Tuesday, 8 August 2023

Pegal Badan Pada Lansia, Bikin Pegal Hati

          Lansia kerap kali mengeluhkan pegal hampir di seluruh badannya. Jika sering kali mengeluh tentu kondisi ini bisa mengganggu aktivitas para lansia. Lansia harus aktif setiap hari agar tidak berisiko terkena penyakit kronis lainya. 

Keluarga tidak boleh pegal hati (kesal) mendengar keluhan orang tua, dan harus mencari tahu sebab timbulnya keluhan tersebut. Kenapa sering pegal pada orang lanjut usia?

Lansia harus rajin berolahraga menghilangkan rasa pegal
(Sumber: foto pens 49 ceria)
"Pegal" (atau "rasa pegal") biasanya menggambarkan rasa kelelahan, kekakuan, atau kesemutan pada otot-otot, yang bisa terjadi akibat aktivitas fisik yang berlebihan, posisi tubuh yang tidak tepat, atau kurangnya aktivitas fisik yang memadai. Rasa pegal juga muncul karena berbagai kondisi atau penyakit tertentu.

Ada berbagai hal yang menyebabkan lansia mengalami pegal di bagian tubuhnya. Kondisi ini bisa dikatakan wajar karena faktor usia juga memengaruhi.  

Dalam konteks medis, untuk menggambarkan kondisi "pegal" disebut "myalgia".  Pegal atau myalgia merujuk pada sensasi tidak nyaman atau kekakuan pada otot atau kelompok otot tertentu tanpa adanya cedera fisik yang jelas. Pegal atau myalgia bisa bersifat sementara dan biasanya mereda setelah istirahat.

Lansia sering mengeluh pegal pada seluruh badan
(Sumber: foto canva.com)

"Myalgia" adalah istilah medis yang digunakan secara spesifik untuk merujuk pada kondisi nyeri atau tidak nyaman pada otot atau kelompok otot tertentu. Myalgia merupakan bagian dari kategori rasa pegal, tetapi lebih merupakan istilah yang lebih teknis dan sering digunakan oleh profesional medis.

Rasa pegal di badan adalah sensasi tidak nyaman atau kelelahan pada otot-otot atau tubuh secara umum. 

Pegal bisa disebabkan oleh berbagai hal,  antara lain:

😩 Aktivitas fisik berlebihan: 

Terlalu banyak bergerak atau melakukan aktivitas fisik dapat menyebabkan otot-otot menjadi pegal, terutama jika Anda tidak terbiasa atau tidak memiliki kebugaran yang memadai.

😩 Cedera otot: 

Jika Anda melakukan gerakan yang salah atau berat beban yang berlebihan, otot Anda dapat mengalami cedera mikro atau bahkan cedera lebih serius, yang dapat menyebabkan rasa pegal.

😩 Ketegangan emosional atau stres: 

Stres dan tekanan emosional dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang, yang pada gilirannya dapat menyebabkan rasa pegal di berbagai area tubuh.

Ketegangan emosional dan stres pada lansia menyebabkan rasa pegal
(Sumber: foto canva.com)

😩 Kurang tidur: 

Kurang tidur atau tidur dengan kualitas yang buruk dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang dan menyebabkan rasa pegal.

😩 Penyakit atau kondisi medis: 

Beberapa kondisi medis, seperti flu, demam, atau infeksi, juga dapat menyebabkan tubuh terasa pegal.

😩 Gangguan postur: 

Postur tubuh yang buruk saat duduk atau berdiri dalam waktu lama dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang dan menyebabkan pegal.

            Lansia sering merasa pegal karena ada beberapa perubahan fisik dan fisiologis yang terjadi dalam tubuh saat proses penuaan. 

Beberapa faktor yang dapat menimbulkan rasa pegal pada lansia meliputi:

💪 Penurunan massa otot: 

Seiring bertambahnya usia, massa otot cenderung berkurang (sarkopenia). Penurunan massa otot ini dapat menyebabkan otot menjadi lebih lemah dan mudah lelah, menyebabkan rasa pegal.

💪 Penurunan elastisitas jaringan ikat: 

Jaringan ikat di tubuh cenderung kehilangan elastisitasnya seiring usia, yang dapat menyebabkan ketegangan pada otot dan menyebabkan rasa pegal.

💪 Penurunan kepadatan tulang: 

Osteoporosis adalah kondisi yang umum terjadi pada lansia, di mana kepadatan tulang menurun. Hal ini dapat menyebabkan rasa pegal karena tulang menjadi lebih rentan terhadap cedera dan stres.

