Wednesday, 20 September 2023

Demensia, Berdampak Fisik, Psikologi, Sosial dan Ekonomi Pada lansia

         Demensia (Dementia) adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok gejala yang terkait dengan penurunan fungsi kognitif dan gangguan dalam kemampuan sehari-hari seseorang. Ini bukan suatu penyakit tunggal, melainkan sindroma atau kondisi yang disebabkan oleh berbagai gangguan yang merusak otak dan mengganggu fungsi mental. Demensia dapat mempengaruhi berbagai aspek fungsi mental, termasuk kemampuan untuk mengingat, berpikir, berbicara, serta melakukan tugas-tugas sehari-hari

Saat ini lebih dari 55 juta orang menderita demensia di seluruh dunia, lebih dari 60% di antaranya tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Setiap tahunnya, terdapat hampir 10 juta kasus baru. Demensia saat ini menduduki peringkat ketujuh penyebab kematian dan salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan pada lansia secara global.

Demensia mempunyai dampak fisik, psikologis, sosial dan ekonomi, tidak hanya bagi penderita demensia, namun juga bagi orang yang merawatnya, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Seringkali terdapat kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang demensia, yang mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam diagnosis dan perawatan.

Demensia mempunyai dampak fisik, psikologis, sosial dan ekonomi.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Demensia menyerang jutaan orang dan lebih umum terjadi seiring bertambahnya usia namun hal ini bukan merupakan bagian normal dari penuaan. Banyak orang yang hidup hingga usia 90-an atau lebih tanpa tanda-tanda demensia.

Tanda dan gejala demensia terjadi ketika neuron (sel saraf) yang tadinya sehat di otak berhenti bekerja, kehilangan koneksi dengan sel otak lainnya, dan mati. Meskipun setiap orang kehilangan beberapa neuron seiring bertambahnya usia, penderita demensia mengalami kehilangan yang jauh lebih besar.

       Ada berbagai jenis penyakit dan gangguan yang dapat menyebabkan demensia atau gejala yang mirip dengan demensia. 

Beberapa di antaranya meliputi: 

💩 Alzheimer's Disease (Penyakit Alzheimer):

Ini adalah penyebab paling umum dari dementia. Alzheimer's disease menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi otak, termasuk penumpukan plak beta-amiloid dan kerusakan pada sel-sel saraf.

💩 Dementia Vaskular:

Penyakit ini terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, sering kali karena penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan gejala dementia.

💩 Dementia Lewy Body: 

Penyakit ini terkait dengan penumpukan protein abnormal yang disebut Lewy bodies di dalam otak. Gejala utamanya meliputi gangguan dalam perhatian, halusinasi visual, dan perubahan perilaku.

Halusinasi visual dan perubahan tingkah laku;
(Sumber: foto canva,com)

💩 Penyakit Parkinson: 

Pada tahap lanjut, penyakit Parkinson dapat menyebabkan gangguan kognitif yang mirip dengan dementia, yang dikenal sebagai "dementia Parkinson."

💩 Demensia Frontotemporal: 

Ini adalah kelompok penyakit langka yang mengakibatkan kerusakan pada lobus frontal dan temporal otak. Gejalanya termasuk perubahan kepribadian, penurunan fungsi eksekutif, dan gangguan perilaku.

💩 Demensia Mixed: 

Beberapa orang dapat mengalami kombinasi dua atau lebih jenis dementia, seperti Alzheimer's disease dan dementia vaskular.

💩 Demensia pada Penyakit Huntington: 

Penyakit ini adalah gangguan genetik yang dapat menyebabkan gejala seperti demensia, bersama dengan pergerakan abnormal.

💩 Demensia pada Penyakit Creutzfeldt-Jakob: 

Ini adalah penyakit prion yang langka dan mematikan yang mempengaruhi otak dan menyebabkan gejala dementia.

💩 Demensia pada HIV/AIDS: 

Infeksi HIV yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan gejala demensia yang disebut demensia terkait HIV.

💩 Demensia pada Penyakit Traumatik Otak:

Cedera kepala berat atau trauma otak berulang dapat menyebabkan gangguan kognitif yang disebut demensia traumatis.

Cedera kepala berat  menyebabkan demensia traumatis.
(Sumber: foto canva.com)

💩 Demensia pada Penyakit Metabolik: 

Beberapa gangguan metabolisme, seperti penyakit Wilson, dapat menyebabkan kerusakan otak dan gejala demensia.

💩 Demensia pada Penyakit Autoimun: 

Beberapa penyakit autoimun, seperti penyakit lupus sistemik, dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan gejala demensia.

💩 Demensia pada Penyakit Kronis Paru-paru (Penyakit Obstruktif Paru Kronik - PPOK): 

PPOK yang berat dapat mengurangi aliran oksigen ke otak, yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif.

       💭 Penyebab dan gejala dementia dapat bervariasi tergantung pada jenis penyakit atau gangguan yang mendasarinya.

