Sunday, 8 October 2023

Kanker Paru-Paru Pada lansia

        Kanker paru-paru terutama menyerang orang lanjut usia. Penyakit ini jarang terjadi pada orang yang berusia di bawah 40 tahun. Meskipun orang yang tidak pernah merokok dapat terkena kanker paru-paru, merokok adalah penyebab paling umum. 

Hal ini karena merokok melibatkan penghirupan sejumlah zat beracun yang berbeda secara teratur. Di seluruh dunia terjadi  pergeseran populasi menuju usia yang lebih tua. Pergeseran ini mendukung peningkatan risiko terkena kanker paru-paru yang terutama merupakan penyakit pada populasi lansia.

Merokok adalah penyebab utama kanker paru-paru.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Kanker paru-paru pada lansia adalah pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali dan ganas di dalam paru-paru seseorang yang berusia lanjut. Kanker paru-paru adalah salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada lansia. Kondisi ini sering terkait dengan paparan jangka panjang terhadap faktor-faktor risiko seperti merokok, polusi udara, atau paparan asbes selama beberapa dekade.

Kanker paru-paru banyak diderita oleh lansia.
(Sumber: foto canva.com)

Istilah medis untuk kanker paru-paru adalah "karsinoma paru-paru" atau "kanker paru-paru." Dokter atau profesional kesehatan akan menggunakan istilah medis ini untuk membantu dalam diagnosis, perencanaan perawatan, dan komunikasi mengenai kondisi pasien.  Istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan jenis atau karakteristik kanker paru-paru tertentu, antara lain:

Karsinoma Sel Kecil (Small Cell Carcinoma):

Ini adalah salah satu jenis kanker paru-paru yang paling agresif. Dikenal juga sebagai sel kecil atau sel kecil neuroendokrin, istilah ini mengacu pada jenis sel kanker tertentu yang ditemukan dalam paru-paru.

Karsinoma Sel Non-Kecil (Non-Small Cell Carcinoma): 

Ini adalah jenis kanker paru-paru yang lebih umum dan mencakup beberapa jenis kanker sel yang berbeda, termasuk karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar.

Kanker Paru-paru Metastatik:

Ini mengacu pada kanker paru-paru yang telah menyebar ke bagian tubuh lain, biasanya melalui aliran darah atau limfatik. Pada kondisi ini, kanker paru-paru bisa menjadi metastasis di organ lain, seperti hati, tulang, atau otak.

Kanker Paru-paru pada Stadium Lanjut (Advanced Lung Cancer):

Ini adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kanker paru-paru yang telah mencapai stadium lanjut, di mana terapi mungkin lebih sulit dan prognosisnya bisa lebih buruk.

       Kanker paru-paru pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dengan faktor utama yang paling umum adalah merokok. 

Beberapa faktor penyebab kanker paru-paru pada lansia:

πŸ’€ Merokok Tembakau:

Merokok tembakau adalah penyebab utama kanker paru-paru pada semua kelompok usia, termasuk lansia. Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia berbahaya dalam rokok, seperti tar dan nikotin, dapat merusak sel-sel paru-paru dan menyebabkan mutasi genetik yang berkontribusi pada perkembangan kanker.

πŸ’€ Paparan Asap Rokok Pasif: 

Terpapar asap rokok dari perokok aktif di lingkungan sekitar juga meningkatkan risiko kanker paru-paru, termasuk pada lansia yang tidak merokok. Pasien lansia mungkin lebih rentan terhadap efek negatif dari paparan asap rokok pasif.

Terpapar asap rokok menimbulkan efek negatif untuk lansia.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’€ Polusi Udara:

Lansia yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara tinggi atau sering terpapar polutan udara berbahaya seperti partikulat halus atau senyawa kimia beracun dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker paru-paru.

πŸ’€ Paparan Asbes: 

Paparan jangka panjang terhadap serat asbes juga dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, terutama pada lansia yang mungkin terpapar selama masa kerja mereka atau melalui paparan rumah tangga.

πŸ’€ Genetika:

Faktor genetik atau riwayat keluarga dengan kanker paru-paru dapat memainkan peran dalam peningkatan risiko. Beberapa mutasi genetik tertentu telah terkait dengan risiko lebih tinggi kanker paru-paru.

πŸ’€ Riwayat Medis: 

Riwayat medis individu, seperti riwayat penyakit paru-paru kronis, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), atau riwayat penyakit pernapasan lainnya, dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru pada lansia.

πŸ’€ Usia: 

Risiko kanker paru-paru secara umum meningkat seiring bertambahnya usia, sehingga lansia lebih rentan terhadap penyakit ini.

πŸ’¬ Faktor-faktor ini sering kali berinteraksi satu sama lain, dan seseorang mungkin memiliki beberapa faktor risiko sekaligus.

