Friday, 14 July 2023

Bahaya lansia Hilang "Keseimbangan", Ini Cara Tes Keseimbangan Romberg.

    Kehilangan keseimbangan adalah masalah umum yang dihadapi oleh lansia. Anda dapat melihat kawan, mulai dari posisi duduk, berdiri dan cara berjalan atau Anda merasakan sendiri bagaimana kondisi yang Anda hadapi, perhatikan ciri-ciri bahwa seseorang lansia mulai kehilangan keseimbangan:

  • Kesulitan dalam menjaga langkah yang mantap saat berjalan, langkah kaki hanya dilempar ke depan, dan  mungkin bergantung pada alat bantu seperti tongkat atau kursi roda untuk membantu menjaga keseimbangan.
Ilustrasi lansia terganggu keseimbangan perlu pendampingan
( Sumber: canva.com)

  • Sering mengalami kejadian terjatuh atau hampir terjatuh
  • Membungkuk atau miring saat berdiri atau berjalan,  padahal sudah merasa badan tegap.
  • Kesulitan dalam berpindah dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Bahkan mungkin membutuhkan bantuan atau waktu yang lebih lama untuk melakukannya
  • Penurunan kekuatan otot yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menjaga keseimbangan dengan baik.
  • Kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, atau beraktivitas di sekitar rumah.
  • Kesulitan memakai celana panjang atau pendek dengan posisi berdiri.
Keseimbangan mengacu pada kemampuan individu untuk mempertahankan garis gravitasi mereka di dalam Base of support (BOS). Hal ini juga dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan, dengan kesetimbangan dapat didefinisikan sebagai kondisi semua gaya kerja dihilangkan satu sama lain sehingga menghasilkan sistem seimbang yang stabil

Ilustrasi titik kontak objek dengan permukaan pendukung (BOS)
(Sumber: Canva.com)
Sedangkan Base of support (BOS) mengacu pada area di bawah objek atau orang yang mencakup setiap titik kontak yang dibuat objek atau orang dengan permukaan pendukung. Titik kontak ini mungkin bagian tubuh misalnya kaki atau tangan, atau mungkin termasuk hal-hal seperti kruk atau kursi yang diduduki seseorang.

Bila kehilangan keseimbangan maka lansia tidak mampu mempertahankan garis gravitasi untuk jaga keseimbangan kaki dengan tanah/lantai yang dipijak sehingga badan bergoyang atau limbung, bahkan sampai terjatuh.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan keseimbangan, meliputi:

πŸ‘† Perubahan pada sistem vestibular: 

Sistem vestibular, yang terletak di dalam telinga dalam, bertanggung jawab dalam mengatur keseimbangan tubuh. Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi sistem vestibular, yang dapat mengganggu keseimbangan dan koordinasi gerakan.

πŸ‘† Penurunan kekuatan dan fleksibilitas otot: 

Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot dan fleksibilitas tubuh. Kelemahan otot dapat membuat lansia lebih rentan terhadap gangguan keseimbangan.

πŸ‘† Perubahan penglihatan: 

Masalah penglihatan, seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau penurunan penglihatan, dapat mempengaruhi persepsi jarak dan ruang, yang penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.

πŸ‘† Penurunan fungsi sensorik: 

Lansia mungkin mengalami penurunan fungsi sensorik, seperti penurunan sensitivitas proprioceptive (sensori yang memberikan informasi tentang posisi tubuh) atau gangguan pendengaran. Fungsi sensorik yang terganggu dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk merasakan perubahan posisi dan merespons dengan benar.

πŸ‘† Efek samping obat-obatan: 

Beberapa obat yang umum dikonsumsi oleh lansia dapat memiliki efek samping yang mempengaruhi keseimbangan dan koordinasi gerakan. Misalnya, obat penenang atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf pusat dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.

πŸ‘† Penyakit atau kondisi kesehatan tertentu:

Beberapa kondisi kesehatan, seperti penyakit Parkinson, penyakit Meniere, masalah sirkulasi darah, atau gangguan neurologis, dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh pada lansia.

πŸ‘† Kurangnya aktivitas fisik: 

Kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup yang kurang aktif dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, fleksibilitas, dan keterampilan keseimbangan.