Dementia pada lansia dapat memunculkan berbagai ciri-ciri dan gejala, yang dapat bervariasi tergantung pada jenis dementia dan individu yang terkena. 

Beberapa gejala umum yang sering terkait dengan demensia pada lansia:

😱 Kehilangan Kemampuan Ingatan: 

Salah satu gejala paling mencolok adalah kesulitan dalam mengingat informasi baru atau mengingat peristiwa masa lalu. Lansia dengan dementia sering kali mengalami lupa yang signifikan.

Kehilangan ingatan atau lupa yang signifikan.
(Sumber: foto canva.com)

😱 Kesulitan dalam Berbicara dan Mengekspresikan Diri: 

Penderita dementia mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat, menggabungkan kalimat dengan baik, atau berbicara secara lancar. Hal ini bisa membuat komunikasi sehari-hari menjadi sulit.

😱 Kerancuan dan Kelelahan dalam Berpikir: 

Kemampuan berpikir abstrak dan menyelesaikan masalah mungkin menurun. Mereka juga mungkin mengalami kebingungan, terutama dalam situasi yang tidak familiar.

😱 Kesulitan dalam Melakukan Tugas Sehari-hari: 

Lansia dengan dementia mungkin kesulitan dalam melakukan tugas-tugas sehari-hari yang biasa, seperti berpakaian, mandi, memasak, atau mengurus keuangan.

😱 Perubahan Perilaku: 

Perubahan perilaku seperti kecemasan, depresi, kebingungan, dan bahkan agresi dapat terjadi pada orang dengan dementia. Mereka juga mungkin menjadi lebih mudah marah atau cemas.

😱 Kehilangan Orientasi: 

Penderita dementia dapat kesulitan dalam mengenali tempat dan waktu. Mereka mungkin bertanya-tanya tentang hari, tanggal, atau lokasi saat ini.

😱 Gangguan Penglihatan dan Penginderaan: 

Dalam beberapa jenis dementia, seperti dementia Lewy body, penderita dapat mengalami halusinasi visual atau gangguan penginderaan lainnya.

😱 Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan:

Kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dapat menurun, dan ini dapat mengarah pada kesulitan dalam mengelola keuangan atau menjaga diri mereka sendiri.

😱 Penurunan Kemampuan Motorik: 

Dalam beberapa kasus, gangguan motorik seperti kesulitan berjalan atau kesulitan mengkoordinasikan gerakan tubuh dapat muncul.

😱 Perubahan Kepribadian: 

Orang dengan dementia mungkin mengalami perubahan dalam kepribadian mereka. Misalnya, seseorang yang dulunya tenang bisa menjadi gelisah atau seseorang yang biasanya ramah bisa menjadi lebih dingin.

😱 Isolasi Sosial: 

Penderita dementia mungkin menjadi semakin terisolasi sosial karena kesulitan berkomunikasi dan kebingungannya.

        💭 Gejala-gejala ini dapat berkembang secara perlahan dan beragam dari satu individu ke individu lainnya.

        Mencegah atau mengurangi risiko dementia pada lansia melibatkan pengambilan langkah-langkah untuk menjaga kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. Meskipun tidak ada jaminan bahwa tindakan-tindakan ini akan sepenuhnya mencegah dementia, mereka dapat membantu mengurangi risiko atau mengatasi perkembangan penyakit. 

Beberapa cara yang dapat membantu mencegah demenaia pada lansia:

🌳 Aktivitas Fisik Teratur: 

Olahraga dan aktivitas fisik teratur dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan mempromosikan kesehatan otak. Cobalah untuk berjalan, bersepeda, berenang, atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik lainnya setidaknya beberapa kali seminggu.

🌳 Pola Makan Seimbang: 

Makan makanan yang sehat dan seimbang berperan penting dalam menjaga kesehatan otak. Konsumsi banyak buah, sayuran, ikan berlemak (seperti salmon), kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak zaitun yang kaya akan nutrisi yang baik untuk otak.

🌳 Kendalikan Tekanan Darah dan Kolesterol:

Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan kadar kolesterol yang tinggi dapat meningkatkan risiko dementia. Kendalikan tekanan darah dan periksa kadar kolesterol secara teratur dengan bantuan dokter.

🌳 Kegiatan Mental Aktif: 

Berpikir dan belajar secara teratur dapat membantu menjaga otak tetap tajam. Bermain teka-teki, menulis jurnal, membaca, atau mengikuti kursus adalah contoh kegiatan mental yang baik.

🌳 Sosialisasi: 

Tetap terhubung dengan teman, keluarga, dan komunitas Anda. Aktivitas sosial dapat merangsang otak dan membantu mengurangi risiko sosial isolation.

🌳 Kelola Stres: 

Stres yang berkepanjangan dapat merusak otak. Cari cara untuk mengelola stres Anda, seperti meditasi, yoga, atau terapi.

🌳 Tidur yang Cukup: 

Tidur yang baik dan cukup penting untuk pemulihan otak yang sehat. Pastikan Anda memiliki pola tidur yang konsisten dan berkualitas.