         Gejala kanker paru-paru pada lansia tidak selalu berbeda dari gejala yang mungkin dialami oleh orang yang lebih muda. Pada lansia, gejala ini mungkin lebih sulit dikenali atau lebih sering diabaikan karena mereka dapat dianggap sebagai bagian dari proses penuaan atau kondisi medis lainnya. 

Beberapa gejala kanker paru-paru yang mungkin dialami oleh lansia meliputi:

😷 Batuk Kronis: 

Batuk yang berlangsung selama beberapa minggu atau lebih, terutama jika itu adalah batuk berdahak atau berdarah, bisa menjadi tanda kanker paru-paru.

Batuk yang berlangsung selama beberapa minggu.
(Sumber: foto canva.com)

😷 Sesak Napas: 

Kesulitan bernapas atau sesak napas yang tidak terkait dengan aktivitas fisik yang berat atau kondisi pernapasan lainnya bisa menjadi gejala kanker paru-paru.

😷 Nyeri Dada:

Nyeri dada atau ketidaknyamanan di dada bisa terjadi sebagai akibat dari kanker paru-paru atau penyebarannya ke pleura (lapisan yang melapisi paru-paru).

😷 Hilangnya Nafsu Makan: 

Lansia yang mengalami penurunan nafsu makan yang signifikan dan kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.

😷 Kelelahan:

Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan, bahkan setelah istirahat yang cukup, dapat menjadi gejala kanker paru-paru.

😷 Suara Parau atau Perubahan Suara: 

Perubahan pada suara, seperti suara parau yang berkepanjangan, mungkin menjadi tanda kanker paru-paru yang memengaruhi saraf-suara.

😷 Infeksi Paru-paru Berulang: 

Lansia yang sering mengalami infeksi paru-paru berulang atau bronkitis mungkin perlu diperiksa lebih lanjut untuk memeriksa kemungkinan kanker paru-paru.

😷 Pembengkakan Wajah atau Leher:

Pembengkakan yang tidak biasa pada wajah, leher, atau lengan bisa disebabkan oleh obstruksi pembuluh darah atau limfatik oleh tumor paru-paru.

πŸ’¬ Gejala-gejala ini tidak selalu menunjukkan kanker paru-paru, dan banyak kondisi lain yang dapat memiliki gejala serupa

       Mencegah kanker paru-paru pada lansia sangat penting untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik pada tahap lanjut usia. Meskipun risiko kanker paru-paru dapat meningkat seiring bertambahnya usia, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko penyakit ini, terutama jika seseorang telah mencapai usia lanjut. 

Beberapa cara untuk mencegah kanker paru-paru pada lansia:

πŸ’’ Hentikan Merokok: 

Jika seseorang masih merokok, langkah terpenting adalah berhenti merokok segera. Merokok adalah penyebab utama kanker paru-paru. Berhenti merokok dapat mengurangi risiko kanker paru-paru dan juga memiliki manfaat besar bagi kesehatan umum.

πŸ’’ Hindari Paparan Asap Rokok Pasif: 

Jika seseorang tinggal dengan perokok, upayakan untuk menghindari paparan asap rokok pasif. Jadikan rumah sebagai area bebas rokok dan cari cara untuk mengurangi paparan asap rokok di lingkungan sekitar.

πŸ’’ Perbaiki Kualitas Udara:

Hindari atau kurangi paparan polusi udara yang berbahaya. Gunakan alat pembersih udara dalam ruangan jika diperlukan, dan jika tinggal di area dengan polusi udara tinggi, pertimbangkan untuk mengenakan masker pelindung saat beraktivitas di luar.

πŸ’’ Pemindaian Rutin dan Pemeriksaan Kesehatan: 

Lansia sebaiknya menjalani pemeriksaan kesehatan rutin secara teratur. Diskusikan dengan dokter mengenai pemeriksaan pencitraan paru-paru seperti CT scan jika ada risiko tertentu atau gejala yang mencurigakan.

πŸ’’ Polanya Makan Sehat:

Konsumsi makanan yang seimbang dan kaya akan nutrisi, termasuk buah-buahan, sayuran, serat, dan makanan berprotein tanpa lemak berlebih. Ini dapat membantu menjaga kekuatan sistem kekebalan tubuh.

πŸ’’ Aktivitas Fisik: 

Terlibat dalam aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mempertahankan kesehatan paru-paru dan sistem kekebalan tubuh. Pertahankan rutinitas olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik Anda.

Aktivitas fisik membantu kesehatan paru-paru.
(Sumber: foto canva,com)

πŸ’’ Hindari Paparan Bahan Kimia Berbahaya: 

Jika seseorang bekerja atau tinggal di lingkungan yang memiliki paparan bahan beracun seperti asbes atau radon, langkah-langkah harus diambil untuk meminimalkan paparan.