             πŸ’¬ Adanya kombinasi dari faktor-faktor di atas dapat meningkatkan risiko gangguan keseimbangan pada lansia. Penting untuk mendapatkan penilaian medis yang tepat jika lansia mengalami gangguan keseimbangan, karena dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka dan meningkatkan risiko jatuh yang serius.

Beberapa gejala gangguan keseimbangan pada lansia yang mungkin terjadi meliputi:

♿ Pusing atau rasa tidak stabil.

♿ Kesulitan berjalan atau merasa tidak mantap saat berdiri atau berjalan.

♿ Kesulitan mempertahankan keseimbangan saat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berpaling, berbalik, atau berpindah posisi.

♿ Sensasi limbung atau perasaan melayang.

♿ Gangguan koordinasi gerakan atau kehilangan kontrol atas gerakan tubuh.

♿ Kesulitan mengendalikan pergerakan mata.

♿ Sulit menggerakkan kepala atau leher tanpa merasa pusing atau tidak seimbang.

♿ Sensasi terjatuh atau kecemasan yang berkaitan dengan keseimbangan.

♿ Perubahan dalam langkah berjalan, seperti langkah yang tidak teratur, terhuyung-huyung, atau tergesa-gesa.

♿ Jatuh tanpa penyebab yang jelas.

          πŸ’¬ Gejala gangguan keseimbangan pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan sensorik (seperti penglihatan atau pendengaran yang buruk), kekuatan dan fleksibilitas otot yang berkurang, masalah dengan sistem vestibular (yang mengatur keseimbangan), atau efek samping obat-obatan tertentu. 

Gangguan keseimbangan dapat menjadi faktor risiko jatuh yang serius pada lansia, sehingga penting untuk memperhatikan gejala tersebut dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

Tes Romberg adalah tes yang mengukur rasa keseimbangan seseorang. Secara khusus, tes menilai fungsi kolom dorsal sumsum tulang belakang (kolom dorsal bertanggung jawab untuk proprioception) . 

Jalur kolom dorsal adalah salah satu saluran menaik yaitu jalur saraf di mana informasi sensorik dari saraf perifer ditransmisikan ke korteks serebral. Di sumsum tulang belakang , jalur ini berjalan di kolom dorsal, dan di batang otak , yang ditransmisikan melalui lemniscus medial sehingga disebut sebagai jalur lemniscus kolom-medial dorsal.

Proprioception (rasa posisi tubuh dalam ruang) adalah rasa neuromuskular tubuh yang penting. Dan itu termasuk dalam "indra keenam" kita, lebih dikenal sebagai somatosensasi

Tes keseimbangan: 

Tes keseimbangan fisik dapat membantu mendeteksi risiko jatuh atau gangguan keseimbangan yang mungkin terkait dengan masalah neurologis atau gangguan pada sistem vestibular.

Manfaat Tes Romberg: 

πŸ‘‹ Pada tes ini, seseorang diminta untuk berdiri tegak dengan kaki rapat dan mata tertutup selama beberapa detik. Jika seseorang mengalami kesulitan menjaga keseimbangan atau terguncang saat mata tertutup, ini dapat menjadi indikasi masalah keseimbangan.

πŸ‘‹ Tes Romberg adalah alat yang tepat untuk mendiagnosis ataksia sensorik  ( gangguan gaya berjalan yang disebabkan oleh propriosepsi abnormal yang melibatkan informasi tentang lokasi sendi). 

Contoh kondisi meliputi: 

  • Degenerasi gabungan subakut sumsum tulang belakang ( kekurangan vitamin B12 ); 
  • Sindrom tali posterior (infark arteri tulang belakang posterior); 
  • Hemiseksi sumsum tulang belakang ( sindrom Brown Sequard ) .

πŸ‘‹ Alat ini juga terbukti sensitif dan akurat untuk mengukur tingkat ketidakseimbangan yang disebabkan oleh vertigo sentral , vertigo perifer, dan trauma kepala. Telah digunakan di klinik selama 150 tahun.

 Cara melakukan Tes Romberg Asli 

Tes dilakukan sebagai berikut:

πŸ‘‰ Pasien diminta untuk melepas sepatunya dan berdiri dengan kedua kaki dirapatkan. Lengan dipegang di samping badan atau disilangkan di depan badan.