💪 Perubahan pada persendian:

Lansia cenderung mengalami perubahan degeneratif pada persendian, seperti arthritis. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri dan pegal pada sendi-sendi tertentu.

💪 Gangguan sirkulasi: 

Proses penuaan dapat mempengaruhi sistem sirkulasi, mengurangi aliran darah ke otot dan jaringan. Kurangnya suplai darah yang cukup dapat menyebabkan pegal dan kram.

💪 Aktivitas fisik yang berkurang: 

Seiring bertambahnya usia, beberapa lansia mungkin menjadi kurang aktif secara fisik, yang dapat menyebabkan otot menjadi lemah dan kaku, serta menyebabkan rasa pegal setelah aktivitas ringan.

Aktivitas fisik yang berkurang, otot menjadi lemah dan
kaku, menyebabkan rasa pegal meskipun aktivitas ringan
(Sumber: foto canva.com)

💪 Kondisi kesehatan yang mendasari: 

Beberapa kondisi kesehatan yang lebih umum pada lansia, seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan neurologis, juga dapat menyebabkan rasa pegal dan kelelahan.

            Untuk mengurangi rasa pegal pada lansia, penting untuk menerapkan pola hidup sehat, termasuk mengikuti program latihan fisik yang sesuai, menjaga pola makan seimbang, tidur yang cukup, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol berlebih.

Beberapa penyakit yang sering menyertai rasa pegal pada lansia, antara lain:

💩 Osteoarthritis: 

Ini adalah jenis arthritis yang paling umum pada lansia. Osteoarthritis menyebabkan peradangan pada sendi dan dapat menyebabkan nyeri, kaku, dan pegal pada persendian yang terkena.

Osteoarthritis menyebabkan pegal pada persendian yang terkena
(Sumber: foto canva.com)

💩  Rheumatoid arthritis: 

Ini adalah bentuk arthritis inflamasi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sendi dan jaringan tubuh lainnya. Rheumatoid arthritis dapat menyebabkan rasa pegal pada persendian dan otot.

💩 Osteoporosis: 

Kondisi ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang, membuat tulang lebih mudah patah atau mengalami stres yang menyebabkan pegal.

💩 Polimialgia rheumatica: 

Merupakan penyakit inflamasi yang menyebabkan nyeri otot dan persendian, terutama di bagian leher, bahu, dan panggul.

💩 Fibromyalgia: 

Suatu kondisi yang menyebabkan nyeri dan kekakuan otot yang luas, serta rasa pegal di berbagai area tubuh.

💩 Gangguan sirkulasi: 

Penyakit arteri perifer, yang menyebabkan aliran darah yang terbatas ke ekstremitas tubuh, dapat menyebabkan pegal pada kaki dan tangan.

💩 Neuropati perifer: 

Merupakan kerusakan saraf perifer yang dapat menyebabkan sensasi pegal, terbakar, dan kesemutan di tangan dan kaki.

💩 Sindrom kaki gery: 

Merupakan kondisi neurologis yang sering terjadi pada lansia dan dapat menyebabkan sensasi pegal, terbakar, dan kesemutan di kaki dan kadang-kadang tangan.

💩 Depresi dan kecemasan:

Masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dapat menyebabkan rasa pegal dan ketegangan otot.

💩 Penyakit jantung: 

Beberapa gangguan jantung pada lansia dapat menyebabkan kelelahan dan rasa pegal.

        Mencegah rasa pegal pada lansia melibatkan berbagai langkah untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan gaya hidup yang sehat. 

Beberapa kiat untuk membantu mencegah rasa pegal pada lansia:

🏉 Rajin berolahraga: 

Program latihan fisik yang teratur dan sesuai dengan kemampuan fisik lansia dapat membantu menjaga kekuatan otot, fleksibilitas, dan keseimbangan tubuh. Jenis olahraga yang direkomendasikan termasuk jalan kaki, senam ringan, yoga, dan peregangan.

🏉 Pertahankan berat badan yang sehat: 

Memiliki berat badan yang sehat dapat mengurangi tekanan pada persendian dan otot, serta mengurangi risiko terjadinya kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan rasa pegal.

🏉 Konsumsi makanan bergizi: 

Diet seimbang yang kaya akan nutrisi seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan protein akan membantu mendukung kesehatan otot dan tulang.

🏉 Minum cukup air: 

Memastikan tubuh terhidrasi dengan cukup minum air adalah penting untuk menjaga kesehatan otot dan persendian.

