan dalam berbicara tentang topik tertentu yang terkait dengan kenangan atau peristiwa tertentu.

πŸ“’ Penarikan Diri Sosial:

Lansia yang merasa kesulitan dalam berkomunikasi mungkin cenderung menarik diri dari interaksi sosial untuk menghindari frustrasi atau kebingungan.

              Penting untuk diingat bahwa gejala dan ciri-ciri di atas dapat disebabkan oleh berbagai kondisi atau penyakit yang berbeda.

Beberapa penyakit atau kondisi tertentu pada lansia dapat menjadi gangguan komunikasi karena mempengaruhi kemampuan fisik dan kognitif mereka, yaitu:

πŸ”‡ Gangguan Pendengaran: 

Hilangnya pendengaran atau gangguan pendengaran pada lansia dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar dan memahami percakapan. Ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan isolasi sosial.

πŸ”‡ Afasia: 

Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang mengendalikan bahasa. Lansia yang mengalami afasia mungkin mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami kata-kata, atau menemukan kata-kata yang tepat saat berbicara.

πŸ”‡ Disartria: 

Disartria adalah gangguan bicara yang disebabkan oleh kelumpuhan atau kelemahan otot yang mengendalikan bicara. Lansia dengan disartria mungkin mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan lidah, bibir, dan rahang saat berbicara, sehingga bicaranya terdengar tidak jelas.

πŸ”‡ Apraksia: 

Apraksia adalah gangguan dalam melakukan gerakan motorik yang kompleks, termasuk gerakan bicara. Lansia dengan apraksia bicara mungkin mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan yang diperlukan untuk berbicara dengan benar.

πŸ”‡ Gangguan Kognitif seperti Demensia: 

Lansia dengan demensia, seperti penyakit Alzheimer, mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata, mengikuti percakapan, dan memproses informasi secara efisien.

πŸ”‡ Gangguan Neurologis: 

Beberapa gangguan neurologis lainnya, seperti Parkinson, stroke, atau cedera otak traumatis, dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi lansia melalui berbagai cara.

πŸ”‡ Gangguan Penglihatan: 

Gangguan penglihatan atau kehilangan penglihatan pada lansia dapat menyebabkan kesulitan dalam membaca, melihat ekspresi wajah, atau menginterpretasikan bahasa tubuh orang lain.

πŸ”‡ Disfonia: 

Disfonia adalah gangguan yang mempengaruhi suara atau kualitas suara seseorang. Ini bisa menyebabkan suara serak, lemah, atau tidak stabil.

πŸ”‡ Disfagi: 

Disfagi adalah gangguan menelan yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengonsumsi makanan atau minuman dengan benar, yang dapat mempengaruhi kemampuan berbicara.

πŸ”‡ Gangguan Artikulasi: 

Gangguan artikulasi menyebabkan kesulitan dalam mengucapkan suara, bunyi, atau kata-kata dengan benar.

            πŸ’­ Penting untuk diingat bahwa gangguan komunikasi dapat bersifat kompleks dan bervariasi pada setiap individu

Berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan komunikasi memerlukan pendekatan yang sensitif dan adaptif

Beberapa kiat yang dapat membantu berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan komunikasi:

πŸ”Š Perhatikan Lingkungan Komunikasi:

Pastikan lingkungan komunikasi bebas dari gangguan dan cukup terang. Hindari latar belakang yang berisik atau bising yang dapat mengganggu pemahaman percakapan.

πŸ”Š Mendekat dan Jaga Kontak Mata: 

Dekatkan diri Anda pada lansia dan pastikan Anda menjaga kontak mata. Ini membantu menciptakan ikatan dan mengalihkan perhatian mereka pada percakapan.

πŸ”Š Bicara dengan Pelan dan Jelas: 

Gunakan suara yang pelan dan jelas. Bicaralah dengan tempo yang lambat dan pastikan kata-kata Anda mudah dipahami.