🌳 Hindari Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan: 

Merokok dan alkohol berlebihan dapat merusak otak dan meningkatkan risiko dementia. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol dengan bijak.

🌳 Pertimbangkan Suplemen: 

Beberapa suplemen seperti vitamin B, vitamin D, dan asam lemak omega-3 telah dikaitkan dengan kesehatan otak. Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum mengambil suplemen.

🌳 Kendalikan Penyakit Kronis: 

Jika Anda memiliki penyakit kronis seperti diabetes, pastikan Anda mengelolanya dengan baik. Penyakit kronis dapat meningkatkan risiko dementia jika tidak dikendalikan.

🌳 Jaga Kesehatan Jantung: 

Kesehatan jantung yang baik berkontribusi pada kesehatan otak. Pola makan sehat, olahraga, dan menghindari merokok dapat membantu menjaga kesehatan jantung.

🌳 Kontrol Berat Badan: 

Obesitas dapat meningkatkan risiko demensia. Pertahankan berat badan yang sehat melalui pola makan seimbang dan aktivitas fisik.

🌳 Kegiatan Menarik Minat: 

Terlibat dalam aktivitas yang menarik minat Anda dapat memberikan stimulus positif pada otak dan meningkatkan kualitas hidup Anda.

🌳 Konsultasi Medis Rutin: 

Penting untuk menjalani pemeriksaan medis rutin dengan dokter Anda untuk memantau kesehatan Anda secara keseluruhan dan mendeteksi masalah kesehatan lebih awal.

🌳 Jangan Isolasi Diri: 

Jika Anda merasa cenderung terisolasi atau kesepian, cari dukungan sosial dan berbicara dengan seseorang yang Anda percayai tentang perasaan Anda.

      💭 Mencegah dementia melibatkan perubahan gaya hidup dan kebiasaan sehat yang berkelanjutan. Kombinasi berbagai faktor ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya dementia pada lansia dan meningkatkan kualitas hidup Anda secara keseluruhan.

        Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan dementia sepenuhnya atau mengembalikan fungsi kognitif yang telah hilang. Beberapa pendekatan perawatan dan manajemen yang dapat membantu mengelola gejala dan memperlambat kemajuan penyakit pada lansia dengan dementia. Perawatan dan manajemen ini dapat disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan dementia. 

Beberapa komponen utama dari pengobatan dan manajemen demensia:

💎 Terapi Obat: 

Beberapa jenis obat dapat digunakan untuk mengelola gejala dementia, terutama dalam kasus Alzheimer. Beberapa contoh obat yang digunakan termasuk inhibitor kolinesterase (seperti donepezil, rivastigmine, dan galantamine) dan memantauan N-metil-D-aspartat (NMDA) (seperti memantau NMDA). Obat ini dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dan mengelola gejala seperti kebingungan dan gangguan perilaku.

💎 Terapi Non-Obat: 

Terapi non-obat juga penting dalam manajemen dementia. Ini termasuk terapi bicara, terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi musik. Terapi ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan membantu individu dengan dementia berinteraksi lebih baik dengan lingkungan mereka.

💎 Manajemen Perilaku: 

Pemahaman dan manajemen perilaku yang muncul akibat dementia, seperti kecemasan, agresi, atau halusinasi, penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi penderita. Ini bisa mencakup teknik pengalihan perhatian, pendekatan yang tenang dan sabar, serta penggunaan rutinitas yang konsisten.

💎 Perubahan Gaya Hidup: 

Memelihara gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko kemunduran lebih lanjut pada lansia dengan dementia. Aktivitas fisik yang sesuai, diet seimbang, dan tidur yang cukup penting untuk kesehatan otak.

💎 Dukungan Sosial: 

Dukungan dari keluarga, teman, dan caregiver sangat penting dalam merawat individu dengan dementia. Terlibat dalam kelompok dukungan atau mencari bantuan dari profesional kesehatan mental dapat membantu caregiver mengatasi stres dan belajar cara merawat dengan lebih baik.

💎 Perawatan Kesehatan Lainnya: 

Penting untuk mengelola penyakit kronis lainnya yang mungkin dialami oleh individu dengan dementia, seperti diabetes atau hipertensi. Ini dapat membantu memperlambat kemajuan gejala.

💎 Konsultasi dengan Spesialis:

Beberapa jenis dementia mungkin memiliki perawatan atau pendekatan yang lebih spesifik, jadi penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis, seperti neurolog atau psikiater, untuk mendapatkan evaluasi dan rekomendasi yang sesuai.

        Perawatan dan manajemen dementia harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kondisi klinisnya. Dalam beberapa kasus, perawatan hanya akan berfokus pada pengelolaan gejala dan peningkatan kualitas hidup, sedangkan pada kasus lain, mungkin ada upaya untuk memperlambat kemajuan penyakit. Diagnosa dini dan intervensi yang tepat dapat membantu dalam manajemen dementia.