🏉 Hindari aktivitas fisik berlebihan: 

Lansia perlu memahami batas kemampuan fisik mereka dan menghindari aktivitas fisik yang berlebihan atau berat.

🏉 Pemanasan sebelum beraktivitas:

Sebelum melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan atau berkebun, lansia sebaiknya melakukan pemanasan dengan peregangan ringan untuk mempersiapkan otot dan persendian.

🏉 Perhatikan postur tubuh: 

Pastikan postur tubuh selalu baik saat berdiri, duduk, atau beraktivitas lainnya. Hindari duduk atau berdiri dalam posisi yang membebani otot dan tulang secara berlebihan.

🏉 Tidur yang cukup: 

Pastikan lansia mendapatkan tidur yang cukup setiap malam karena tidur yang baik sangat penting untuk pemulihan otot dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

🏉 Manajemen stres: 

Stres dapat menyebabkan ketegangan otot, sehingga penting bagi lansia untuk mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga.

🏉 Perawatan kesehatan teratur: 

Rutin menjalani pemeriksaan kesehatan dan mengikuti perawatan medis yang direkomendasikan oleh dokter akan membantu mendeteksi dan mengatasi masalah kesehatan sejak dini.

              Pegal pada lansia bisa diobati dengan beberapa langkah dan pendekatan yang dapat membantu meredakan rasa pegal dan meningkatkan kualitas hidup mereka.  

Beberapa cara yang umum digunakan untuk mengobati pegal pada lansia:

💊 Terapi fisik: 

Terapi fisik dapat membantu meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan keseimbangan tubuh. Seorang fisioterapis akan merancang program latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan khusus lansia.

💊 Obat pereda nyeri: 

Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri, seperti analgesik over-the-counter atau obat anti inflamasi non steroid (NSAID), untuk membantu mengurangi rasa pegal.

💊 Terapi panas atau dingin: 

Pemanasan atau pendinginan area yang terasa pegal dapat membantu meredakan ketegangan otot dan nyeri. Terapi panas dengan menggunakan bantalan pemanas atau mandi hangat, serta terapi dingin dengan menggunakan kantong es dapat membantu.

💊 Akupunktur: 

Beberapa orang menemukan bantuan dari rasa pegal melalui terapi akupunktur, yang melibatkan menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh dengan jarum-tipis.

💊 Pijatan: 

Pijatan oleh terapis berlisensi atau pijatan sendiri dengan peralatan pijat tertentu dapat membantu meredakan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi darah.

Pijatan oleh terapis dapat meredakan ketegangan otot
(Sumber: foto canva.com)

💊 Suplemen dan obat herbal:

Beberapa suplemen seperti glukosamin dan kondroitin serta obat herbal seperti minyak ikan dapat membantu mengurangi rasa pegal pada beberapa kasus arthritis.

💊 Kompresi: 

Untuk pegal pada kaki, penggunaan kaus kaki kompresi dapat membantu meningkatkan aliran darah dan mengurangi rasa pegal.

💊 Istirahat yang cukup: 

Lansia perlu memastikan mereka mendapatkan istirahat yang cukup untuk memberi waktu tubuh untuk pemulihan dan perbaikan otot.

💊 Manajemen stres:

Mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga ringan dapat membantu meredakan ketegangan otot dan rasa pegal.

💊 Pemilihan alas tidur yang nyaman:

Pastikan tempat tidur dan bantal lansia mendukung tubuh dengan baik dan memberikan kenyamanan selama tidur.

           Mengonsumsi makanan yang tepat dapat membantu mencegah pegal pada lansia dan menjaga kesehatan otot dan persendian. 

Beberapa makanan yang sebaiknya dimasukkan dalam diet lansia, untuk mencegah rasa pegal:

🍆 Makanan kaya anti inflamasi: 

Konsumsi makanan yang kaya anti inflamasi dapat membantu mengurangi peradangan di tubuh dan mengurangi rasa pegal. Contoh makanan ini termasuk kacang-kacangan, biji-bijian, buah-buahan beri, dan sayuran hijau.

🍆 Ikan berlemak: 

Ikan berlemak seperti salmon, makarel, dan sarden mengandung asam lemak omega-3, yang dapat membantu mengurangi peradangan dan memelihara kesehatan persendian.

🍆 Produk susu rendah lemak:

Produk susu rendah lemak seperti susu rendah lemak, yoghurt, dan keju mengandung kalsium dan vitamin D yang penting untuk kesehatan tulang.