πŸ’’ Vaksinasi:

Terapkan vaksinasi yang sesuai, seperti vaksin influenza dan vaksin pneumonia, sesuai dengan rekomendasi medis. Ini dapat membantu melindungi sistem pernapasan dari infeksi yang dapat memengaruhi kesehatan paru-paru.

πŸ’’ Lakukan Skrining Kanker: 

Lansia yang berisiko tinggi untuk kanker paru-paru, seperti mereka yang pernah merokok atau memiliki riwayat paparan lingkungan yang signifikan, sebaiknya membahas skrining kanker paru-paru dengan dokter.

        πŸ’­ Pencegahan adalah kunci untuk mengurangi risiko kanker paru-paru pada lansia. 

         Pengobatan kanker paru-paru pada lansia akan bergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis kanker, tingkat keparahan penyakit, kondisi kesehatan umum pasien, dan preferensi pasien. Pengobatan kanker paru-paru pada lansia seringkali melibatkan pendekatan yang serupa dengan pengobatan kanker paru-paru pada kelompok usia lainnya. 

Beberapa opsi pengobatan yang mungkin dipertimbangkan:

πŸ’« Pembedahan: 

Pembedahan dapat menjadi pilihan jika kanker paru-paru belum menyebar secara luas dan pasien dalam kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi. Jenis pembedahan yang mungkin dilakukan termasuk pengangkatan tumor (reseksi) atau pengangkatan seluruh paru-paru (pneumonektomi).

πŸ’« Radioterapi: 

Radioterapi menggunakan sinar-X berenergi tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Ini dapat digunakan sebagai pengobatan utama atau sebagai pelengkap pembedahan. Radioterapi bisa efektif dalam mengendalikan pertumbuhan kanker dan mengurangi gejala.

πŸ’« Kemoterapi:

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan kanker untuk membunuh sel-sel kanker. Ini dapat digunakan sebagai pengobatan sistemik untuk menghentikan atau memperlambat pertumbuhan kanker. Terapi target dan imunoterapi adalah terapi medis lain yang mungkin digunakan bersama atau sebagai alternatif untuk kemoterapi.

πŸ’« Terapi Target: 

Terapi target adalah jenis pengobatan yang ditujukan secara spesifik untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker yang memiliki mutasi genetik tertentu. Ini adalah pendekatan yang lebih terarah yang dapat memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan kemoterapi konvensional.

πŸ’« Imunoterapi:

Imunoterapi merangsang sistem kekebalan tubuh pasien untuk melawan kanker. Ini adalah pengobatan yang inovatif dan telah menunjukkan keberhasilan dalam beberapa kasus kanker paru-paru.

πŸ’« Palliative Care: 

Terkadang, pengobatan kanker paru-paru pada lansia difokuskan pada perawatan paliatif yang bertujuan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan dukungan psikologis dan sosial kepada pasien. Ini mungkin menjadi pilihan jika penyakit sudah mencapai stadium lanjut dan perawatan kuratif tidak lagi mungkin

       Setiap kasus kanker paru-paru pada lansia adalah unik, dan keputusan mengenai pengobatan harus dibuat setelah pertimbangan yang matang oleh tim medis yang terdiri dari dokter spesialis kanker, ahli bedah, radioterapis, dan lainnya. Penting untuk melibatkan pasien dalam proses pengambilan keputusan dan mempertimbangkan kualitas hidup, harapan hidup, dan kebutuhan individu dalam perencanaan perawatan.





Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5124601/

https://jtd.amegroups.org/article/view/7750/html

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3126022/

https://www.verywellhealth.com/lung-cancer-in-older-adults-2248789

https://www.cancernetwork.com/view/many-elderly-lung-cancer-patients-receive-no-treatment

https://www.nhs.uk/conditions/lung-cancer/

Saturday, 7 October 2023

Kanker Kulit, Paparan Sinar Matahari

        Kanker kulit adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan sel-sel kanker yang terjadi di kulit manusia. Terdapat beberapa jenis kanker kulit, tetapi dua jenis yang paling umum adalah karsinoma sel basal (basal cell carcinoma) dan karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma). Pertumbuhan sel kulit yang tidak normal, paling sering berkembang pada kulit yang terkena sinar matahari. Namun bentuk kanker yang umum ini juga bisa terjadi pada area kulit yang biasanya tidak terkena sinar matahari.

Pengertian kedua jenis kanker kulit tersebut:

πŸ‘‰Karsinoma Sel Basal (Basal Cell Carcinoma):

Karsinoma sel basal adalah jenis kanker kulit yang paling umum dan lebih sering terjadi pada area kulit yang terpapar sinar matahari secara berlebihan, seperti wajah, leher, dan lengan. Kanker ini muncul ketika sel basal dalam epidermis (lapisan atas kulit) mengalami mutasi DNA yang mengakibatkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali. 