πŸ‘‰ Dokter meminta pasien untuk berdiri diam dengan mata terbuka, dan kemudian dengan mata tertutup. Pasien berusaha menjaga keseimbangannya. Untuk keamanan, pengamat harus berdiri dekat dengan pasien untuk mencegah potensi cedera jika pasien jatuh. Saat pasien menutup matanya, dia tidak boleh mengarahkan dirinya sendiri dengan cahaya, indera atau suara, karena hal ini dapat mempengaruhi hasil tes dan menyebabkan hasil positif palsu.

πŸ‘‰ Tes Romberg dinilai dengan menghitung detik pasien mampu berdiri dengan mata tertutup.

  • Tes Romberg positif ketika pasien tidak dapat menjaga keseimbangan dengan mata tertutup. Kehilangan keseimbangan dapat didefinisikan sebagai peningkatan goyangan tubuh, menempatkan satu kaki ke arah jatuh, atau bahkan terjatuh.

 πŸ“Ί  Perhatikan dan tonton  klik  video Tes Romberg

Tes Sharpened atau Tandem Romberg adalah variasi dari tes aslinya. Implementasinya sebagian besar sama.

Ilustrasi Tes Romberg Sharpened
( Sumber: canva.com)
πŸ‘‰ Untuk tes kedua ini, pasien harus meletakkan kakinya pada posisi tumit ke ujung kaki, dengan satu kaki tepat di depan kaki lainnya ( perhatikan ilustrasi tes romberg sharpened).

πŸ‘‰ Seperti tes Romberg asli, penilaian dilakukan pertama kali dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata tertutup.

πŸ‘‰ Pasien menyilangkan tangan di depan dada, dan telapak tangan yang terbuka terletak di bahu yang berlawanan. Pasien juga mendistribusikan berat badannya pada kedua kakinya dan menahan dagunya sejajar dengan lantai

πŸ“Ί Perhatikan dan lihat,  klik Tes Sharpened atau Tandem Romberg

Keandalan dan Validitas.

Tidak ada konsensus dalam Keandalan (Intra dan antar) dan validitas untuk Romberg dalam literatur karena tes ini lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif (Tujuan). Namun, tes ini dapat digunakan sebagai alat klinis cepat untuk menyaring. Pengenalan berbagai instrumen dalam arena penilaian keseimbangan dan penggunaan force platform telah memberikan pengukuran yang lebih objektif dan akurat. 

Hasil Tes Romberg.

Jika pasien bergoyang atau terjatuh selama prosedur, hal ini menandakan tes romberg memiliki hasil positif. 

Tes Romberg yang positif mungkin menunjukkan adanya masalah dengan:

  • Sistem sensorik
  • Sistem vestibular
  • Sistem proprioseptif

          Ketiga sistem tersebut membantu pasien tetap seimbang saat berdiri tegak. Namun jika ada masalah dengan salah satu sistem, pasien mungkin tidak dapat menjaga keseimbangan.

Mencegah masalah keseimbangan pada lansia melibatkan langkah-langkah untuk menjaga kekuatan fisik, koordinasi, dan stabilitas mereka. 

Beberapa kiat untuk mencegah masalah keseimbangan pada lansia:

πŸ„ Aktivitas fisik teratur: 

Latihan fisik yang teratur, seperti jalan santai, berenang, atau senam ringan, dapat membantu memperkuat otot, memperbaiki koordinasi, dan mempertahankan fleksibilitas tubuh. Konsultasikan dengan dokter atau ahli kebugaran terlebih dahulu sebelum memulai program latihan.

πŸ„ Latihan keseimbangan:

Latihan khusus yang menargetkan keseimbangan, seperti latihan berdiri di atas satu kaki, berjalan pada garis lurus, atau latihan keseimbangan pada bola khusus, dapat membantu melatih dan memperkuat kemampuan keseimbangan.

Lansia latihan keseimbangan dengan berdiri satu kaki
(Sumber: Canva.com)

πŸ„ Perbaiki kondisi visual dan pendengaran: 

Memastikan penglihatan dan pendengaran yang optimal sangat penting dalam menjaga keseimbangan. Rutin menjalani pemeriksaan mata dan pendengaran, serta memakai kacamata atau alat bantu pendengaran yang sesuai jika diperlukan.