Sumber:

https://www.cdc.gov/aging/dementia/index.html#:~:text=Dementia 

https://www.nia.nih.gov/health/what-is-dementia

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dementia/symptoms-causes/syc-20352013

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia

https://www.nhs.uk/conditions/dementia/about-dementia/what-is-dementia/

Tuesday, 19 September 2023

Kebingungan Melanda Lansia, Waspada

        "Bingung" adalah sebuah kata yang menggambarkan perasaan ketidakpastian, kebingungan, atau ketidakmengertian terhadap sesuatu. Ini bisa merujuk pada situasi ketika seseorang merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan, tidak mengerti informasi yang diberikan, atau merasa terlalu banyak pilihan yang membuat sulit untuk membuat keputusan.

Bingung bisa menjadi reaksi alami ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang kompleks atau ambigu. Untuk mengatasi perasaan bingung, orang sering kali mencari informasi tambahan, berbicara dengan orang lain untuk mendapatkan pandangan mereka, atau mengambil waktu untuk merenung dan memproses informasi dengan lebih baik.

Lansia untuk mengatasi bingung cari informasi tambahan.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Lansia atau orang yang telah mencapai usia tua, sering mengalami kebingungan (confused) atau kesulitan kognitif karena sejumlah faktor. 

Beberapa penyebab umum kebingungan pada lansia meliputi:

😰 Penurunan Fungsi Kognitif Alami: 

Dalam penuaan normal, ada penurunan alami dalam fungsi kognitif, seperti daya ingat dan kemampuan pemrosesan informasi. Ini dapat menyebabkan kebingungan pada beberapa orang.

😰 Mild Cognitive Impairment (MCI): 

Menggambarkan tingkat kebingungan yang lebih ringan daripada demensia pada lansia. Orang dengan MCI mungkin mengalami kesulitan dalam ingatan atau fungsi kognitif lainnya, tetapi kebingungannya tidak seburuk orang dengan demensia.

😰 Penyakit Demensia: 

Demensia adalah penyakit yang umum pada lansia, dan Alzheimer adalah salah satu jenis demensia yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kemampuan berpikir, ingatan, dan orientasi, yang menyebabkan kebingungan.

😰 Delirium:

Ini adalah kondisi medis darurat yang dapat menyebabkan kebingungan akut dan perubahan perilaku pada orang dewasa, termasuk lansia. Delirium biasanya terjadi secara tiba-tiba dan sering kali disebabkan oleh penyakit serius, infeksi, perubahan obat, atau dehidrasi.

 Delirium perubahan dan kebingungan akut.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Perubahan Fisik pada Otak:

Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan fisik pada otak, seperti penurunan volume otak dan perubahan pada jaringan saraf. Ini dapat memengaruhi kemampuan otak untuk berfungsi sebagaimana mestinya.

😰 Penyakit Medis: 

Beberapa penyakit medis, seperti infeksi, gangguan elektrolit, penyakit jantung, atau penyakit tiroid yang tidak terkontrol, dapat memengaruhi fungsi otak dan menyebabkan kebingungan.

😰 Efek Samping Obat: 

Lansia sering mengonsumsi lebih banyak obat daripada kelompok usia lainnya. Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat memengaruhi fungsi kognitif dan menyebabkan kebingungan.

😰 Stres dan Depresi:

Kondisi emosional seperti stres dan depresi dapat memengaruhi kemampuan berpikir dan merasa bingung.

Stres dan depresi membuat bingung.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Gangguan Pendengaran atau Penglihatan:

Gangguan pendengaran atau penglihatan dapat membuat seseorang merasa bingung karena mereka mungkin kesulitan mendengar atau melihat informasi dengan jelas.

😰 Kehilangan Sosial dan Aktivitas Sosial yang Terbatas: 

Kehilangan interaksi sosial dan kurangnya stimulasi kognitif dapat menyebabkan kebingungan pada lansia. 

Beberapa ciri yang sering terkait dengan kebingungan pada lansia meliputi:

😟 Kesulitan dalam Mengingat Informasi:

Lansia yang bingung mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat nama orang, tanggal, atau peristiwa yang baru-baru ini terjadi.

😟 Kesulitan Berbicara dan Menyusun Kalimat:

Pada tingkat kebingungan yang lebih parah, seseorang mungkin kesulitan berbicara dengan jelas atau menyusun kalimat yang koheren.

😟 Orientasi yang Buruk: 

Lansia yang bingung mungkin kesulitan untuk mengetahui waktu, tempat, atau situasi saat ini. Mereka mungkin tidak tahu hari, tanggal, atau bahkan lokasi mereka berada.

Orientasi yang buruk sulit mengetahui waktu dan tempat.
(Sumber: foto canva.com)

😟 Perubahan dalam Kemampuan Fungsi Sehari-hari:

Keberhasilan dalam melakukan tugas-tugas sehari-hari seperti berpakaian, mandi, atau makan dapat terpengaruh. Seseorang mungkin mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari ini.

