Delusi adalah keyakinan yang kuat dan tidak akurat tentang suatu hal atau situasi, bahkan ketika ada bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa keyakinan tersebut salah. Delusi umumnya tidak dapat diubah oleh argumen logis atau bukti yang disajikan. Keyakinan ini bisa sangat tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi dalam kenyataan.
Khayalan aneh, meskipun sesuatu yang tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata, seperti kloning oleh makhluk angkasa luar. Seseorang yang memiliki pemikiran seperti itu mungkin dianggap delusi dengan delusi tipe aneh.
Bahasa medis untuk gangguan delusi pada lansia adalah Late-Life Delusional Disorder atau Delusional Disorder, Late-Onset. Ini merujuk pada kondisi di mana lansia mengalami delusi yang merupakan keyakinan yang salah dan tidak dapat diubah tentang suatu hal atau situasi, yang bertahan untuk jangka waktu yang signifikan.
Lansia sedang berkostum era kemerdekaan dengan khayalannya ini bukan delusi, mereka merayakan kemerdekaan RI ke- 78 (Sumber: foto pens 49 ceria) |
- Perasaan dieksploitasi.
- Preokupasi (isi pikiran yang tertuju pada sebuah ide, biasanya berkaitan dengan emosi yang sangat kuat) dengan kesetiaan atau kepercayaan teman.
- Kecenderungan untuk membaca makna yang mengancam menjadi ucapan atau peristiwa yang tidak berbahaya.
- Terus-menerus menyimpan dendam.
- Kesiapan untuk menanggapi dan bereaksi terhadap penghinaan yang dirasakan.
Gejala delusi pada lansia dapat bervariasi tergantung pada jenis delusi yang dialami. Berikut beberapa contoh gejala delusi yang mungkin muncul pada lansia:
👹 Delusi Paranoid:
Lansia dengan delusi paranoid mungkin merasa bahwa orang lain sedang merencanakan sesuatu yang buruk terhadap mereka, seperti mengintai atau merugikan mereka. Mereka bisa merasa dikhianati atau diawasi.
👹 Delusi Kehormatan atau Keagungan (megalomania):
Lansia mungkin memiliki keyakinan yang tidak realistis tentang kemampuan atau kebesaran mereka. Mereka bisa merasa memiliki kekuatan istimewa, hubungan dengan tokoh terkenal, atau memiliki peran penting dalam peristiwa dunia.
Lansia mungkin memiliki keyakinan yang tidak realistis tentang kemampuan (Sumber: foto canva.com) |
👹 Delusi Jejak:
Ini melibatkan keyakinan bahwa orang-orang atau tanda-tanda tertentu memberikan pesan rahasia atau kode kepada individu yang mengalami delusi. Mereka mungkin merasa bahwa acara atau kata-kata tertentu memiliki makna khusus yang hanya mereka yang memahami.
👹 Delusi Somatik:
Lansia dengan delusi somatik mungkin yakin bahwa mereka memiliki masalah kesehatan serius, meskipun bukti medis menyatakan sebaliknya. Mereka mungkin merasa sakit atau merasa ada masalah dalam tubuh mereka yang sebenarnya tidak ada.
👹 Delusi Bersalah atau Delusi Kejahatan:
Ini melibatkan keyakinan yang tidak benar bahwa individu telah melakukan tindakan kejahatan atau dosa yang berat. Mereka mungkin merasa sangat bersalah atau takut mendapat hukuman karena tindakan yang mereka klaim lakukan.
👹 Delusi Percintaan (erotomania):
Lansia bisa memiliki keyakinan yang tidak realistis tentang hubungan romantis dengan seseorang yang tidak mungkin atau tidak realistis. Mereka mungkin merasa yakin bahwa seseorang yang jauh lebih muda atau tidak tertarik pada mereka, memiliki perasaan romantis terhadap mereka.