Yogurt  dan produk susu rendah lemak  mengandung
 vitamin D dan kalsium.   (Sumber: foto canva.com)

🍆 Sayuran hijau berdaun: 

Sayuran hijau berdaun seperti bayam, kale, dan brokoli mengandung kalsium dan vitamin K, yang mendukung kesehatan tulang dan mengurangi risiko pegal.

🍆 Buah-buahan dan sayuran berwarna cerah: 

Buah-buahan dan sayuran berwarna cerah mengandung antioksidan, seperti vitamin C, yang membantu melawan radikal bebas yang dapat menyebabkan peradangan.

🍆 Biji-bijian utuh: 

Biji-bijian utuh, seperti gandum utuh, beras merah, dan quinoa, mengandung serat dan nutrisi penting untuk kesehatan umum dan persendian.

🍆 Protein sehat: 

Asupan protein yang cukup penting untuk mempertahankan massa otot. Pilih sumber protein sehat seperti daging tanpa lemak, ayam, kacang-kacangan, dan tahu.

🍆 Minyak zaitun: 

Minyak zaitun mengandung senyawa anti inflamasi dan antioksidan yang dapat membantu meredakan rasa pegal.

🍆 Teh hijau: Teh hijau mengandung katekin, yang merupakan senyawa dengan sifat anti inflamasi dan antioksidan.

🍆 Air putih: 

Pastikan lansia cukup terhidrasi dengan meminum cukup air putih setiap hari untuk menjaga kesehatan otot dan persendian.

            💬 Penting juga untuk menghindari atau membatasi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, gula tambahan, dan makanan olahan yang dapat menyebabkan peradangan dan memperburuk rasa pegal.

           Selain makanan, tentu saja penting untuk menjaga pola makan yang seimbang dan mengikuti gaya hidup sehat secara keseluruhan, termasuk berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, mengelola stres, dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Jika rasa pegal berlanjut berkonsultasi dengan medis dan profesional kesehatan.







Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8034863/

https://www.webmd.com/pain-management/caregiver-pain-relief

https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/mayo-clinic-minute-helping-older-adults-manage-chronic-pain/

https://acpinternist.org/archives/2016/07/osteoarthritis.htm

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/polymyalgia-rheumatica

Monday, 7 August 2023

Krisis Eksistensial Pada Lansia, Ini Penyakit Apa ?

         Krisis eksistensial, menurut definisi, mengacu pada kumpulan perasaan dan pertanyaan yang harus kita lakukan dengan makna dan tujuan hidup kita

Dalam psikologi dan psikoterapi , istilah "krisis eksistensial" mengacu pada suatu bentuk konflik batin. Hal ini ditandai dengan kesan bahwa hidup kurang bermakna dan disertai berbagai pengalaman negatif , seperti stres , kecemasan , keputusasaan, dan depresi .

Perasaan kecemasan eksistensial adalah normal, dan setiap orang mengalaminya sampai taraf tertentu dalam hidup mereka.

Pertanyaan-pertanyaan makna dan tujuan hidup, tidak mudah ditemukan jawabannya, dan ini dapat membuat kita merasa stagnan. Kita merasa tidak yakin bagaimana harus menanggapi atau ke mana harus pergi, dan itu bahkan dapat berdampak negatif pada hidup kita jika perasaan ini terus berlanjut atau memburuk.

Umumnya krisis eksistensial dapat terjadi pada siapa saja, dan tidak ada batasan dalam hal usia atau jenis kelamin. Setiap orang dapat mengalami krisis eksistensial di beberapa titik kejadian.

Krisis eksistensial sering terjadi setelah peristiwa besar dalam hidup, seperti:
  1. Perubahan karier, pekerjaan, dan pensiun.
  2. Kematian orang yang dicintai
  3. Diagnosis penyakit serius atau yang mengancam jiwa
  4. Memasuki kategori usia yang signifikan, seperti 40, 50, atau 65
  5. Mengalami pengalaman tragis atau traumatis
  6. Memiliki anak
  7. Pernikahan atau perceraian
Terjadi setiap kali pada kita, sebagai manusia dihadapkan pada keadaan, perubahan, atau transisi dalam hidup kita yang sulit untuk diadaptasi , atau yang membuat kita bertanya-tanya apakah ini arah yang kita inginkan dalam hidup. Apakah transisi ini diharapkan atau tidak, kita mungkin merasa memiliki keterbatasan yang membuat kita mempertanyakan arah yang diambil hidup kita.
Krisis eksistensial pada lansia bermuara pada pertanyaan mendasar
siapakah saya dan apa tujuan hidup saya? (Sumber: foto pens 49 ceria)
Perubahan kehidupan yang terjadi pada lansia, seperti pensiun, kesehatan yang menurun, atau kehilangan orang yang dicintai mungkin termasuk yang sulit untuk diadaptasi, sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai makna dan tujuan hidup.