πŸ”Š Gunakan Bahasa yang Sederhana: 

Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang pendek. Hindari penggunaan frasa atau kosakata yang rumit.

πŸ”Š Gunakan Pertanyaan Terbuka:

Gunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan lansia memberikan respons yang lebih luas. Pertanyaan seperti "Bagaimana perasaanmu tentang ini?" atau "Ceritakan lebih lanjut" dapat membuka percakapan.

πŸ”Š Dengarkan dengan Empati: 

Dengarkan dengan penuh perhatian dan empati. Biarkan mereka mengungkapkan perasaan mereka tanpa interupsi.

πŸ”Š Perhatikan Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah: 

Perhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah lansia. Hal ini dapat membantu Anda memahami bagaimana mereka merespons percakapan.

Perhatikan Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah
dapat membantu berkomunikasi
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

πŸ”Š Sabar dan Tunggu Respons: 

Berikan waktu untuk lansia untuk bereaksi dan jangan terburu-buru untuk mengisi keheningan dalam percakapan.

πŸ”Š Gunakan Gambar atau Bahasa Tubuh: 

Jika diperlukan, Anda dapat menggunakan gambar atau bahasa tubuh untuk membantu menyampaikan pesan atau memahami pesan dari lansia.

πŸ”Š Hargai Perasaan dan Pengalaman: 

Hargai perasaan dan pengalaman lansia. Jangan mengabaikan perasaan mereka atau meremehkan pengalaman hidup mereka.

πŸ”Š Jangan Meremehkan: 

Hindari meremehkan atau membicarakan lansia di depan mereka. Berbicaralah kepada mereka dengan hormat dan kesopanan.

πŸ”Š Konfirmasi Pemahaman: 

Untuk memastikan bahwa Anda memahami dengan benar apa yang ingin disampaikan oleh lansia, konfirmasi dan ulangi poin-poin penting dari percakapan.

Konfirmasi Pemahaman penting dilakukan agar
pesan yang disampaikan kepada lansia sesuai
(Sumber: foto paguyuban pensiun purna)

        Ciri-ciri gangguan komunikasi pada lansia dapat bervariasi. Yang terpenting adalah mendekati mereka dengan penuh pengertian, kesabaran, dan kepekaan terhadap kebutuhan mereka.

Mencegah gangguan komunikasi pada lansia melibatkan beberapa langkah untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan sosial mereka. 

Beberapa cara untuk mencegah gangguan komunikasi pada lansia:

πŸ‘„ Perawatan Kesehatan Rutin: 

Penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dan mengikuti arahan medis untuk mengelola kondisi kesehatan yang mungkin mempengaruhi komunikasi, seperti pendengaran, bicara, atau kognisi.

πŸ‘„ Latihan Fisik: 

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung, sirkulasi darah, dan fungsi otak, yang semuanya berperan dalam komunikasi yang baik.

πŸ‘„ Pola Makan Sehat: 

Diet seimbang dan bergizi berkontribusi pada kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesehatan otak dan fungsi kognitif.

πŸ‘„ Latih Otak: 

Melakukan latihan otak, seperti teka-teki silang, permainan memori, atau kegiatan kognitif lainnya, dapat membantu menjaga keterampilan komunikasi dan kognitif.

πŸ‘„ Batasi Penggunaan Alkohol dan Rokok: 

Konsumsi alkohol berlebihan dan merokok dapat merusak kesehatan fisik dan kognitif, termasuk kemampuan komunikasi.

πŸ‘„ Hindari Cedera Kepala:

Mencegah cedera kepala dan menghindari kecelakaan yang dapat merusak otak adalah langkah penting dalam menjaga fungsi kognitif.

πŸ‘„ Interaksi Sosial: 

Menjaga interaksi sosial yang aktif dapat membantu menjaga keterampilan komunikasi dan kognitif, serta memberikan dukungan sosial yang penting bagi kesejahteraan lansia.