Karsinoma sel basal jarang menyebar ke bagian tubuh lainnya dan biasanya tumbuh secara lokal. Gejala utama karsinoma sel basal adalah munculnya lesi kulit yang sering kali berwarna merah muda, merah coklat, atau merah jambu, dengan tepi yang berlekuk dan terkadang membentuk ulkus (luka terbuka) yang sulit sembuh.

πŸ‘‰Karsinoma Sel Skuamosa (Squamous Cell Carcinoma):

Karsinoma sel skuamosa adalah jenis kanker kulit yang juga sering terkait dengan paparan sinar matahari berlebihan. Kanker ini berkembang dari sel-sel skuamosa dalam epidermis kulit. Karsinoma sel skuamosa cenderung lebih agresif daripada karsinoma sel basal dan memiliki potensi untuk menyebar ke bagian tubuh lainnya jika tidak diobati. Gejalanya bisa berupa lesi kulit yang terlihat seperti lepuhan atau luka terbuka, sering kali keropeng, dan dapat menyebabkan rasa gatal atau nyeri.

Paparan sinar matahari berbahaya untuk kulit manusia.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

       Kanker kulit dapat memiliki berbagai ciri, dan gejala yang muncul dapat bervariasi tergantung pada jenis kanker kulitnya. 

Beberapa ciri umum yang bisa menjadi indikasi terjadinya kanker kulit:

Perubahan pada Kulit:

Perhatikan perubahan pada kulit, seperti bintik atau lesi yang muncul baru-baru ini atau mengalami perubahan dalam bentuk, ukuran, warna, atau tekstur.

Lesi yang Tidak Sembuh:

Luka atau lesi yang tidak sembuh dalam beberapa minggu atau bulan, atau yang sembuh tapi kemudian muncul kembali, bisa menjadi tanda kanker kulit.

Bintik atau Benjolan Berwarna: 

Kanker kulit seringkali muncul dalam bentuk bintik atau benjolan yang berwarna merah, merah muda, merah coklat, atau bahkan putih. Perubahan warna yang mencolok pada bintik kulit dapat menjadi peringatan.

Tepi Lesi yang Berlekuk atau Tidak Teratur:

Lesi yang memiliki tepi yang berlekuk, tidak teratur, atau kasar dapat menjadi tanda kanker kulit.

Sakit atau Gatal: 

Kanker kulit tertentu dapat menyebabkan rasa sakit, gatal, atau terbakar pada kulit di sekitar area yang terkena.

Keropeng yang Tidak Sembuh: 

Keropeng yang tidak sembuh atau berulang-ulang muncul pada area kulit tertentu bisa menjadi tanda kanker kulit.

Pertumbuhan Cepat: 

Jika ada pertumbuhan cepat pada bintik atau lesi kulit, itu bisa menjadi tanda kanker kulit yang agresif.

Perubahan pada Kuku atau Kulit di sekitarnya: 

Kanker kulit juga dapat mempengaruhi kuku, menyebabkan perubahan warna atau bentuk pada kuku, atau mengakibatkan pembengkakan pada kulit di sekitarnya.

Pendarahan atau Sekresi: 

Jika lesi kulit mengalami pendarahan, mengeluarkan sekresi, atau terasa basah, itu dapat menjadi tanda peringatan.

Perubahan pada Rambut: 

Perubahan pada rambut di sekitar lesi kulit, seperti rambut yang tumbuh dari tengah lesi, juga perlu diwaspadai.

πŸ’¬ Tanda-tanda ini bisa berkaitan dengan kondisi kulit lainnya selain kanker kulit.

        Mencegah kanker kulit adalah langkah yang sangat penting, terutama jika Anda memiliki risiko tinggi terkena kanker kulit atau jika Anda sering terpapar sinar matahari. 

Beberapa langkah pencegahan yang dapat membantu mengurangi risiko terkena kanker kulit:

Gunakan Pelindung Matahari (Sunscreen):

  • Gunakan tabir surya dengan SPF (Sun Protection Factor) minimal 30 setiap kali Anda beraktivitas di luar ruangan.
  • Oleskan tabir surya secara merata ke seluruh kulit yang terpapar sinar matahari, termasuk wajah, leher, tangan, dan kaki.
  • Perluas penggunaan tabir surya pada semua musim, bahkan saat cuaca mendung atau saat Anda berada di dalam mobil (sinar UV dapat menembus kaca).
  • Pastikan tabir surya Anda melindungi dari sinar UVA dan UVB.
Gunakan tabir surya agar terhindar dari radiasi UV.
(Sumber: foto canva.com)
Kenakan Pakaian Pelindung:

  • Kenakan pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh, terutama saat berada di bawah sinar matahari langsung.
  • Pilih pakaian dengan bahan yang lebih tebal dan berwarna gelap untuk memberikan perlindungan yang lebih baik.
  • Topi lebar dengan tepi yang besar dapat melindungi wajah, leher, dan telinga dari sinar matahari.
Hindari Paparan Sinar Matahari Berlebihan:
  • Hindari berjemur di bawah sinar matahari saat matahari paling terik, biasanya antara pukul 10 pagi hingga 4 sore.
  • Cari tempat teduh atau gunakan payung saat berada di luar ruangan.
  • Jika Anda berada di pantai atau di lingkungan yang pantai, berhati-hatilah terhadap pantulan sinar matahari dari air, pasir, atau salju yang dapat meningkatkan risiko terbakar matahari.
Gunakan Kacamata Hitam:
  • Kenakan kacamata hitam yang melindungi mata Anda dari sinar UV untuk menghindari kerusakan mata dan kelopak mata.
Hindari Solarium (Penggunaan Alat Pemancar Sinar UVA):
  • Hindari penggunaan alat pemancar sinar UVA (solarium) dan lampu berjemur buatan, karena mereka dapat meningkatkan risiko kanker kulit.
Pemeriksaan Kulit Rutin:
  • Lakukan pemeriksaan kulit sendiri secara rutin untuk memantau perubahan pada kulit Anda, termasuk bintik-bintik atau lesi baru yang muncul.
  • Periksakan kulit Anda secara teratur oleh seorang dokter kulit atau ahli kanker kulit untuk deteksi dini.
Hindari Paparan Terhadap Zat Kimia Berbahaya:
  • Hindari kontak kulit dengan bahan kimia berbahaya seperti arsenik, asbes, dan sejenisnya yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit.
Hindari Merokok dan Tembakau:
  • Merokok dan terpapar asap tembakau dapat meningkatkan risiko kanker kulit, terutama karsinoma sel skuamosa.
Pencegahan kanker kulit melibatkan langkah-langkah untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari berlebihan dan mengadopsi gaya hidup sehat. 

        Faktor penyebab kanker kulit, terutama karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa, umumnya terkait dengan paparan sinar matahari berlebihan dan faktor-faktor genetik. 

Beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit:

Paparan Sinar Matahari Berlebihan: 
Paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari adalah faktor risiko utama dalam perkembangan kanker kulit. Radiasi UV dapat merusak DNA dalam sel-sel kulit, yang dapat mengarah pada pertumbuhan sel kanker. Orang yang sering terpapar sinar matahari berlebihan atau memiliki sejarah paparan berkepanjangan berisiko lebih tinggi.

Hindari paparan sinar matahari yang berlebihan.
(Sumber: foto canva.com)
Lampu Berjemur dan Solarium: 
Penggunaan lampu berjemur buatan dan penggunaan solarium (alat pemancar sinar UVA) juga dapat meningkatkan risiko kanker kulit, terutama karsinoma sel skuamosa.

Paparan Radiasi: 
Terpapar radiasi medis atau radioterapi sebelumnya dapat meningkatkan risiko kanker kulit.
Kulit Terbakar Matahari: Riwayat terbakar matahari yang parah di masa muda dapat meningkatkan risiko kanker kulit di kemudian hari.

Pola Kulit dan Warna Kulit: 
Orang dengan kulit yang sangat terang, banyak tahi lalat, dan mudah terbakar matahari memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kulit. Orang dengan warna kulit yang lebih gelap memiliki risiko yang lebih rendah, tetapi mereka tetap bisa terkena kanker kulit.

Sejarah Keluarga: 
Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker kulit, risiko Anda mungkin lebih tinggi karena faktor genetik dapat memainkan peran.

Usia: 
Risiko kanker kulit meningkat seiring bertambahnya usia.

Kondisi Medis:
Beberapa kondisi medis tertentu, seperti xeroderma pigmentosum (kelainan genetik yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk memperbaiki kerusakan DNA akibat sinar UV), dapat meningkatkan risiko kanker kulit.

Paparan Zat Kimia Berbahaya:
Paparan zat kimia berbahaya seperti arsenik atau bahan kimia industri tertentu juga dapat meningkatkan risiko kanker kulit.

Imunosupresi: 
Sistem kekebalan tubuh yang melemah, misalnya karena penggunaan obat imunosupresan setelah transplantasi organ atau karena penyakit tertentu, dapat meningkatkan risiko kanker kulit.

       πŸ’¬Banyak faktor risiko ini dapat diubah atau dikurangi dengan tindakan pencegahan yang sesuai, seperti melindungi kulit dari sinar matahari berlebihan, menghindari penggunaan lampu berjemur buatan, dan menjalani pemeriksaan kulit rutin. Pencegahan dan deteksi dini adalah kunci dalam mengurangi risiko kanker kulit. 