Pemikiran ini biasanya bermuara pada dua pertanyaan mendasar: Siapakah saya dan apa tujuan hidup saya? Krisis eksistensial juga dapat berputar di sekitar pertanyaan tentang warisan Anda dan aspek lain dalam hidup Anda, terutama seiring bertambahnya usia.

Lansia yang ragu atau tidak memiliki makna dan tujuan hidup mungkin menunjukkan beberapa ciri, antara lain : 

😳  Perasaan Kehampaan: 
Lansia yang tidak memiliki makna dan tujuan hidup mungkin merasa kehampaan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat merasa tidak ada arah yang jelas atau tujuan yang ingin dicapai.
Tanpa makna dan tujuan hidup lansia merasa hampa
(Sumber: foto canva.com)
😳 Kehilangan Minat pada Aktivitas: 
Jika lansia kehilangan minat pada aktivitas yang mereka nikmati sebelumnya, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka merasa kehilangan makna dalam hidup.

😳 Isolasi Sosial: 
Lansia yang merasa tidak memiliki makna hidup cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan mengalami isolasi. Mereka mungkin merasa sulit untuk terhubung dengan orang lain.

😳 Perasaan Putus Asa:
Rasa putus asa atau keputusasaan bisa muncul jika lansia merasa tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidup.

😳 Kurangnya Keterlibatan dalam Kegiatan: 
Lansia yang tidak memiliki makna hidup mungkin menunjukkan kurangnya keterlibatan dalam kegiatan sehari-hari atau aktivitas yang bermanfaat.

😳 Perubahan dalam Pola Makan atau Tidur: 
Ketidakmampuan untuk menemukan makna hidup bisa menyebabkan perubahan dalam pola makan atau tidur, seperti kehilangan nafsu makan atau tidur yang terganggu.

😳 Perasaan Tidak Berharga: 
Lansia yang merasa tidak memiliki makna hidup mungkin merasa tidak berharga atau merasa bahwa keberadaan mereka tidak memberikan dampak positif pada dunia sekitar.

😳 Kurangnya Rasa Kepuasan dalam Hidup: 
Jika lansia merasa tidak puas dengan kehidupan mereka secara keseluruhan, ini bisa menandakan kurangnya makna dan tujuan hidup.

😳 Kekhawatiran terus-menerus:
Terus dibayangi pikiran dan depresi eksistensial yang tidak dapat  dihilangkan selama kehidupan sehari-hari. Mungkin terasa seolah-olah setiap kali meskipun Anda tidak terganggu oleh sesuatu, pikiran Anda cenderung mempertanyakan hal yang sama dan memiliki pemikiran yang sama.

😳 Merasa tersesat dan lepas kendali:
Ketika kita kehilangan kontak dengan nilai dan tujuan kita, kita sering merasa kehilangan kontak dengan diri kita sendiri, seolah-olah kita berada di ruangan gelap dan tidak dapat menemukan tombol lampu.
 
Beberapa penyakit yang mungkin timbul akibat kurangnya makna dan tujuan hidup, antara lain:

😪 Depresi dan Kecemasan: 
Kurangnya makna hidup dapat menyebabkan perasaan putus asa, sedih, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati, yang dapat berujung pada depresi atau gangguan kecemasan.

😪 Isolasi Sosial: 
Lansia yang merasa tidak memiliki makna hidup cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan mengalami isolasi, yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dan fisik.

😪 Gangguan Tidur: 
Ketidakmampuan untuk menemukan makna hidup bisa menyebabkan gangguan tidur, seperti insomnia atau tidur yang tidak nyenyak.
Lansia tanpa makna dan tujuan hidup memiliki gangguan tidur
(Sumber: foto canva.com)
😪 Kurangnya Motivasi untuk Hidup Sehat: 
Kurangnya makna hidup dapat membuat lansia kurang termotivasi untuk menjaga kesehatan fisik, seperti pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.

😪 Penurunan Fungsi Kognitif: 
Kurangnya stimulus mental dan emosional akibat tidak memiliki makna hidup yang jelas dapat berdampak pada penurunan fungsi kognitif dan memori.