πŸ‘„ Jaga Kesehatan Mental:

Menjaga kesehatan mental, mengurangi stres, dan mengelola kondisi seperti depresi atau kecemasan dapat membantu mempertahankan kemampuan komunikasi yang baik.

πŸ‘„ Perhatian pada Pendengaran:

Jika lansia mengalami masalah pendengaran, segera konsultasikan dengan profesional medis untuk penanganan dan solusi yang sesuai.

πŸ‘„ Menggunakan Teknologi:

Beberapa aplikasi dan alat teknologi dapat membantu lansia dalam berkomunikasi, seperti aplikasi penerjemah teks untuk komunikasi lisan atau alat bantu dengar.

πŸ‘„ Jaga Lingkungan Fisik: 

Pastikan lingkungan di sekitar lansia aman dan nyaman untuk mencegah cedera dan stres yang tidak perlu.

πŸ‘„ Rutin Melakukan Aktivitas Otak:

Terlibat dalam aktivitas yang merangsang otak, seperti membaca, menulis, belajar, atau bermain permainan mental, dapat membantu menjaga keterampilan komunikasi dan kognitif.

             πŸ’¬ Selain langkah-langkah di atas, menjaga komunikasi yang positif dan terbuka dengan lansia dapat membantu memastikan bahwa mereka merasa didukung dan terlibat dalam interaksi sosial.

 πŸ’€ Tantangan, bagaimana komunikasi dua lansia (suami-istri atau dua orang yang berbeda),  banyak lansia yang memiliki  gangguan komunikasi sehingga menimbulkan bentrok dan tidak akur suami-istri, dua sahabat lansia yang saling marah dan saling menyalahkan tanpa disadari penyebabnya. Namun dengan pendekatan yang tepat, komunikasi yang efektif masih bisa terjadi. 

Beberapa kiat untuk membantu komunikasi antara dua lansia atau lebih, yang mengalami gangguan komunikasi:

😁 Gunakan Bahasa yang Sederhana: 

Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang pendek. Hindari penggunaan frasa atau kosakata yang rumit.

😁 Bicara dengan Pelan dan Jelas: 

Gunakan suara yang pelan dan jelas. Bicaralah dengan tempo yang lambat dan pastikan kata-kata Anda mudah dipahami.

😁 Dengarkan dengan Sabar:

Berikan waktu untuk masing-masing lansia untuk merespon dan jangan terburu-buru untuk mengisi keheningan dalam percakapan.

😁 Gunakan Komunikasi Non-Verbal:

Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan kontak mata dapat membantu menyampaikan perasaan dan maksud ketika kata-kata tidak cukup.

Gunakan Komunikasi Non-Verbal agar mudah berkomunikasi
(Sumber: foto bodrekers)

😁 Gunakan Gambar atau Gestur: 

Jika diperlukan, Anda dapat menggunakan gambar atau gestur untuk membantu menyampaikan pesan atau memahami pesan dari satu sama lain.

😁 Berikan Dukungan: 

Jika salah satu lansia kesulitan berbicara atau memahami, berikan dukungan dan tunjukkan kesabaran. Jangan menekan atau mengintimidasi mereka.

😁 Jangan Meremehkan:

Hindari meremehkan atau membicarakan satu sama lain di depan mereka. Berbicaralah dengan hormat dan kesopanan.

😁 Jaga Keterlibatan: 

Pertahankan keterlibatan dalam percakapan. Cobalah mencari topik yang menarik bagi mereka dan berbicara tentang hal-hal yang relevan dan bermakna.

😁 Konfirmasi Pemahaman: 

Untuk memastikan bahwa Anda memahami dengan benar apa yang ingin disampaikan oleh lansia lainnya, konfirmasi dan ulangi poin-poin penting dari percakapan.

😁 Gunakan Humor: 

Penggunaan humor yang tepat dapat membantu meredakan ketegangan dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam komunikasi.

             Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi dapat membantu mencegah gangguan komunikasi pada lansia dengan menjaga kesehatan fisik dan fungsi kognitif. 