πŸ„ Hindari obat-obatan yang dapat mempengaruhi keseimbangan:

Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping yang mempengaruhi keseimbangan. Konsultasikan dengan dokter atau apoteker mengenai efek samping obat yang mungkin terjadi, terutama pada lansia, dan cari alternatif jika diperlukan.

πŸ„ Atur lingkungan rumah yang aman: 

Mengurangi risiko jatuh dengan memastikan lingkungan rumah aman dan bebas hambatan. Pasang pegangan di kamar mandi, gunakan karpet anti selip, dan pastikan pencahayaan yang memadai di seluruh rumah.

πŸ„ Gunakan alat bantu jika diperlukan:

Bantuan seperti tongkat, kursi roda, atau penyangga dapat membantu lansia menjaga keseimbangan dan mengurangi risiko jatuh.

πŸ„ Konsumsi makanan sehat: 

Gizi yang seimbang dan diet yang sehat dapat mendukung kekuatan otot dan kesehatan tulang. Pastikan asupan kalsium, vitamin D, dan protein yang cukup untuk menjaga kesehatan tulang.

πŸ„ Minum cukup air: 

Kehilangan cairan dapat mempengaruhi keseimbangan dan kekuatan tubuh. Pastikan untuk minum cukup air setiap hari untuk menjaga hidrasi yang baik.

Tetap waspada dan perhatikan gejala yang mencurigakan:

Jika ada perubahan atau gejala yang mencurigakan terkait keseimbangan, seperti pusing yang berulang atau ketidakstabilan, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

            Selalu penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis yang berpengalaman untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi kesehatan individu dan kebutuhan lansia.





Sumber:

https://www.physio-pedia.com/Romberg_Test

https://www.verywellhealth.com/proprioception-in-multiple-sclerosis-2440810

https://my.clevelandclinic.org/health/diagnostics/22901-romberg-test

https://en.wikipedia.org/wiki/Romberg%27s_test



Wednesday, 12 July 2023

Lansia Gumoh, Ternyata Bukan Bayi Saja, Hati-hati

             Meskipun normal, cukup banyak orang tua yang khawatir dengan bayinya karena  sulit membedakan gumoh  dengan muntah

Gumoh terjadi saat bayi minum susu terlalu banyak, susu mengalir keluar dengan sendirinya karena ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil  dan katup lambung yang belum kuat.

Muntah pada bayi tampak mengalami usaha untuk mengeluarkan susu. Bayi yang muntah tampak mengedan, tidak nyaman atau rewel. Sebagian besar muntah bayi merupakan hal yang abnormal.

           Gumoh  adalah kondisi di mana makanan atau cairan yang sudah dikonsumsi kembali naik ke kerongkongan atau mulut tanpa disertai dengan usaha muntah. Gumoh umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak kecil, tetapi dalam beberapa kasus, juga dapat terjadi pada orang dewasa. 

Ilustrasi gumoh pada lansia
(Sumber: canva.com)

Dalam istilah medis, gumoh pada lansia sering disebut sebagai "regurgitasi" atau "refluks gastroesofagus. 

Regurgitasi adalah istilah yang menggambarkan keluarnya makanan atau cairan dari lambung ke kerongkongan atau mulut tanpa disertai dengan usaha muntah. 

Refluks gastroesofagus mengacu pada kondisi di mana isi lambung naik kembali ke kerongkongan secara berulang.

Lansia juga dapat mengalami gumoh. Meskipun gumoh lebih umum terjadi pada bayi dan anak-anak, namun beberapa faktor yang sama juga dapat menyebabkan gumoh pada lansia. 

Beberapa penyebab gumoh pada lansia meliputi:

πŸ“Œ Refluks gastroesofagus: 

Lansia juga dapat mengalami refluks gastroesofagus, di mana isi lambung naik kembali ke kerongkongan. Penyebabnya bisa bervariasi, termasuk adanya penurunan fungsi sfingter esofagus bagian bawah atau peningkatan tekanan di dalam perut.

πŸ“Œ Penyempitan atau obstruksi saluran pencernaan:

Lansia mungkin mengalami kelainan pada saluran pencernaan, seperti penyempitan atau obstruksi pada kerongkongan atau lambung, yang dapat menyebabkan gumoh.