😟 Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan: 

Pengambilan keputusan menjadi sulit, bahkan dalam hal-hal yang sebelumnya dianggap sederhana.

😟 Perubahan Emosi:

Kebingungan juga dapat disertai dengan perubahan emosi seperti kebingungan, kecemasan, atau depresi.

😟 Perubahan Perilaku: 

Seseorang yang bingung mungkin menunjukkan perubahan perilaku yang tidak biasa, seperti menjadi agresif, gelisah, atau terpisah dari lingkungan sosial.

😟 Kehilangan Kepala:

Pada kasus-kasus delirium (kebingungan akut), seseorang dapat mengalami kebingungan yang parah dan perubahan cepat dalam tingkat kesadaran.

       Mencegah kebingungan pada lansia adalah penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan menjaga kesehatan mental mereka. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah kebingungan pada lansia:

🍄 Gaya Hidup Sehat:

Mendorong lansia untuk menjalani gaya hidup sehat dengan makanan bergizi, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan serta merokok dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental.

🍄 Stimulasi Kognitif: 

Merangsang otak dengan berbagai aktivitas mental seperti teka-teki, membaca, menulis, atau bermain game yang memerlukan pemikiran strategis dapat membantu menjaga kognisi.

🍄 Sosialisasi: 

Berinteraksi dengan teman, keluarga, dan komunitas adalah cara yang baik untuk menjaga fungsi kognitif. Rasa terhubung dengan orang lain dapat memperkuat fungsi otak.

🍄 Latihan Fisik:

Latihan fisik teratur, bahkan yang ringan seperti berjalan, dapat membantu meningkatkan aliran darah ke otak dan memelihara fungsi kognitif.

latihan fisik teratur meningkatkan aliran darah.
(sumber: foto pens 49 ceria)

🍄 Pemantauan Kesehatan:

Mengontrol penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung adalah penting karena kondisi medis yang tidak terkontrol dapat memengaruhi kesehatan mental.

🍄 Manajemen Obat:

Pastikan bahwa obat-obatan yang digunakan sesuai dengan petunjuk dokter dan memahami efek samping yang mungkin timbul.

🍄 Rutinitas yang Konsisten: 

Mempertahankan rutinitas harian yang konsisten dapat membantu lansia merasa lebih terkendali dan terhindar dari kebingungan.

🍄 Lingkungan yang Aman: 

Membuat lingkungan fisik yang aman, seperti menghindari hambatan atau bahaya, dapat mencegah cedera dan kebingungan.

🍄 Edukasi dan Kesadaran: 

Edukasi dan kesadaran tentang tanda-tanda penyakit seperti demensia atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kebingungan penting untuk mendeteksinya lebih awal.

🍄 Konsultasi Medis Teratur: 

Penting untuk menjalani pemeriksaan medis teratur untuk mendeteksi penyakit atau perubahan kognitif pada tahap awal. Ini memungkinkan untuk tindakan lebih lanjut jika diperlukan.

        Mencegah kebingungan pada lansia melibatkan perawatan komprehensif yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial.

Pengobatan kebingungan pada lansia tergantung pada penyebabnya. Penting untuk mengidentifikasi penyebabnya sebelum merumuskan rencana perawatan yang tepat. 

Beberapa langkah yang dapat diambil dalam mengobati kebingungan pada lansia:

👵 Konsultasi dengan Profesional Medis: 

Langkah pertama yang harus diambil adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis. Mereka akan melakukan evaluasi komprehensif untuk menentukan penyebab kebingungan. Ini mungkin melibatkan tes fisik, tes laboratorium, dan evaluasi mental.

👵 Penanganan Kondisi Medis yang Mendasarinya:

Jika kebingungan disebabkan oleh penyakit medis seperti infeksi, penyakit jantung, atau penyakit tiroid, perawatan harus difokuskan pada mengatasi kondisi medis tersebut. Ini bisa melibatkan penggunaan antibiotik, perubahan dalam pengobatan, atau pengobatan spesifik sesuai dengan diagnosis.

👵 Manajemen Obat:

Jika efek samping obat yang digunakan menjadi penyebab kebingungan, dokter dapat meninjau obat-obatan yang dikonsumsi dan meresepkan alternatif yang lebih sesuai atau menyesuaikan dosis obat.

👵 Terapi Kognitif:

Jika kebingungan disebabkan oleh penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, terapi kognitif bisa membantu dalam memperlambat penurunan fungsi kognitif. Ini bisa melibatkan latihan kognitif, terapi bicara, atau aktivitas pemeliharaan otak lainnya.

👵 Manajemen Perilaku:

Untuk mengatasi perubahan perilaku yang muncul bersamaan dengan kebingungan, terapis atau konselor klinis dapat membantu dengan manajemen perilaku. Ini dapat melibatkan teknik-teknik seperti terapi perilaku kognitif.

👵 Perubahan Gaya Hidup: 

Mendorong gaya hidup sehat dengan makanan bergizi, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menjaga aktivitas sosial dapat membantu dalam mengelola kebingungan.