         Pengobatan kanker kulit tergantung pada jenis kanker kulit, sejauh penyebarannya, lokasinya, dan kondisi kesehatan umum pasien. Terdapat beberapa opsi pengobatan yang dapat digunakan untuk mengobati kanker kulit, termasuk:

Pembedahan:
  • Pembedahan adalah salah satu metode pengobatan utama untuk kanker kulit. Dokter akan mengangkat sel kanker dan sekitarnya untuk memastikan semua sel kanker telah dihilangkan.
  • Pilihan operasi mungkin termasuk eksisi sederhana (pengangkatan tumor), eksisi luas (pengangkatan tumor dengan margin lebih besar dari jaringan sehat), atau pembedahan Mohs (pengangkatan lapisan demi lapisan dengan pemeriksaan mikroskopis waktu nyata untuk memastikan semua sel kanker dihilangkan).
Radioterapi:
  • Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk menghancurkan sel kanker. Ini mungkin digunakan jika kanker kulit telah menyebar atau jika pembedahan tidak mungkin.
  • Radioterapi juga bisa digunakan setelah operasi untuk mengurangi risiko kanker kembali.
Terapi Fotodinamik:
  • Terapi fotodinamik melibatkan penggunaan agen fotosensitif yang diaktifkan oleh cahaya untuk menghancurkan sel kanker kulit. Ini sering digunakan untuk kanker kulit non-melanoma seperti karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.
Terapi Target:
  • Terapi target adalah pengobatan yang ditargetkan pada molekul atau jalur tertentu dalam sel kanker untuk menghentikan pertumbuhan atau menyusutkan tumor. Terapi ini umumnya digunakan dalam kasus kanker kulit yang lebih lanjut atau metastasis.
Kemoterapi:
  • Kemoterapi digunakan lebih jarang dalam pengobatan kanker kulit dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Ini biasanya hanya digunakan ketika kanker kulit telah menyebar secara luas.
Imunoterapi:
  • Imunoterapi adalah metode yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Ini digunakan dalam beberapa kasus kanker kulit, terutama melanoma.
Obat Topikal:
  • Krim atau salep topikal tertentu dapat digunakan untuk mengobati kanker kulit dalam kasus tertentu, terutama untuk lesi yang lebih kecil dan permukaan.
Palliatif Care:
  • Dalam kasus-kasus di mana kanker kulit tidak dapat diobati sepenuhnya, perawatan paliatif dapat digunakan untuk meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Pilihan pengobatan akan ditentukan oleh tim medis yang merawat pasien berdasarkan jenis kanker kulit, tahapnya, dan faktor-faktor lainnya. Berkonsultasi dengan dokter atau spesialis kanker kulit yang berpengalaman untuk merencanakan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Deteksi dini dan perawatan yang tepat waktu memiliki peran krusial dalam prognosis dan kesembuhan kanker kulit.




Sumber:








Radang Otak, Mengenai Siapa Saja

         Radang otak, juga dikenal sebagai encephalitis, adalah kondisi medis yang ditandai oleh peradangan pada otak. Istilah medis yang digunakan untuk merujuk kepada radang otak adalah "encephalitis."  Istilah ini mengacu pada peradangan yang terjadi di otak dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus, bakteri, jamur, atau reaksi autoimun tubuh terhadap jaringan otaknya sendiri. 

Jika peradangan disebabkan oleh infeksi di otak, kondisi ini disebut encephalitis menular, dan bila penyakit ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang otak, kondisi ini dikenal sebagai encephalitis autoimun. Terkadang tidak diketahui penyebabnya.  Encephalitis adalah diagnosis medis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini dalam konteks perawatan kesehatan.

Encephalitis dapat disebabkan oleh infeksi atau kondisi autoimun di mana respons imun tubuh menyerang otak. Bahkan dengan pengujian ekstensif, penyebab spesifik encephalitis masih belum diketahui pada sekitar 30% –40% kasus.

Kasus encephalitis kemungkinan akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya penyebab autoimun yang diketahui. Munculnya infeksi seperti virus Zika, Chikungunya dan Powassan juga dapat berkontribusi terhadap tren ini.

Lansia menghindari dari virus zika, chikungunya dan powassan/
(Sumber: foto LPC- Lansia)

        Gejala radang otak atau encephalitis dapat bervariasi dari ringan hingga parah, tergantung pada tingkat peradangan otak dan penyebabnya. 

Beberapa gejala umum yang dapat muncul, antara lain:

😱Demam: 

Suhu tubuh yang tinggi adalah gejala umum radang otak.