πŸ“Œ Gastroparesis: 

Ini adalah kondisi di mana gerakan otot lambung menjadi lambat, yang dapat menyebabkan makanan tinggal lebih lama di dalam lambung. Ini bisa menyebabkan gumoh pada lansia.

πŸ“Œ Obat-obatan: 

Beberapa obat yang umum digunakan oleh lansia, seperti obat anti inflamasi non steroid  atau obat untuk tekanan darah tinggi, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan menyebabkan gumoh.

πŸ“Œ Gangguan pencernaan lainnya:

Lansia juga dapat menderita gangguan pencernaan seperti gastroparesis diabetes, hernia hiatus, atau gangguan motilitas esofagus, yang semuanya dapat menyebabkan gumoh.

Kegembiraan lansia bila sembuh dari penyakit
( Sumber: foto LPC-lansia)

             πŸ’¬ Jika seorang lansia mengalami gumoh yang persisten atau memburuk, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan penyebab gumoh dan meresepkan pengobatan yang sesuai.

Ada beberapa penyakit atau kondisi pada lansia yang dapat menyebabkan gumoh. Beberapa di antaranya, meliputi:

πŸ’€Refluks gastroesofagus (GERD):

Ini adalah penyakit di mana asam lambung naik kembali ke kerongkongan secara teratur. GERD dapat menyebabkan gejala seperti gumoh, sensasi terbakar di dada (heartburn), dan rasa asam di mulut. Lansia lebih rentan terhadap GERD karena penurunan elastisitas otot dan penurunan fungsi sfingter esofagus bagian bawah. 

Dalam kasus GERD, bagian sfingter esofagus mengalami gangguan atau melemah, sehingga membuat proses relaksasi menjadi terlalu kendur. Ini dapat menyebabkan naiknya makanan yang ditampung beserta cairan asam lambung ke esofagus, kondisi ini disebut dengan “refluks”.

πŸ’€ Gastroparesis:

Ini adalah gangguan fungsional yang memengaruhi saraf dan otot perut. Hal itu membuat kontraksi otot perut lebih lemah dan lebih lambat dari yang seharusnya untuk mencerna makanan dan menyebarkannya ke usus. Di mana otot-otot lambung tidak berkontraksi dengan normal, menyebabkan makanan tetap lebih lama di dalam lambung. Gastroparesis pada lansia dapat menyebabkan gumoh dan rasa kembung. 

πŸ’€ Penyakit saluran empedu: 

Lansia juga berisiko mengalami penyakit saluran empedu seperti batu empedu atau inflamasi kandung empedu. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan aliran empedu dan pencernaan lemak yang tidak adekuat, yang dapat menghasilkan gumoh.

πŸ’€ Prolaps mitral: 

Pada beberapa kasus, prolaps mitral (kondisi di mana katup jantung mengalami kebocoran atau penonjolan ke atrium) dapat menyebabkan gejala seperti gumoh dan nyeri dada pada lansia.

πŸ’€ Obstruksi saluran pencernaan: 

Adanya penyempitan, tumor, atau penyumbatan pada saluran pencernaan seperti kerongkongan, lambung, atau usus dapat menyebabkan gumoh pada lansia.

πŸ’€ Efek samping obat: 

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk kondisi medis yang berbeda. Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi saluran pencernaan atau peningkatan produksi asam lambung, yang dapat menyebabkan gumoh.

Lansia butuh perawatan intensif agar tetap sehat
( Sumber: foto LPC-lansia)

              πŸ’¬ Terkait dengan gumoh pada lansia, sangat penting bagi mereka untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes tambahan jika diperlukan, untuk menentukan penyebab gumoh dan merencanakan pengobatan yang sesuai.

Penanganan gumoh pada lansia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi dan mengurangi gumoh pada lansia:

🍩 Modifikasi pola makan: 

Lansia dengan gumoh disarankan untuk menghindari makanan atau minuman yang dapat memicu refluks asam, seperti makanan berlemak, makanan pedas, makanan tinggi asam, kafein, alkohol, dan cokelat. Makan dalam porsi kecil, tetapi lebih sering, juga dapat membantu mengurangi beban pada lambung.