👵 Dukungan Keluarga: 

Memberikan dukungan emosional dan praktis kepada lansia yang mengalami kebingungan sangat penting. Keluarga dan teman-teman dapat membantu menjaga lingkungan yang aman dan memberikan dukungan dalam aktivitas sehari-hari.

👵 Lingkungan yang Aman: 

Membuat lingkungan yang aman, seperti menghindari hambatan fisik, dapat mengurangi risiko cedera dan kebingungan.

👵 Perawatan yang Terkoordinasi:

Pada beberapa kasus, terapi dan perawatan yang terkoordinasi oleh tim medis yang terdiri dari berbagai spesialis, seperti dokter, ahli psikologi, dan terapis fisik atau okupasi, dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

       Pengobatan kebingungan pada lansia akan bervariasi tergantung pada penyebab dan kondisi masing-masing individu. Penting untuk bekerja sama dengan tim medis yang dapat membantu merencanakan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik lansia yang mengalami kebingungan.





Sumber:

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/1998/0315/p1358.html 

https://www.nhs.uk/conditions/confusion/

https://aci.health.nsw.gov.au/chops/chops-key-principles/assessment-of-older-people-with-confusion

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3371633/

https://mhfa.com.au/sites/default/files/MHFA-helping-the-confused-older-person.pdf

Monday, 18 September 2023

Eructation Pada Lansia, Teliti, Mungkin Ada Penyakit

        Bersendawa (Eructation) adalah hal yang wajar dan umum terjadi. Sendawa yang berlebihan, disertai rasa kembung, nyeri, atau bengkak pada perut (distensi), terkadang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan rasa malu. Namun tanda dan gejala ini biasanya tidak menunjukkan kondisi serius yang mendasarinya dan sering kali dapat dikurangi dengan perubahan gaya hidup sederhana. 

Sendawa adalah proses keluarnya gas dari dalam lambung melalui mulut. Proses ini terjadi ketika udara yang terperangkap dalam lambung dilepaskan. Sendawa adalah salah satu cara tubuh manusia untuk mengatasi penumpukan gas yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi makanan atau minuman. Proses sendawa juga dapat terjadi secara alami sebagai bagian dari pencernaan normal.

Dalam medis, istilah untuk sendawa adalah "eructation" atau "belching". Istilah-istilah ini digunakan oleh tenaga medis untuk merujuk pada proses keluarnya gas dari dalam lambung melalui mulut.

Sendawa adalah cara untuk mengatasi penumpukan gas .
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Biasanya, sendawa terjadi karena udara yang tertelan saat makan atau minum. Udara ini kemudian naik ke kerongkongan dan keluar melalui mulut dalam bentuk suara "sendawa". Sendawa juga dapat terjadi setelah mengonsumsi minuman berkarbonasi atau makanan yang menghasilkan gas dalam lambung.

Sendawa adalah proses yang normal dan biasanya tidak memerlukan perhatian medis, kecuali jika terjadi secara berlebihan atau terkait dengan gejala lain yang lebih serius. Sendawa adalah proses alami yang dapat dialami oleh siapa pun, termasuk lansia (orang tua). 

Ada beberapa alasan mengapa lansia dapat mengalami sendawa, dan alasan-alasan ini mirip dengan yang dialami oleh orang dewasa lainnya. 

Beberapa alasan mengapa lansia mengalami sendawa meliputi:

✨ Udara tertelan: 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sendawa sering terjadi karena udara tertelan saat makan atau minum. Lansia, seperti orang dewasa lainnya, juga bisa secara tidak sengaja menelan udara saat makan atau minum, yang kemudian bisa menyebabkan sendawa.

✨ Gangguan pencernaan: 

Lansia mungkin memiliki masalah pencernaan tertentu, seperti refluks asam lambung atau gangguan pencernaan lainnya, yang dapat menyebabkan penumpukan gas dalam perut. Gas ini bisa dikeluarkan melalui sendawa.

✨ Pola makan: 

Pola makan yang cepat atau tidak teratur dapat menyebabkan lansia menelan udara lebih banyak saat makan. Ini bisa terjadi jika mereka makan terlalu cepat, mengunyah makanan dengan buru-buru, atau berbicara saat makan.

Makan yang cepat atau terburu-buru dapat menelan udara.
( Sumber: foto canva.com) 

✨ Diet tertentu: 

Makanan tertentu dalam diet lansia, seperti makanan yang mengandung banyak karbonasi (misalnya, minuman berkarbonasi) atau makanan yang menghasilkan gas dalam lambung (misalnya, kubis atau kacang-kacangan), juga dapat menyebabkan penumpukan gas dan sendawa.

✨ Kondisi medis:

Beberapa kondisi medis tertentu yang lebih umum pada lansia, seperti sindrom iritasi usus besar atau intoleransi laktosa, dapat memengaruhi pencernaan dan menyebabkan sendawa.