Beberapa jenis makanan yang baik, untuk mencegah gangguan komunikasi pada lansia:

πŸ’ Buah-buahan dan Sayuran: 

Konsumsi beragam buah-buahan dan sayuran memberikan vitamin, mineral, dan antioksidan yang penting bagi kesehatan otak dan sistem saraf.

πŸ’ Ikan Berlemak: 

Ikan seperti salmon, tuna, dan sarden mengandung asam lemak omega-3 yang bermanfaat bagi fungsi otak dan kognitif.

πŸ’ Kacang-kacangan dan Biji-bijian:

Kacang-kacangan dan biji-bijian mengandung lemak sehat, serat, dan nutrisi lainnya yang baik untuk kesehatan otak dan tubuh.

πŸ’ Produk Susu Rendah Lemak: 

Susu, yogurt, dan keju rendah lemak mengandung kalsium dan protein yang penting untuk kesehatan tulang dan otak.

πŸ’ Sumber Protein Rendah Lemak:

Daging tanpa lemak, dada ayam, dan tahu adalah contoh sumber protein rendah lemak yang baik untuk kesehatan.

πŸ’ Biji Chia dan Biji Rami: 

Biji chia adalah salah satu jenis biji-bijian yang kerap menjadi campuran makanan dan minuman dan biji rami adalah salah satu jenis biji-bijian utuh yang sering dijadikan tepung untuk mengolah makanan,  kaya akan asam lemak omega-3, serat, dan nutrisi lainnya yang baik untuk otak.

πŸ’ Minyak Zaitun: 

Minyak zaitun mengandung lemak sehat yang bermanfaat bagi kesehatan otak dan kardiovaskular.

πŸ’ Telur:

Telur adalah sumber protein berkualitas tinggi dan kolin, yang penting untuk fungsi otak.

πŸ’ Produk Gandum Utuh: 

Roti gandum utuh, nasi merah, dan pasta gandum utuh mengandung serat dan nutrisi tambahan untuk kesehatan otak dan tubuh.

πŸ’ Air Putih: 

Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan cukup minum air putih sangat penting untuk fungsi otak yang optimal.

              πŸ”‰ Selain mengonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan, penting juga untuk membatasi konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak jenuh.






Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3074568/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK97337/

https://hellocare.com.au/improving-your-interactions-with-older-people-with-communication-difficulties/

https://gerontology.ku.edu/sites/gerontology.drupal.ku.edu/files/ 

https://www.cdc.gov/healthliteracy/developmaterials/audiences/olderadults/understanding-challenges.html

https://brieflands.com/articles/mejrh-65310.html

https://www.healthxchange.sg/seniors/caregiver-tips/communicate-effectively-with-elderly


Wednesday, 26 July 2023

Perasaan Bosan Dapat Memangkas Dan Mematikan hidup Lansia

             Bosan adalah perasaan ketika seseorang merasa kehilangan minat atau kegembiraan dalam melakukan kegiatan tertentu atau berada dalam situasi yang monoton, tidak menarik, atau tidak menantang. Ini adalah perasaan yang umum dialami oleh banyak orang di berbagai tahap kehidupan, dan bisa menjadi sinyal bahwa seseorang membutuhkan variasi atau perubahan dalam rutinitas atau aktivitas mereka.    

Ada ungkapan yang disampaikan oleh William F. Buckley, seorang penulis konservatif, intelektual publik, dan komentator politik Amerika (1925- 2008)   "Kebosanan adalah racun paling mematikan", sesekali bosan memang tidak membunuh. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa kebosanan jangka panjang dapat meningkatkan risiko kematian dini. Tetapi itu bukan karena kebosanan itu sendiri melainkan gaya hidup tertentu dan masalah kesehatan yang mendasarinya.