🍩 Menghindari makan sebelum tidur: 

Lansia sebaiknya tidak makan atau minum dalam waktu 2-3 jam sebelum tidur. Memberi waktu bagi makanan untuk dicerna sebelum berbaring dapat membantu mencegah refluks.

🍩 Mengatur posisi tidur: 

Mengangkat kepala tempat tidur atau menggunakan bantal tambahan dapat membantu mencegah asam lambung naik ke kerongkongan saat tidur. Menghindari tidur dalam posisi datar dapat membantu mengurangi gumoh.

🍩 Menjaga berat badan yang sehat: 

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko refluks asam. Lansia harus mempertahankan berat badan yang sehat dengan mengadopsi pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang sesuai.

🍩 Hindari pakaian ketat:

Memakai pakaian yang terlalu ketat di sekitar perut dan dada dapat meningkatkan tekanan pada perut dan memicu refluks. Lansia sebaiknya memilih pakaian yang longgar dan nyaman.

🍩 Menghindari merokok:

Merokok dapat merusak katup antara lambung dan kerongkongan, serta meningkatkan risiko refluks asam. Berhenti merokok atau menghindari paparan asap rokok dapat membantu mengurangi gumoh.

🍩 Konsultasi dengan dokter:

Jika langkah-langkah di atas tidak memberikan perbaikan, atau jika gumoh berkepanjangan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan evaluasi menyeluruh, memberikan pengobatan yang sesuai, atau merujuk lansia ke spesialis yang lebih terlatih dalam masalah pencernaan jika diperlukan.

               πŸ’¬ Penting untuk dicatat bahwa langkah-langkah di atas hanya bersifat umum dan mungkin tidak cocok untuk setiap individu. Setiap lansia dengan gumoh harus mendapatkan nasihat dan panduan dari dokter mereka berdasarkan situasi dan kondisi kesehatan masing-masing.





Sumber:

https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/

https://www.gleneagles.com.sg/id/conditions-diseases/gastro-oesophageal-reflux-disease/symptoms-causes

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gastroparesis/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15522-gastroparesis

https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/gastroparesis/symptoms-causes

Monday, 10 July 2023

Kedutan Mata, Suatu Pertanda Atau Penyakit

         Mitos yang beredar di Indonesia, mata kedutan sebelah kiri sering dianggap sebagai pertanda baik. Apabila kamu mengalami kedutan di sudut mata sebelah kiri, itu artinya kamu akan bertemu dengan saudara jauh yang telah lama berpisah.

Di balik mitos yang beredar di atas, ada penjelasan ilmiah mengenai mata kedutan. Meskipun sensasi kedutan yang kadang muncul di dalam atau di sekitar kelopak mata dapat menyebabkan iritasi, kebanyakan mata kedutan bukan merupakan kondisi yang serius.

Mata kedutan biasanya tidak berbahaya, karena sering dipicu oleh berbagai kegiatan sehari-hari, seperti kelelahan, kurang tidur, merokok, mengonsumsi kafein atau alkohol.

Kedutan (Myokymia) kelopak mata digambarkan sebagai kontraksi terus menerus dan halus yang mempengaruhi kelopak mata  terutama bagian bawah, bentuk ini adalah kasus ringan kedutan mata yang sebagian besar pasien tidak memerlukan pengobatan.

Kedutan mata adalah kejang otot mata atau kelopak mata atau gerakan yang tidak dapat Anda kendalikan. Itu cenderung terjadi lebih banyak di kelopak mata atas Anda. Tutupnya bergerak setiap beberapa detik, biasanya hanya satu atau dua menit.

Kedutan pada kelopak mata pada lansia bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Di bawah ini adalah beberapa kemungkinan penyebabnya:

πŸ‘‰ Kelelahan dan stres: 

Kelopak mata yang kedutan bisa menjadi tanda kelelahan dan stres yang berlebihan. Pada lansia, tingkat stres yang tinggi atau kelelahan fisik yang berkepanjangan dapat menyebabkan otot-otot di sekitar kelopak mata berkontraksi tidak terkendali.

πŸ‘‰ Kurang tidur:

Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat menjadi penyebab kedutan pada kelopak mata. Hal ini sering terjadi pada lansia yang mungkin mengalami perubahan pola tidur atau memiliki masalah tidur seperti insomnia. Kelopak mata berkedut sering terjadi pada orang yang terlalu lelah. Bersiaplah untuk tidur sebentar dan tidur nyenyak.