       Sendawa pada lansia biasanya adalah hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan, terutama jika tidak disertai dengan gejala lain yang lebih serius.

Sendawa itu sendiri bukanlah penyakit, melainkan proses alami keluarnya gas dari dalam lambung melalui mulut. Namun, dalam beberapa kasus, sendawa dapat menjadi gejala atau tanda dari kondisi medis atau gangguan tertentu. 

Beberapa kondisi yang mungkin menyertai atau berhubungan dengan sendawa meliputi:

⛅ Refluks Gastroesofageal (GERD): 

GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan dan dapat menyebabkan gejala seperti nyeri dada, mulas, atau sendawa yang tidak biasa.

⛅ Sindrom Irritasi Usus Besar (Irritable Bowel Syndrome, IBS): 

IBS adalah gangguan pencernaan yang dapat disertai dengan perubahan dalam pola buang air besar, nyeri perut, dan gas, yang dapat menyebabkan sendawa.

IBS menimbulkan perubahan pola buang air besar.
(Sumber: foto canva.com)

⛅ Sindrom Dispepsia (Sindrom Gangguan Pencernaan): 

Ini adalah kondisi di mana seseorang mengalami berbagai gejala pencernaan seperti rasa kembung, mulas, dan sendawa.

⛅ Intoleransi Laktosa: 

Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana seseorang memiliki kesulitan mencerna laktosa, gula yang terdapat dalam produk susu. Ini dapat menyebabkan gejala seperti gas dan sendawa setelah mengonsumsi produk susu.

⛅ Kembung Abdominal: 

Kembung adalah kondisi di mana perut terasa penuh dan buncit akibat penumpukan gas dalam perut. Ini dapat disertai dengan sendawa yang lebih sering.

⛅ Ketidakcocokan Makanan: 

Makanan tertentu dalam diet seseorang dapat menyebabkan gas yang berlebihan dalam lambung, yang kemudian dikeluarkan melalui sendawa. Contohnya adalah makanan berkarbonasi, kacang-kacangan, atau makanan pedas.

⛅ Infeksi Saluran Pencernaan: 

Beberapa infeksi yang memengaruhi saluran pencernaan, seperti gastroenteritis, juga dapat menyebabkan gejala seperti sendawa, biasanya bersamaan dengan diare dan mual.

⛅ Ketidakseimbangan Bakteri Usus:

 Perubahan dalam komposisi bakteri dalam usus (disbiosis usus) dapat memengaruhi pencernaan dan menghasilkan gas berlebihan yang kemudian dikeluarkan melalui sendawa.

       Lansia, seperti orang dewasa pada umumnya, dapat mengalami sendawa karena berbagai alasan, termasuk penyakit. Ciri-ciri lansia yang bersendawa karena penyakit mungkin melibatkan gejala-gejala lain yang dapat memberikan petunjuk bahwa ada masalah kesehatan yang mendasarinya. 

Beberapa ciri sendawa karena penyakit :

💨 Sendawa yang Berlebihan: 

Jika lansia mengalami sendawa secara berlebihan dan tidak biasa, ini dapat menjadi tanda bahwa ada masalah dalam saluran pencernaan atau gangguan lain yang memengaruhi proses pencernaan.

Sendawa berlebihan tanda ada masalah pencernaan.
(Sumber: foto canva.com)

💨 Nyeri Perut atau Gangguan Pencernaan: 

Lansia yang bersendawa karena penyakit mungkin juga mengalami nyeri perut yang tidak biasa, mulas, perut kembung, mual, muntah, atau gangguan pencernaan lainnya.

💨 Perubahan Berat Badan yang Tidak Wajar: 

Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah atau perubahan dalam pola makan dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang mendasari, termasuk masalah pencernaan.

💨 Perubahan dalam Pola Buang Air Besar: 

Perubahan dalam pola buang air besar, seperti diare atau sembelit yang parah dan persisten, dapat menjadi tanda gangguan pencernaan atau masalah usus.

💨 Gejala Pencernaan Lainnya: 

Selain sendawa, lansia yang memiliki gangguan pencernaan mungkin juga mengalami gejala lain seperti buang gas yang lebih sering, perut buncit, atau perasaan tidak nyaman dalam perut.

💨 Perubahan dalam Kebiasaan Makan:

Lansia yang mengalami masalah pencernaan atau penyakit terkait pencernaan mungkin mengalami perubahan dalam kebiasaan makan, seperti hilangnya selera makan atau menghindari makanan tertentu karena gejala yang memburuk setelah mengonsumsinya.

💨 Keluhan Umum yang Berkaitan dengan Pencernaan: 

Lansia yang bersendawa karena penyakit dapat mengeluhkan gejala umum yang berkaitan dengan pencernaan, seperti rasa penuh cepat saat makan, sensasi terbakar di dada (yang dapat mengindikasikan refluks asam lambung), atau perasaan tidak enak di perut.

       Sendawa itu sendiri bukanlah gejala kesehatan yang serius, tetapi gejala yang mungkin mengindikasikan masalah pencernaan atau penyakit lainnya. 