Masalah kesehatan, antara lain:

πŸ‘‰ Alexithymia :

Alexithymia adalah fenomena neuropsikologis yang ditandai dengan tantangan yang signifikan dalam mengenali, mengekspresikan, dan menggambarkan emosi diri sendiri jadi ketidakmampuan untuk menggambarkan  dan mengidentifikasi emosi.

πŸ‘‰ Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD):

Salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum pada masa kanak-kanak. Biasanya pertama kali didiagnosis pada masa kanak-kanak dan sering berlangsung hingga dewasa. Anak-anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan untuk memperhatikan, mengendalikan perilaku impulsif (mungkin bertindak tanpa memikirkan apa akibatnya nanti), atau menjadi terlalu aktif.

πŸ‘‰ Depresi :

Depresi (gangguan depresi mayor) adalah penyakit medis umum dan serius yang secara negatif memengaruhi perasaan, cara berpikir, dan cara bertindak.  Ini dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik dan dapat menurunkan kemampuan Anda untuk berfungsi di tempat kerja dan di rumah.

πŸ‘‰ Sensitivitas Tinggi:

Kepribadian ini dapat didefinisikan sebagai respons fisik, mental, dan emosional yang akut terhadap rangsangan eksternal (sosial dan lingkungan) atau internal. Orang yang sangat sensitif dapat menjadi introvert, ekstrovert, atau di antara keduanya.

πŸ‘‰ Cedera otak traumatis:

Cedera otak adalah cedera kepala yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi otak. Cedera otak secara garis besar diklasifikasikan menjadi cedera otak traumatik (COT) yang berasal dari sumber eksternal dan cedera otak non-traumatik yang berasal dari sumber internal.         

Wisata perjalanan pendek lansia bersama keluarga
sangat ampuh melawan kebosanan
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Perasaan bosan adalah perasaan atau emosi yang muncul ketika seseorang merasa kurang tertarik, kurang termotivasi, atau merasa tidak ada hal menarik yang dilakukan. Biasanya, perasaan bosan muncul ketika seseorang merasa kegiatan atau situasi yang mereka alami tidak menarik, monoton, atau terlalu rutin.

Kebosanan adalah salah satu kondisi mental kompleks yang diatur oleh hormon dopamin di otak. Hormon dopamin adalah suatu senyawa kimia yang berfungsi sebagai neurotransmitter dalam sistem saraf pusat manusia. Dopamin memiliki peran penting dalam berbagai fungsi kognitif, emosional, dan perilaku. Beberapa orang menghasilkan lebih sedikit dopamin atau memiliki reseptor di otak yang kurang sensitif terhadapnya dan orang-orang ini memiliki ambang kebosanan yang lebih rendah.

"Bosan," "kebosanan," dan "perasaan bosan" merujuk pada hal yang sama, yaitu kondisi atau emosi ketika seseorang merasa kurang tertarik, kurang termotivasi, atau merasa tidak ada hal menarik yang dilakukan.

Ilustrasi lansia sedang merasa bosan, racun paling mematikan
(Sumber: Canva.com)

Semua istilah tersebut merujuk pada kondisi emosional di mana seseorang merasa kurang terhibur atau termotivasi, dan mereka sering menginginkan hiburan atau variasi untuk mengatasi kebosanan tersebut. Kondisi ini adalah pengalaman emosional yang umum dan wajar dalam kehidupan sehari-hari.

Namun hasil temuan peneliti :

  • Kebosanan bisa memangkas tahun-tahun hidup Anda.
  • Orang yang mengeluhkan kebosanan lebih mungkin mati muda, dan bahwa mereka yang mengalami 'tingkat tinggi' kebosanan lebih dari dua setengah kali lebih mungkin meninggal karena penyakit jantung atau stroke daripada mereka yang puas dengan nasib mereka.
  • Lebih dari 7.000 pegawai negeri dipelajari selama 25 tahun - dan mereka yang mengatakan mereka bosan hampir 40 persen lebih mungkin meninggal pada akhir studi daripada mereka yang tidak.
Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara kebosanan yang berkepanjangan dengan masalah kesehatan mental dan fisik yang lebih serius. Seiring berjalannya waktu, masalah kesehatan tersebut dapat mempengaruhi harapan hidup dan kualitas hidup seseorang.