👹 Delusi Pencemburu :
Khayalan bahwa pasangannya, seseorang yang tidak setia padahal itu tidak benar. Pasien dapat mengikuti pasangan, memeriksa pesan teks, email, panggilan telepon, dll. Dalam upaya untuk menemukan "bukti" perselingkuhan.
👹 Delusi Referensial:
Ini melibatkan keyakinan bahwa peristiwa atau objek yang sebenarnya tidak berhubungan dengan individu, memiliki makna pribadi khusus untuk mereka. Mereka mungkin merasa bahwa tanda-tanda atau peristiwa tertentu ditujukan kepada mereka secara khusus.
👹 Delusi Kontrol:
Lansia dengan delusi kontrol mungkin merasa bahwa pikiran atau tindakan mereka dikendalikan oleh kekuatan eksternal atau pikiran dari orang lain.
💬 Penting untuk diingat bahwa gejala delusi pada lansia bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup mereka.
Penyebab penyakit delusi pada lansia tidak selalu dapat diidentifikasi dengan pasti, tetapi ada beberapa faktor yang bisa memainkan peran dalam perkembangan delusi pada populasi lansia.
Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya penyakit delusi pada lansia meliputi:
👺 Perubahan Neuropatologis:
Perubahan dalam struktur dan fungsi otak yang terkait dengan penuaan dan penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan penyakit Alzheimer dapat berkontribusi pada munculnya gejala delusi pada lansia.
👺 Gangguan Neurologis:
Beberapa gangguan neurologis yang lebih umum pada usia lanjut, seperti penyakit Parkinson atau penyakit vaskular otak, dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otak dan berkontribusi pada gejala delusi.
👺 Gangguan Kesehatan Mental Sebelumnya:
Riwayat gangguan mental sebelumnya atau kecenderungan genetik terhadap gangguan mental dapat meningkatkan risiko munculnya delusi pada lansia.
Lansia memiliki riwayat gamgguan mental sebelumnya (Sumber: foto canva.com) |
👺 Perubahan Fisiologis:
Perubahan hormonal dan neurokimia yang terjadi seiring penuaan dapat mempengaruhi keseimbangan kimia otak dan berkontribusi pada terjadinya gejala delusi.
👺 Isolasi Sosial:
Lansia yang merasa terisolasi sosial atau memiliki sedikit interaksi dengan orang lain dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan delusi.
👺 Kehilangan Pasangan atau Kerabat Dekat:
Kehilangan pasangan hidup atau kerabat dekat dapat memicu perasaan kesepian dan perubahan emosional yang berkontribusi pada gejala delusi.
👺 Gangguan Sensorik:
Gangguan penglihatan atau pendengaran yang sering terjadi pada lansia dapat menyebabkan persepsi yang salah tentang lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.
👺 Stres dan Trauma:
Peristiwa traumatis atau stres yang signifikan dalam hidup dapat berkontribusi pada munculnya delusi pada lansia.
👺 Efek Samping Obat:
Beberapa obat yang digunakan oleh lansia untuk mengatasi masalah kesehatan fisik tertentu dapat memiliki efek samping yang memengaruhi fungsi otak dan berkontribusi pada gejala delusi.
Mencegah terjadinya delusi pada lansia melibatkan perhatian terhadap berbagai faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan kognitif mereka. Meskipun tidak mungkin mencegah sepenuhnya munculnya delusi.
Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko dan mengelola gejala delusi pada lansia:
⚽ Pertahankan Kesehatan Fisik:
Rajinlah menjalani pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan ikuti perawatan medis yang dianjurkan. Kesehatan fisik yang baik dapat berkontribusi pada kesejahteraan mental.
Lansia rajin berolahraga berdampak pada kesejahteraan mental (Sumber: foto canva.com) |
⚽ Aktivitas Mental dan Sosial:
Pertahankan keterlibatan dalam aktivitas yang merangsang pikiran, seperti membaca, menulis, atau bermain permainan teka-teki. Terlibat dalam kegiatan sosial dan rekreasi juga dapat membantu menjaga kognisi dan kesejahteraan mental.