Sendawa pada lansia, seperti pada orang dewasa lainnya, biasanya bukan masalah serius dan dapat diatasi dengan mengikuti beberapa langkah sederhana. Namun, perlu diingat bahwa jika sendawa disebabkan oleh masalah medis yang lebih serius, pengobatan yang lebih mendalam mungkin diperlukan. 

Di bawah ini adalah beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi sendawa pada lansia:

😜 Perhatikan Pola Makan: 

Pastikan lansia makan dengan tenang dan perlahan, mengunyah makanan dengan baik, dan tidak menelan udara saat makan. Hindari makan terlalu cepat atau berbicara saat makan.

😜 Hindari Makanan dan Minuman yang Menyebabkan Gas: 

Beberapa makanan dan minuman, seperti makanan pedas, kacang-kacangan, brokoli, kembang kol, dan minuman berkarbonasi, dapat menyebabkan penumpukan gas dalam lambung. Membatasi konsumsi makanan ini dapat membantu mengurangi sendawa. Minuman berkarbonasi dan menelan udara adalah alasan paling umum orang bersendawa. Sering kali, gas tersebut tidak sampai ke perut Anda. Sebaliknya, ia tetap terjebak di kerongkongan sampai muncul kembali.

Hindari minum minuman yang berkarbonasi.
(Sumber: foto canva.com)

😜 Hindari Menggunakan Sedotan:

Penggunaan sedotan saat minum dapat menyebabkan lebih banyak udara tertelan, yang dapat menyebabkan sendawa. Menghindari sedotan atau menggunakan sedotan yang lebih lebar bisa membantu mengurangi masalah ini.

😜 Makan dengan Posisi Tegak:

Makan dengan posisi tubuh yang tegak dapat membantu mencegah udara tertelan saat makan.

😜 Minum Air dengan Benar: 

Hindari minum dengan cepat atau dalam jumlah yang besar, karena ini dapat menyebabkan udara tertelan bersama dengan air. Minum air dengan perlahan dan dalam jumlah kecil bisa membantu menghindari sendawa.

😜 Jalani Gaya Hidup yang Sehat:

Menjaga berat badan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari merokok dapat membantu mengurangi risiko gangguan pencernaan yang dapat menyebabkan sendawa.

😜 Hindari Pakaian yang Terlalu Ketat:

Pakaian yang terlalu ketat di sekitar perut dapat memberikan tekanan tambahan pada perut dan mengakibatkan penumpukan gas.

Sendawa proses keluar gas dari dalam lambung melalui mulut.
(Sumber: foto canva.com)

😜 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika sendawa pada lansia sangat mengganggu atau disertai dengan gejala lain yang mengkhawatirkan seperti nyeri perut yang parah, gangguan pencernaan yang persisten, atau perubahan berat badan yang tidak wajar, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab sendawa dan memberikan perawatan yang sesuai jika diperlukan.

Kiat lain mengurangi sendawa, jika Anda:

  • Makan dan minum perlahan; Meluangkan waktu dapat membantu Anda menelan lebih sedikit udara. Cobalah untuk membuat waktu makan menjadi santai; makan saat Anda stres atau dalam pelarian meningkatkan jumlah udara yang Anda telan.
  • Hindari minuman berkarbonasi dan bir; Mereka melepaskan gas karbon dioksida.
  • Hindari permen karet dan permen keras; Saat Anda mengunyah permen karet atau menghisap permen keras, Anda menelan lebih sering dari biasanya. Bagian dari apa yang Anda telan adalah udara.
  • Jangan merokok; Saat Anda menghirup asap, Anda juga menghirup dan menelan udara.
  • Periksa gigi palsu Anda. Gigi palsu yang tidak pas dapat menyebabkan Anda menelan udara berlebih saat makan dan minum.
  • Bergeraklah; Mungkin ada gunanya berjalan-jalan sebentar setelah makan.
  • Mengobati sakit maag; Untuk nyeri ulu hati ringan yang terjadi sesekali, antasida yang dijual bebas atau obat lain mungkin bisa membantu. GERD mungkin memerlukan obat resep atau perawatan lain.

       Sendawa adalah respons tubuh yang normal terhadap udara yang tertelan selama makan atau minum. Namun, jika sendawa menjadi masalah yang berulang atau mengganggu aktivitas sehari-hari lansia, sebaiknya cari bantuan medis untuk menilai penyebab dan mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengatasi masalah ini.

Jika seseorang mengalami sendawa yang terus-menerus atau disertai dengan gejala seperti nyeri perut yang parah, gangguan pencernaan, atau perubahan berat badan yang tidak wajar, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.





Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gas-and-gas-pains/in-depth/gas-and-gas-pains/art-20044739

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2280790/

https://www.medicalnewstoday.com/articles/325121

https://www.webmd.com/digestive-disorders/burping-reasons

https://www.uclahealth.org/medical-services/gastro/esophageal-health/diseases-we-treat/belching-disorders