Lansia (orang yang sudah berusia lanjut) bisa merasa bosan karena beberapa faktor yang umum terjadi pada tahap kehidupan tersebut. 

Beberapa alasan utama mengapa lansia merasa bosan, antara lain:

πŸ˜‘ Keterbatasan aktivitas fisik: 

Dengan bertambahnya usia, lansia mungkin mengalami penurunan kemampuan fisik, kelelahan lebih cepat, dan bahkan ada yang memiliki kondisi kesehatan yang membatasi mereka untuk bergerak atau berpartisipasi dalam aktivitas fisik. Keterbatasan ini dapat menyebabkan rasa bosan karena mereka merasa tidak dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya dinikmati.

πŸ˜‘ Sosialisasi yang berkurang:

Lansia sering kali mengalami perubahan dalam lingkungan sosial mereka. Teman, kolega, atau anggota keluarga mungkin berpindah atau meninggal dunia, yang dapat menyebabkan perasaan kesepian dan isolasi. Keterbatasan fisik juga dapat menghambat kemampuan mereka untuk berinteraksi sosial, seperti pergi ke acara sosial atau mengunjungi teman-teman.

πŸ˜‘ Kurangnya rangsangan mental: 

Ketika rutinitas sehari-hari menjadi terbatas dan kegiatan-kegiatan menantang menurun, lansia dapat merasa kurang terstimulasi secara mental. Hal ini bisa menyebabkan mereka merasa bosan dan kurang bermakna dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

πŸ˜‘ Perubahan gaya hidup: 

Setelah pensiun, lansia mungkin tidak lagi terlibat dalam kegiatan pekerjaan atau proyek yang menarik. Ini bisa menyebabkan perasaan kehilangan tujuan dan membuat mereka merasa tidak berguna.

πŸ˜‘ Perubahan peran dalam keluarga: 

Lansia mungkin merasa bosan karena peran mereka dalam keluarga telah berubah. Anak-anak sudah dewasa dan mandiri, sehingga perhatian dan tanggung jawab yang sebelumnya ada menjadi berkurang.

πŸ˜‘ Kurangnya minat pada aktivitas baru: 

Beberapa lansia mungkin enggan mencoba hal-hal baru atau berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak biasa bagi mereka. Ini bisa menyebabkan perasaan monoton dan bosan dengan rutinitas sehari-hari.

          Ciri-ciri lansia yang merasa bosan dapat bervariasi dari individu ke individu, tetapi ada beberapa tanda umum yang menunjukkan bahwa seorang lansia mengalami rasa bosan. 

Beberapa ciri-ciri lansia merasa bosan, antara lain:

πŸ˜’ Tidak bersemangat atau kurang minat: 

Lansia yang merasa bosan mungkin kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati. Mereka mungkin tampak tidak bersemangat atau kurang antusias dalam menjalani hari-hari mereka.

πŸ˜’ Kurangnya inisiatif: 

Lansia yang merasa bosan mungkin cenderung kurang berinisiatif untuk memulai atau mencoba hal-hal baru. Mereka mungkin merasa tidak termotivasi untuk mencari pengalaman baru atau mengatasi tantangan.

πŸ˜’ Isolasi sosial: 

Perasaan bosan sering dapat menyebabkan lansia mengalami isolasi sosial. Mereka mungkin cenderung menghindari interaksi dengan orang lain dan lebih memilih untuk menjalani waktu sendirian.

πŸ˜’ Perubahan suasana hati: 

Lansia yang merasa bosan mungkin mengalami perubahan suasana hati yang lebih sering, termasuk perasaan kesal, frustrasi, atau sedih.