😪 Peningkatan Risiko Penyakit Jantung: 
Stres dan kecemasan akibat kurangnya makna hidup dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan risiko penyakit jantung.

😪 Penurunan Kualitas Hidup: 
Kurangnya makna dan tujuan hidup dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan dan membuat lansia merasa tidak puas dengan kehidupan mereka.

😪 Penyalahgunaan Zat: 
Beberapa lansia mungkin mengatasi perasaan kosong atau kehilangan makna dengan menggunakan obat-obatan atau alkohol, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.

Beberapa aspek yang dapat membantu lansia memahami makna dan tujuan hidup antara lain:

👉 Pentingnya Merenung: 
Lansia dapat merenung tentang pengalaman hidup yang telah dilewati, prestasi, kegagalan, dan hubungan dengan orang lain. Melalui refleksi ini, mereka dapat memperoleh wawasan tentang apa yang telah mereka capai dan apa yang ingin mereka capai selanjutnya. Pendalaman agama untuk mencari makna dan tujuan hidup penting dilakukan agar keyakinan yang sudah dimiliki tidak goyah.

👉 Memahami Nilai-nilai Dalam Hidup:
Lansia dapat menilai nilai-nilai inti yang paling penting bagi mereka. Misalnya, nilai keluarga, persahabatan, kepedulian sosial, spiritualitas, atau kesempatan untuk terus belajar dan berkembang.

👉 Mengambil Peran sebagai Penasihat:
Lansia sering memiliki kekayaan pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga. Mereka bisa memahami bahwa menjadi penasihat atau mentor bagi generasi yang lebih muda dapat memberikan rasa pemenuhan dan tujuan baru dalam hidup. Memberi nasehat kepada anak, cucu, cicit dan keluarga besar penting dilakukan agar hidup bermakna untuk keluarga besar. 

👉 Meneruskan Warisan:
Lansia bisa merasa memiliki tanggung jawab untuk meneruskan nilai-nilai, tradisi, dan warisan budaya kepada generasi mendatang. Ini bisa menjadi tujuan hidup yang kuat untuk memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tetap hidup. Kegiatan berkumpul keluarga besar memperkuat pewarisan nilai-nilai, tradisi dan praktik baik yang dimiliki lansia berdasarkan pengalamannya.
Lansia meneruskan nilai-nilai, tradisi, dan warisan budaya
 kepada generasi mendatang.
 (Sumber: foto paguyuban pengawas purna)
👉 Membangun Hubungan yang Bermakna:
Mencari dan memelihara hubungan yang bermakna dengan keluarga, teman, dan masyarakat dapat memberikan rasa tujuan dan kebahagiaan dalam hidup lansia.

👉 Menghadapi Tantangan dengan Bijaksana:
Hidup selalu penuh dengan tantangan, terutama di usia lanjut. Lansia dapat mencari cara untuk menghadapi dan mengatasi tantangan ini dengan bijaksana, menemukan kekuatan dalam diri mereka untuk tetap tegar dan berdaya.

👉 Menjaga Kesehatan dan Kualitas Hidup:
Lansia dapat menetapkan tujuan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental mereka, memastikan mereka dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik selama sisa hidup mereka.

         Makna dan tujuan hidup adalah hal yang sangat individual dan bervariasi dari satu orang ke orang lain. Tidak ada jawaban "benar" atau "salah" dalam mencari makna hidup. Hal ini tergantung pada nilai-nilai, minat, dan aspirasi pribadi masing-masing individu. Mengenali dan menghargai nilai-nilai ini adalah kunci untuk merasa terpenuhi dan bahagia di usia lanjut.





Sumber:






Sunday, 6 August 2023

Lansia Cegukan, Tanda Cepat Gede Atau Tanda Penyakit

            Anda tentu pernah mendengar mitos cegukan, di daerah Jawa, Indonesia. Banyak orang yang mengatakan anak yang cegukan akan cepat gede dan tinggi. Menurut mereka, cegukan dapat menarik otot-otot tulang hingga menjadikan anak gede dan bertambah tinggi. Tentu saja ini belum pernah diteliti tingkat kebenarannya.

Ternyata cegukan dapat terjadi pada orang dewasa atau orang yang lebih tua, cegukan terus-menerus bisa sangat mengganggu dan melumpuhkan, mempengaruhi asupan makanan, menyebabkan kurang tidur, kelelahan fisik dan bisa menyebabkan konsekuensi fatal lainnya.