😱Sakit kepala: 

Kepala terasa nyeri atau berdenyut.

😱Gangguan kesadaran:

 Ini bisa mencakup kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, atau kehilangan kesadaran.

😱Kejang: 

Beberapa orang dengan encephalitis mengalami kejang.

Beberapa orang kejang karena radang otak.
(Sumber: foto canva.com)

😱Mual dan muntah:

Mual dan muntah bisa terjadi.

😱Gangguan neurologis: 

Ini termasuk kelumpuhan, kelemahan otot, kesulitan berbicara, atau masalah koordinasi.

😱Perubahan perilaku atau mental: 

Beberapa orang mungkin mengalami perubahan perilaku seperti iritabilitas, agresivitas, atau halusinasi.

😱Kelumpuhan otot wajah: 

Terkadang, encephalitis dapat menyebabkan kelumpuhan otot wajah, yang dapat mempengaruhi kemampuan berbicara atau menelan.

😱Sakit leher: 

Jika radang otak disebabkan oleh infeksi, bisa terjadi kaku leher dan ketidakmampuan untuk menundukkan kepala karena peradangan pada selaput otak.

😱Kelelahan: 

Encephalitis bisa membuat Anda merasa sangat lelah dan lemas.

       Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan radang otak (encephalitis). 

Beberapa faktor risiko utama radang otak, antara lain:

πŸ“ŒInfeksi Virus atau Bakteri:

Paparan virus atau bakteri tertentu dapat meningkatkan risiko terkena encephalitis. Contohnya, virus herpes simplex, virus cacar air, virus campak, dan bakteri seperti Streptococcus dan Mycoplasma pneumoniae dapat menyebabkan encephalitis.

Beberapa virus dapat berisiko terkena radang otak.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ“ŒUsia: 

Beberapa jenis encephalitis, seperti encephalitis herpes simplex, cenderung lebih umum pada anak-anak dan orang dewasa muda.

πŸ“ŒImunisasi: 

Beberapa vaksin dapat mengurangi risiko infeksi yang dapat menyebabkan encephalitis. Vaksinasi rutin, seperti vaksin MMR (campak, gondongan, rubella), dapat membantu melindungi terhadap penyakit yang dapat mengakibatkan encephalitis.

πŸ“ŒMusim dan Daerah Geografis:

Beberapa jenis encephalitis seperti encephalitis virus West Nile lebih umum terjadi di musim panas dan dapat berkembang di daerah tertentu.

πŸ“ŒKondisi Medis yang Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh: 

Orang yang memiliki kondisi medis yang melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka, seperti infeksi HIV atau penggunaan obat imunosupresif, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena encephalitis.

πŸ“ŒPerjalanan atau Ekspose Lingkungan: 

Bepergian ke daerah dengan risiko tinggi infeksi tertentu atau terpapar lingkungan yang berisiko tinggi (seperti gigitan nyamuk di daerah dengan penyebaran virus tertentu) dapat meningkatkan risiko.

πŸ“ŒRiwayat Keluarga: 

Dalam beberapa kasus, faktor genetik atau riwayat keluarga tertentu dapat memengaruhi risiko seseorang terhadap encephalitis.

πŸ’¬ Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena encephalitis, tidak semua orang dengan faktor-faktor ini akan mengembangkan kondisi ini. Selain itu, encephalitis dapat disebabkan oleh berbagai agen penyebab yang berbeda, sehingga faktor risiko juga dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya.

      Mencegah radang otak (encephalitis) sebagian besar berkaitan dengan mencegah infeksi yang dapat menjadi penyebabnya. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko terkena radang otak:

😏 Vaksinasi: 

Vaksinasi adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah radang otak yang disebabkan oleh infeksi virus tertentu. Pastikan bahwa Anda dan keluarga Anda mendapatkan vaksinasi yang disarankan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan. Ini termasuk vaksin MMR (campak, gondongan, rubella), vaksin HPV (human papillomavirus), vaksin influenza, dan vaksin lain yang sesuai untuk usia dan kondisi kesehatan Anda.

Vaksinasi cara terbaik mencegah radang otak.
(Sumber: foto canva.com)

😏 Praktik Kebersihan:

Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air adalah cara yang efektif untuk mencegah penyebaran berbagai infeksi virus dan bakteri yang dapat menyebabkan radang otak.

😏 Penghindaran Gigitan Nyamuk: 

Beberapa jenis radang otak, seperti yang disebabkan oleh virus West Nile, dapat disebarkan melalui gigitan nyamuk. Gunakan perlindungan seperti pakaian lengan panjang dan celana panjang, serta repelan nyamuk saat berada di daerah yang berisiko.