πŸ˜’ Menghabiskan waktu dengan cara yang tidak produktif: 

Lansia yang merasa bosan mungkin menghabiskan waktu dalam rutinitas yang monoton atau kegiatan yang kurang bermakna, seperti menonton televisi secara berlebihan atau hanya tiduran sepanjang hari.

πŸ˜’ Merasa kehilangan tujuan: 

Rasa bosan dapat membuat lansia merasa kehilangan tujuan dalam hidup mereka. Mereka mungkin merasa tidak memiliki arah atau tujuan yang jelas untuk dikejar.

πŸ˜’ Menjadi mudah lelah atau lesu:

Lansia yang merasa bosan mungkin merasa lelah atau lesu secara fisik dan mental, karena kurangnya stimulasi dan aktivitas yang menarik.

πŸ˜’ Kesulitan tidur: 

Rasa bosan dapat mempengaruhi pola tidur lansia, menyebabkan kesulitan tidur atau tidur yang terganggu.

πŸ˜’ Perubahan pola makan: 

Beberapa lansia yang merasa bosan dapat mengalami perubahan dalam pola makan, termasuk kurangnya selera makan atau kecenderungan untuk mengonsumsi makanan sebagai bentuk mengisi waktu luang.

           πŸ’¬ Rasa bosan adalah perasaan yang wajar, terutama dalam tahap kehidupan tertentu seperti usia lanjut. Namun, jika rasa bosan berlanjut dalam jangka panjang dan mengganggu kualitas hidup lansia, penting untuk mencari dukungan dan mencari cara-cara yang positif dan memuaskan untuk mengisi waktu dan menjaga kesehatan fisik serta mental mereka. 

Melibatkan lansia dalam aktivitas yang menarik, membangun hubungan sosial yang kuat, dan merawat kesehatan fisik dan mental mereka dapat membantu mengatasi rasa bosan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Rasa bosan itu sendiri bukan penyakit, tetapi bisa menjadi gejala atau indikator adanya masalah kesehatan atau kondisi emosional tertentu. 

Beberapa penyakit atau kondisi yang mungkin menyertai atau berkontribusi pada rasa bosan adalah:

😰Depresi: 

Depresi adalah gangguan mental yang serius yang dapat menyebabkan perasaan sedih, putus asa, kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati, dan perasaan bosan yang berkelanjutan. Rasa bosan yang berhubungan dengan depresi biasanya tidak hanya muncul sebagai reaksi terhadap lingkungan atau rutinitas yang kurang menarik, tetapi lebih merupakan gejala dari ketidakmampuan untuk merasakan kebahagiaan atau kenikmatan dalam kehidupan.

😰 Gangguan Kecemasan: 

Beberapa gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan generalisasi (GAD) atau gangguan kecemasan sosial dapat menyebabkan perasaan bosan karena ketegangan dan kekhawatiran yang berlebihan mengganggu kemampuan seseorang untuk menikmati aktivitas atau interaksi sosial.

😰 Demensia atau Gangguan Kognitif: 

Lansia yang mengalami demensia atau gangguan kognitif dapat merasa bosan karena perubahan dalam fungsi kognitif mereka, yang dapat mempengaruhi minat mereka pada aktivitas dan kemampuan mereka untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari.

😰 Isolasi Sosial:

Isolasi sosial atau kurangnya interaksi dengan orang lain dapat menyebabkan perasaan bosan dan kesepian pada orang dewasa maupun lansia.

😰 Gangguan Tidur: 

Gangguan tidur yang sering atau kurang tidur dapat menyebabkan perasaan bosan karena ketidakmampuan untuk mendapatkan istirahat yang cukup dan energi yang kurang.

😰 Kurangnya Stimulasi Mental: 

Kurangnya stimulasi mental atau kurangnya keterlibatan dalam kegiatan kognitif yang menantang dapat menyebabkan perasaan bosan pada lansia atau orang-orang dari berbagai kelompok usia.