Cegukan ( singultus) adalah kontraksi tiba-tiba dan tidak terkendali pada otot diafragma, yang merupakan otot yang berperan dalam proses pernapasan. Hal ini menyebabkan inspirasi yang cepat dan pendek, diikuti oleh penutupan tiba-tiba pada pita suara, yang menghasilkan suara "hik". 

Cegukan (singultus) dapat terjadi pada orang dewasa
atau orang yang lebih lebih tua (Sumber: foto paguyuban pensiun 209)

Cegukan biasanya tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu singkat, tetapi dalam beberapa kasus, cegukan yang berlangsung lama atau kronis dapat menjadi tanda masalah medis yang mendasarinya.

Bila cegukan terus-menerus sering kali menyiratkan proses penyakit serius yang mendasarinya yang memerlukan evaluasi ekstensif. Di antara lebih dari 100 penyebab cegukan, yang paling umum terletak di saluran cerna.

Ilustrasi kontraksi tiba-tiba dan tidak terkendali
pada otot diafragma mengakibatkan cegukan.
( sumber: foto canva.com)

Beberapa faktor yang dapat memicu cegukan, antara lain:

👉 Konsumsi makanan atau minuman dengan cepat: 

 Makan atau minum terlalu cepat dapat mengiritasi diafragma dan memicu cegukan.

Konsumsi makanan dengan cepat memicu cegukan
(Sumber: foto canva.com)

👉 Konsumsi makanan atau minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin: 

Suhu ekstrem pada makanan atau minuman dapat merangsang saraf di tenggorokan dan menyebabkan cegukan.

👉 Konsumsi makanan atau minuman berlemak tinggi atau pedas:

 Makanan berlemak tinggi atau pedas dapat mengiritasi lambung atau kerongkongan, yang pada gilirannya dapat memicu cegukan.

👉 Minum alkohol secara berlebihan: 

Konsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat merangsang sistem saraf dan mengganggu fungsi otot diafragma, menyebabkan cegukan.

          💬 Stres atau kecemasan, kondisi emosional seperti stres atau kecemasan dapat mempengaruhi sistem saraf dan memicu cegukan.

           Cegukan pada lansia dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan proses penuaan dan perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh mereka. 

Beberapa alasan mengapa lansia mungkin lebih rentan terhadap cegukan:

👥 Penurunan elastisitas diafragma:

Penuaan menyebabkan penurunan elastisitas dan kekuatan otot diafragma, yang bertanggung jawab atas proses pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan tidak sempurna dalam kontraksi otot dan menyebabkan terjadinya cegukan.

👥 Penurunan refleks menelan:

Lansia mungkin mengalami penurunan refleks menelan yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas saraf atau perubahan pada otot-otot yang terlibat dalam proses menelan. Hal ini dapat menyebabkan makanan atau minuman masuk ke saluran napas dan memicu cegukan.

👥 Masalah pencernaan:

Lansia sering mengalami masalah pencernaan, seperti refluks asam lambung atau gangguan perut, yang dapat merangsang saraf di tenggorokan dan memicu cegukan.

👥 Penggunaan obat-obatan: 

Lansia cenderung mengonsumsi lebih banyak obat daripada kelompok usia lainnya. Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping cegukan sebagai salah satu gejala, misalnya obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, antidepresan, atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf.

👥 Penurunan kapasitas pernapasan: 

Penuaan juga dapat menyebabkan penurunan kapasitas pernapasan, termasuk kapasitas paru-paru dan volume udara yang dapat dihirup. Ketidakseimbangan antara proses pernapasan dan menelan dapat menyebabkan cegukan.

👥  Stres atau kecemasan:

Lansia sering mengalami stres atau kecemasan yang dapat mempengaruhi sistem saraf dan memicu cegukan.

Stres dapat mempengaruhi sistem saraf, memicu cegukan.
(Sumber: foto canva.com)

          💬  Cegukan pada lansia biasanya tidak terkait dengan penyakit serius, tetapi dalam beberapa kasus, cegukan yang berkepanjangan atau kronis dapat menjadi gejala dari masalah kesehatan yang mendasarinya. 

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cegukan pada lansia, antara lain:

👳 Gangguan pencernaan: 

Gangguan pencernaan seperti refluks asam lambung (GERD), gastritis, atau hernia hiatus dapat menyebabkan cegukan pada lansia. Kondisi ini dapat menyebabkan iritasi pada diafragma atau mendorong makanan kembali ke kerongkongan.