Lansia sehat memiliki tidur berkualitas jauh dari kedutan mata
( Sumber: foto paguyuban pensiun 209)

πŸ‘‰ Mata kering:

Produksi air mata yang berkurang atau kualitas air mata yang buruk dapat menyebabkan mata menjadi kering. Kondisi ini dapat mempengaruhi otot-otot di sekitar mata dan menyebabkan kelopak mata kedutan. Dalam beberapa kasus, iritasi atau mata kering dapat menyebabkan kejang kelopak mata.

πŸ‘‰ Efek samping obat: 

Beberapa obat yang digunakan oleh lansia dapat memiliki efek samping seperti kelopak mata yang kedutan. Misalnya, obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kondisi seperti tekanan darah tinggi atau gangguan saraf tertentu dapat menyebabkan efek samping tersebut.


Lansia sehat berkumpul untuk mengelola stres dan ketegangan
( Sumber: foto pens 49 ceria)

πŸ‘‰ Gangguan saraf: 

Beberapa gangguan saraf tertentu, seperti blefarospasme atau hemifacial spasm, dapat menyebabkan kedutan pada kelopak mata. Gangguan ini melibatkan kontraksi tidak terkendali dari otot-otot di sekitar mata dan wajah.

           πŸ’¬  Bila kelopak mata kedutan pada lansia Anda berlangsung dalam jangka waktu yang lama atau disertai dengan gejala lain yang mengganggu, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan memberikan penanganan yang sesuai sesuai dengan kondisi yang mendasarinya.

Lansia sehat mampu bersantai dan mengurangi ketegangan
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Beberapa contoh penyakit dengan sindrom kedutan mata:

πŸ’₯ Blefarospasme: 

Blefarospasme adalah gangguan saraf yang ditandai oleh kontraksi berulang dan tidak terkendali dari otot-otot kelopak mata. Kedutan pada kelopak mata merupakan gejala utama dari kondisi ini. Blefarospasme dapat menyebabkan kelopak mata yang berkedut secara berulang dan berkelanjutan, terkadang menyebabkan kesulitan dalam membuka mata.

Ilustrasi kedutan kelopak mata
( Sumber: canva.com)

πŸ’₯ Hemifacial spasm:

Hemifacial spasm adalah kondisi di mana otot-otot di setengah wajah mengalami kontraksi tidak terkendali. Kondisi ini dapat mempengaruhi otot-otot kelopak mata, menyebabkan kedutan yang berulang pada kelopak mata.

πŸ’₯ Dystonia fokal:

Dystonia fokal adalah gangguan neurologis di mana terjadi kontraksi otot-otot secara tidak terkendali pada bagian tubuh tertentu. Dalam beberapa kasus, dystonia fokal dapat mempengaruhi otot-otot kelopak mata, menyebabkan kedutan yang berulang pada kelopak mata.

πŸ’₯ Sindrom Tourette: 

Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang ditandai oleh tics motorik dan vokal yang tidak terkendali. Salah satu tics motorik yang umum adalah kedutan pada kelopak mata.

πŸ’₯ Efek samping obat:

Beberapa obat, terutama obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf, dapat menyebabkan efek samping berupa kedutan pada kelopak mata.

                   Ada beberapa makanan yang diketahui baik untuk mencegah kedutan mata pada lansia. Beberapa nutrisi dan zat-zat tertentu dalam makanan ini dapat membantu menjaga kesehatan mata dan mencegah atau mengurangi kedutan pada mata. 

Beberapa contoh makanan yang baik untuk mencegah kedutan mata pada lansia:

🐬Ikan berlemak: 

Ikan seperti salmon, tuna, sarden, dan makarel mengandung omega-3 asam lemak yang penting untuk kesehatan mata. Asam lemak omega-3 dapat membantu menjaga kelembaban mata dan mengurangi risiko pengeringan mata yang dapat menyebabkan kedutan.

🐬 Sayuran hijau tua: 

Sayuran seperti bayam, kangkung, brokoli, dan kale mengandung lutein dan zeaxanthin, kedua zat ini membantu melindungi mata dari kerusakan akibat sinar matahari dan kerusakan oksidatif. Konsumsi sayuran hijau tua secara teratur dapat membantu mencegah kedutan pada mata.