                  πŸ’­Mengobati rasa bosan pada lansia melibatkan pendekatan yang holistik, yang mencakup berbagai aspek kehidupan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi rasa bosan pada lansia:

🎯 Aktivitas fisik: 

Mendorong lansia untuk tetap aktif secara fisik sangat penting. Olahraga ringan, seperti berjalan-jalan, senam ringan, atau yoga, dapat membantu meningkatkan suasana hati dan energi mereka.

🎯 Aktivitas mental: 

Melatih otak dengan teka-teki, puzzle, atau bermain permainan yang menantang dapat membantu menjaga keterampilan kognitif dan mengatasi rasa bosan.

🎯 Menjaga koneksi sosial:

Mengajak lansia untuk tetap terhubung dengan keluarga, teman, atau komunitas dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan rasa bosan.

Menjaga koneksi sosial dengan keluarga dan teman
merupakan cara ampuh membunuh kebosanan
(Sumber : foto grup bodekers)

🎯 Hobi dan minat:

Mendorong lansia untuk terlibat dalam hobi atau minat yang mereka nikmati dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan.

Hobi dan minat dapat menghilangkan perasaan bosan
misalnya berjualan makanan di bazar perumahan
(Sumber: foto grup bodrekers)

🎯 Relawan: 

Mengikutsertakan lansia dalam kegiatan sukarela atau program sosial di masyarakat dapat membantu merasa lebih bermanfaat dan memberikan tujuan dalam hidup.

Menjadi relawan kegiatan RT, RW,PKK
merupakan cara terbaik lansia menghilangkan kebosanan
(Sumber: foto forum warga RT 009 RW 009) 

🎯 Pendidikan dan pelatihan: 

Menyediakan kesempatan untuk belajar hal-hal baru atau mengikuti pelatihan dapat membantu menjaga semangat hidup dan mengatasi rasa bosan.

🎯 Aktivitas seni: 

Mendorong lansia untuk mengikuti kelas seni atau berkreasi dengan melukis, menyulam, atau melakukan kegiatan seni lainnya dapat merangsang kreativitas dan menghilangkan rasa bosan.

🎯 Wisata atau perjalanan:

Jika memungkinkan, membawa lansia untuk berwisata atau melakukan perjalanan pendek dapat memberikan perubahan suasana dan pengalaman yang menarik.

🎯 Konsultasi dengan profesional kesehatan: 

Jika lansia tampak mengalami rasa bosan yang parah atau mengalami gejala depresi atau masalah kesehatan mental lainnya, segera konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan mental untuk penilaian dan bantuan lebih lanjut.

🎯 Rutinitas yang sehat: 

Membantu lansia untuk menjaga rutinitas yang sehat termasuk tidur yang cukup, pola makan yang seimbang, dan menghindari perilaku merugikan seperti konsumsi alkohol berlebihan atau merokok.

        πŸ’¬ Penting untuk melibatkan lansia dalam proses pengambilan keputusan mengenai aktivitas dan perubahan gaya hidup mereka. Mendengarkan dan memahami keinginan dan kebutuhan mereka akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan memuaskan untuk mengatasi rasa bosan.

             Bila seseorang merasa terganggu oleh rasa bosan secara berlebihan atau merasa bahwa perasaan bosan telah mengganggu kualitas hidup mereka, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan atau psikolog untuk penilaian lebih lanjut dan bantuan yang tepat.

                                                           πŸ’ͺπŸ‘΄πŸ‘΅πŸŽ†





Sumber:

https://serenityhomecare.ca/2021/05/26/boredom-in-seniors/ 

https://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-1249073/You-really-bored-death-scientists-discover.html

https://www.arborcompany.com/blog/why-activities-for-elderly-people-are-important

https://www.homecareassistancearlingtontx.com/ways-to-keep-elderly-people-from-being-bored/

https://tutera.com/blog/boredom-and-depression-are-seniors-at-higher-risk/

https://en.wikipedia.org/wiki/Alexithymia

https://www.psychiatry.org/patients-families/depression/what-is-depression