👳 Gangguan saraf:

Gangguan pada saraf vagus atau saraf phrenic yang mengendalikan gerakan diafragma dapat menyebabkan cegukan. Misalnya, neuropati perifer, multiple sclerosis (MS), atau kerusakan saraf akibat diabetes dapat mempengaruhi fungsi saraf ini.

👳 Gangguan sistem saraf pusat: 

Beberapa kondisi yang mempengaruhi sistem saraf pusat, seperti tumor otak, stroke, atau cedera kepala, dapat menyebabkan kelainan pada pengaturan saraf dan memicu cegukan.

👳 Efek samping obat: 

Beberapa obat tertentu, seperti obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf, atau obat-obatan psikotropika, dapat menyebabkan efek samping berupa cegukan.

👳 Penyakit paru-paru: 

Penyakit paru-paru seperti pneumonia, bronkitis kronis, atau efusi pleura bisa menjadi penyebab cegukan pada lansia.

👳 Gangguan kardiovaskular: 

Masalah jantung seperti gagal jantung atau serangan jantung bisa berhubungan dengan cegukan.

👳 Gangguan metabolik: 

Diabetes atau gangguan kadar elektrolit seperti hipokalemia (kurangnya kadar kalium dalam darah) dapat menyebabkan cegukan pada lansia.

            💬 Meskipun cegukan pada lansia dapat disebabkan oleh faktor-faktor di atas, penting untuk diingat bahwa dalam kebanyakan kasus, cegukan bersifat sementara dan tidak berbahaya. 

Beberapa kiat yang dapat mencegah atau mengatasi cegukan pada lansia:

🎬 Minum air dengan perlahan: 

Lansia sebaiknya menghindari minum terlalu cepat atau dalam jumlah besar. Disarankan untuk minum air dengan perlahan dan mengambil tegukan sedikit-sedikit. Hal ini dapat membantu menghindari iritasi pada diafragma yang dapat memicu cegukan.

Minum air dengan perlahan dan teguk sedikit-sedikit mencegah cegukan
(Sumber: foto canva.com)

🎬 Menghindari makanan atau minuman pemicu: 

Identifikasi makanan atau minuman tertentu yang sering memicu cegukan pada lansia, seperti makanan berlemak tinggi, makanan pedas, atau minuman berkarbonasi. Menghindari konsumsi makanan atau minuman ini dapat membantu mencegah cegukan.

🎬 Mengonsumsi makanan dengan hati-hati: 

Pastikan makanan dikunyah dengan baik sebelum menelan, dan hindari mengambil suapan makanan yang terlalu besar. Mengonsumsi makanan dengan hati-hati dapat membantu menghindari masuknya makanan ke saluran napas dan mengurangi risiko cegukan.

🎬 Hindari makan atau minum dalam posisi yang tidak tepat: 

Lansia sebaiknya menghindari makan atau minum dalam posisi terlentang atau condong. Lebih baik makan atau minum dalam posisi tegak atau sedikit membungkuk, yang dapat membantu menjaga aliran makanan atau minuman ke saluran pencernaan yang benar.

🎬 Atasi stres dan kecemasan: 

Stres atau kecemasan dapat memicu cegukan pada lansia. Bantu lansia mengatasi stres dengan memberikan dukungan emosional, menawarkan aktivitas yang menenangkan seperti meditasi atau pernapasan dalam-dalam, dan menjaga lingkungan yang tenang dan nyaman.

🎬 Konsultasi dengan profesional medis: 

Jika cegukan pada lansia berlangsung lama, terjadi secara teratur, atau menjadi semakin mengganggu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis. Mereka dapat melakukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebab yang mendasari dan memberikan penanganan yang tepat.

Meskipun cegukan umumnya tidak berbahaya, beberapa teknik sederhana dapat membantu menghentikan cegukan, antara lain:

✅ Minum segelas air dingin secara perlahan.

✅ Menarik napas dalam-dalam dan menahannya selama beberapa detik sebelum mengeluarkannya perlahan.

✅ Mendorong napas keluar dengan cara menekan kuat hidung dan mulut sambil menahan napas.

✅ Menghirup bau cuka atau makan gula pasir.

               💬 Jika cegukan berlangsung lebih dari beberapa jam atau menjadi kronis, disertai gejala lain yang mengkhawatirkan, atau jika Anda memiliki masalah kesehatan yang mendasarinya, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis untuk evaluasi lebih lanjut.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hiccups/symptoms-causes

https://www.webmd.com/digestive-disorders/why-do-i-hiccup

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/hiccups

https://medlineplus.gov/hiccups.html

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books