🐬 Buah-buahan beri: 

Buah-buahan seperti blueberry, blackberry, dan raspberry mengandung antioksidan yang tinggi, termasuk vitamin C dan vitamin E. Antioksidan ini membantu melindungi mata dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan dan penuaan pada mata.

🐬 Telur: 

Telur mengandung nutrisi penting seperti lutein, zeaxanthin, vitamin E, dan zinc, yang semuanya baik untuk kesehatan mata. Konsumsi telur dalam jumlah moderat dapat memberikan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh mata.

🐬 Kacang-kacangan: 

Kacang-kacangan seperti almond, kenari, dan kacang Brazil mengandung vitamin E, omega-3 asam lemak, dan mineral seperti selenium yang baik untuk kesehatan mata. Makanan ini dapat membantu mencegah kerusakan pada jaringan mata dan menjaga elastisitas kulit di sekitar mata.

🐬 Wortel: 

Wortel mengandung beta-karoten, yang dapat diubah menjadi vitamin A oleh tubuh. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan membantu menjaga kekuatan dan kecerahan penglihatan. Selain wortel, makanan lain yang kaya akan beta-karoten termasuk labu, ubi jalar, dan paprika merah.

          Selain makanan-makanan tersebut, penting juga untuk menjaga asupan cairan yang cukup dan mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan antioksidan.

Untuk mencegah atau mengurangi kedutan pada mata, Anda dapat mencoba langkah-langkah berikut:

😏 Istirahat yang cukup: 

Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup setiap malam. Kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan dan meningkatkan risiko kedutan pada mata. Cobalah untuk tidur selama 7-8 jam setiap malam.

😏 Kelola stres: 

Stres yang berlebihan dapat memicu kedutan pada mata. Temukan cara untuk mengelola stres seperti meditasi, relaksasi, yoga, atau aktivitas lain yang membantu Anda bersantai dan mengurangi ketegangan.

😏 Redakan mata kering:

Mata kering dapat menyebabkan ketegangan pada otot-otot kelopak mata dan memicu kedutan. Gunakan tetes mata buatan atau lubrikan mata secara teratur jika Anda mengalami mata kering. Hindari paparan terlalu lama pada lingkungan yang berangin atau berdebu yang dapat menyebabkan mata lebih kering.

😏 Kurangi konsumsi kafein dan alkohol:

Kafein dan alkohol dapat mempengaruhi kualitas tidur dan menyebabkan kelelahan yang berkontribusi pada kedutan mata. Batasi konsumsi minuman berkafein dan alkohol, terutama menjelang tidur. Kafein adalah stimulan dan mengonsumsinya terlalu banyak dapat menyebabkan kejang kelopak mata. Membatasi asupan kopi, teh, atau soda dapat membantu mengurangi kedutan kelopak mata.

😏 Lakukan latihan relaksasi mata:

Latihan relaksasi mata seperti memejamkan mata selama beberapa menit, melihat ke jauh setelah bekerja dengan layar komputer atau gadget, atau mengompres mata dengan kompres hangat dapat membantu mengurangi ketegangan pada otot-otot kelopak mata.

😏 Hindari paparan sinar matahari langsung: 

Terlalu banyak paparan sinar matahari dapat membuat Anda mengedipkan mata secara berlebihan, yang dapat memicu kedutan pada kelopak mata. Gunakan kacamata hitam yang melindungi dari sinar UV saat berada di luar ruangan.

😏 Jaga pola hidup sehat:

Pola hidup sehat secara umum dapat mendukung kesehatan mata. Pastikan Anda mengonsumsi makanan yang seimbang dan bergizi, termasuk makanan yang kaya akan vitamin A dan omega-3 seperti wortel, ikan, dan kacang-kacangan. Juga, jangan lupa untuk minum cukup air setiap hari.

                   πŸ’¬ Jika kedutan mata terus berlanjut atau mengganggu aktivitas sehari-hari, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan evaluasi lebih lanjut dan memberikan saran serta penanganan yang sesuai berdasarkan penyebab yang mendasarinya.




Sumber:

https://www.webmd.com/eye-health/why-your-eyes-twitch

https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/how-to-stop-eye-twitching

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560595/

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/eye-twitching