😏 Kebersihan Makanan: 

Pastikan makanan Anda dimasak dengan baik, terutama daging dan produk hewani lainnya. Hindari makanan mentah atau setengah matang yang dapat mengandung bakteri atau parasit yang berpotensi menyebabkan infeksi.

😏 Praktik Seks Aman:

Untuk mengurangi risiko infeksi yang dapat menyebabkan radang otak, praktik seks aman adalah penting. Penggunaan kondom dapat membantu melindungi terhadap infeksi yang dapat disebarkan melalui hubungan seksual.

😏 Kontrol Lingkungan:

Jika Anda tinggal atau bepergian ke daerah dengan risiko tinggi infeksi tertentu (seperti demam kuning atau encephalitis virus West Nile), pertimbangkan tindakan perlindungan seperti vaksinasi khusus atau penggunaan perlindungan yang sesuai terhadap vektor penyakit (seperti gigitan nyamuk).

😏 Kekebalan Tubuh yang Sehat: 

Jaga sistem kekebalan tubuh Anda dengan cara menjaga pola makan yang seimbang, tidur yang cukup, dan gaya hidup yang sehat secara umum. Ini dapat membantu tubuh melawan infeksi dengan lebih efektif.

😏 Vigilans Saat Bepergian:

Jika Anda bepergian ke negara atau daerah yang memiliki risiko infeksi tertentu, cari informasi tentang tindakan pencegahan yang harus Anda ambil sebelum dan selama perjalanan, termasuk vaksinasi dan perlindungan lainnya.

πŸ’¬ Tidak semua kasus radang otak dapat dihindari, tetapi tindakan pencegahan ini dapat membantu mengurangi risiko Anda. 

       Pengobatan radang otak (encephalitis) tergantung pada penyebab pasti encephalitis tersebut, tingkat keparahan, dan gejala yang dialami pasien. 

Pengobatan encephalitis biasanya melibatkan beberapa pendekatan, termasuk:

πŸ‘³ Perawatan Rumah Sakit: 

Sebagian besar kasus radang otak memerlukan perawatan di rumah sakit, terutama jika gejalanya parah atau jika terdapat risiko komplikasi serius.

πŸ‘³ Obat-Obatan:

Pengobatan dengan obat-obatan biasanya menjadi langkah utama dalam mengatasi radang otak. Pengobatan dapat mencakup:

  • Antivirus atau Antibiotik: Jika penyebab radang otak adalah infeksi virus atau bakteri, dokter mungkin akan meresepkan obat antivirus atau antibiotik yang sesuai untuk mengatasi infeksinya.
  • Obat Antiinflamasi: Untuk mengurangi peradangan dalam otak, dokter dapat meresepkan obat antiinflamasi seperti kortikosteroid.
  • Obat Antikonvulsan: Jika pasien mengalami kejang, dokter dapat meresepkan obat antikonvulsan untuk mengendalikan kejang.
  • Obat Penahan Nyeri dan Demam: Obat-obatan ini dapat digunakan untuk mengurangi gejala seperti sakit kepala dan demam.

πŸ‘³ Perawatan Dukungan: 

Pasien dengan radang otak sering memerlukan perawatan dukungan untuk mengatasi gejala dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal ini dapat melibatkan hidrasi intravena dan dukungan pernapasan jika diperlukan.

πŸ‘³ Terapi Fisik dan Terapi Okupasi: 

Setelah fase akut penyakit berlalu, pasien mungkin memerlukan terapi fisik atau terapi okupasi untuk membantu pulih dari gangguan motorik atau neurologis yang mungkin timbul selama penyakit.

πŸ‘³ Pemantauan: 

Pasien dengan radang otak akan dipantau secara ketat oleh tim medis untuk mengamati perkembangan penyakit dan mengatasi komplikasi yang mungkin muncul.

πŸ‘³ Rehabilitasi:

Bagi mereka yang mengalami gangguan neurologis yang signifikan akibat radang otak, rehabilitasi jangka panjang mungkin diperlukan untuk memaksimalkan pemulihan dan kualitas hidup.

πŸ‘³ Penanganan Penyebab Dasar:

Jika radang otak disebabkan oleh penyakit autoimun, pengobatan fokus pada mengendalikan respons autoimun. Pengobatan yang lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengelola kondisi autoimun tersebut.

       Pengobatan radang otak harus disesuaikan dengan kondisi individu pasien, dan rencana perawatan akan dibuat oleh tim medis yang merawat. Penting untuk segera mencari perawatan medis jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala yang mencurigakan radang otak, karena diagnosis dan pengobatan dini dapat meningkatkan peluang pemulihan.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/encephalitis/symptoms-causes/syc-20356136

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/encephalitis

https://www.nhs.uk/conditions/encephalitis/

https://www.medicalnewstoday.com/articles/168997

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6058-encephalitis

https://en.wikipedia.org/wiki/Encephalitis