⚽ Latihan Otak:
Lakukan latihan otak seperti teka-teki silang, sudoku, atau permainan lain yang memerlukan pemikiran kognitif.
⚽ Pertahankan Rutinitas:
Menjaga rutinitas sehari-hari yang teratur dapat membantu menjaga stabilitas emosional dan mental.
⚽ Pentingkan Interaksi Sosial:
Jaga hubungan sosial dengan keluarga, teman, dan tetangga. Interaksi sosial yang positif dapat mengurangi risiko isolasi sosial.
⚽ Kelola Stres:
Pelajari teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk mengatasi stres dan kecemasan.
⚽ Hindari Penggunaan Alkohol dan Narkoba:
Hindari penggunaan obat-obatan terlarang atau alkohol yang dapat memengaruhi fungsi kognitif dan emosional.
⚽ Monitor Efek Samping Obat:
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menggunakan obat-obatan tertentu, perhatikan efek samping yang mungkin memengaruhi kognisi atau keadaan mental.
⚽ Pertahankan Keamanan Lingkungan:
Pastikan lingkungan fisik di sekitar lansia aman dan tidak memicu kecemasan atau tidak aman.
⚽ Konsultasi dengan Profesional Kesehatan:
Jika ada perubahan signifikan dalam perilaku, mood, atau fungsi kognitif, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan mental. Penanganan dini dapat membantu mengelola gejala dan mencegah perkembangan lebih lanjut.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengobati delusi pada lansia:
🚑 Konsultasi dengan Profesional Kesehatan:
Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan mental yang berpengalaman. Mereka akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk memahami jenis delusi yang dialami, sejauh mana dampaknya, dan penyebabnya.
🚑 Terapi Kognitif-Perilaku (CBT):
Terapi ini dapat membantu lansia mengidentifikasi pola pikir yang tidak realistis dan mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih sehat dan rasional. Terapis akan bekerja sama dengan pasien untuk mengatasi delusi dan memahami pemikiran mereka.
🚑 Terapi Dukungan Psikososial:
Terapi ini fokus pada memberikan dukungan emosional dan praktis kepada lansia dalam mengatasi gejala delusi. Ahli terapi dapat membantu mereka belajar cara mengelola stres, meningkatkan interaksi sosial, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
🚑 Obat-obatan:
Dalam beberapa kasus, obat-obatan mungkin diresepkan untuk membantu mengurangi gejala delusi. Anti psikotik dapat digunakan dalam situasi tertentu, tetapi penggunaan obat harus diawasi secara ketat oleh dokter, terutama karena lansia mungkin lebih rentan terhadap efek samping.
🚑 Terapi Aktivitas:
Melibatkan lansia dalam kegiatan yang merangsang pikiran dan tubuh juga dapat membantu mengalihkan perhatian dari delusi dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
🚑 Dukungan Keluarga dan Sosial:
Dukungan keluarga, teman, dan kelompok dukungan dapat membantu lansia merasa didukung dan kurang terisolasi.
🚑 Perawatan Fisik:
Memastikan kesehatan fisik yang baik melalui pola makan sehat, olahraga, dan perawatan medis dapat membantu dalam pengobatan delusi.
🚑 Pendidikan dan Informasi:
Memberikan informasi kepada lansia tentang delusi dan kondisi kesehatan mental mereka dapat membantu mereka memahami gejala dan memperoleh dukungan yang diperlukan.
Penting untuk diingat bahwa pengobatan delusi pada lansia harus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Setiap lansia memiliki pengalaman dan tantangan yang berbeda, dan pendekatan yang tepat dan bervariasi. Konsultasikan dengan profesional kesehatan yang berpengalaman untuk mendapatkan penilaian yang akurat dan rekomendasi perawatan yang sesuai.
Sumber:
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9599-delusional-disorder#:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8950304/
https://www.webmd.com/schizophrenia/delusional-disorder
https://en.wikipedia.org/wiki/Delusional_disorder
https://www.health.harvard.edu/a_to_z/delusional-disorder-a-to-z