Thursday, 10 August 2023

Waspada Lansia Berkhayal, Penyakit Mental Delusi

 Delusi adalah keyakinan yang kuat dan tidak akurat tentang suatu hal atau situasi, bahkan ketika ada bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa keyakinan tersebut salah. Delusi umumnya tidak dapat diubah oleh argumen logis atau bukti yang disajikan. Keyakinan ini bisa sangat tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi dalam kenyataan.

Khayalan aneh, meskipun sesuatu yang tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata, seperti kloning oleh makhluk angkasa luar. Seseorang yang memiliki pemikiran seperti itu mungkin dianggap delusi dengan delusi tipe aneh.

Bahasa medis untuk gangguan delusi pada lansia adalah Late-Life Delusional Disorder atau Delusional Disorder, Late-Onset.  Ini merujuk pada kondisi di mana lansia mengalami delusi yang merupakan keyakinan yang salah dan tidak dapat diubah tentang suatu hal atau situasi, yang bertahan untuk jangka waktu yang signifikan.

Lansia sedang berkostum era kemerdekaan dengan khayalannya
ini bukan delusi, mereka merayakan kemerdekaan RI ke- 78
(Sumber: foto pens 49 ceria)
Gejala awal gangguan delusi dapat meliputi:

  • Perasaan dieksploitasi.
  • Preokupasi (isi pikiran yang tertuju pada sebuah ide, biasanya berkaitan dengan emosi yang sangat kuat) dengan kesetiaan atau kepercayaan teman.
  • Kecenderungan untuk membaca makna yang mengancam menjadi ucapan atau peristiwa yang tidak berbahaya.
  • Terus-menerus menyimpan dendam.
  • Kesiapan untuk menanggapi dan bereaksi terhadap penghinaan yang dirasakan.
Lansia berkhayal dikloning oleh makhluk angkasa luar
(Sumber: foto canva.com)

Gejala delusi pada lansia dapat bervariasi tergantung pada jenis delusi yang dialami. Berikut beberapa contoh gejala delusi yang mungkin muncul pada lansia:

👹 Delusi Paranoid: 

Lansia dengan delusi paranoid mungkin merasa bahwa orang lain sedang merencanakan sesuatu yang buruk terhadap mereka, seperti mengintai atau merugikan mereka. Mereka bisa merasa dikhianati atau diawasi.

👹 Delusi Kehormatan atau Keagungan (megalomania): 

Lansia mungkin memiliki keyakinan yang tidak realistis tentang kemampuan atau kebesaran mereka. Mereka bisa merasa memiliki kekuatan istimewa, hubungan dengan tokoh terkenal, atau memiliki peran penting dalam peristiwa dunia.

Lansia mungkin memiliki keyakinan yang tidak realistis
tentang kemampuan (Sumber: foto canva.com)

👹 Delusi Jejak: 

Ini melibatkan keyakinan bahwa orang-orang atau tanda-tanda tertentu memberikan pesan rahasia atau kode kepada individu yang mengalami delusi. Mereka mungkin merasa bahwa acara atau kata-kata tertentu memiliki makna khusus yang hanya mereka yang memahami.

👹 Delusi Somatik: 

Lansia dengan delusi somatik mungkin yakin bahwa mereka memiliki masalah kesehatan serius, meskipun bukti medis menyatakan sebaliknya. Mereka mungkin merasa sakit atau merasa ada masalah dalam tubuh mereka yang sebenarnya tidak ada.

👹 Delusi Bersalah atau Delusi Kejahatan:

Ini melibatkan keyakinan yang tidak benar bahwa individu telah melakukan tindakan kejahatan atau dosa yang berat. Mereka mungkin merasa sangat bersalah atau takut mendapat hukuman karena tindakan yang mereka klaim lakukan.

👹 Delusi Percintaan (erotomania): 

Lansia bisa memiliki keyakinan yang tidak realistis tentang hubungan romantis dengan seseorang yang tidak mungkin atau tidak realistis. Mereka mungkin merasa yakin bahwa seseorang yang jauh lebih muda atau tidak tertarik pada mereka, memiliki perasaan romantis terhadap mereka.

👹 Delusi Pencemburu :

Khayalan bahwa pasangannya,  seseorang  yang tidak setia padahal itu tidak benar. Pasien dapat mengikuti pasangan, memeriksa pesan teks, email, panggilan telepon, dll. Dalam upaya untuk menemukan "bukti" perselingkuhan.

👹 Delusi Referensial:

Ini melibatkan keyakinan bahwa peristiwa atau objek yang sebenarnya tidak berhubungan dengan individu, memiliki makna pribadi khusus untuk mereka. Mereka mungkin merasa bahwa tanda-tanda atau peristiwa tertentu ditujukan kepada mereka secara khusus.

👹 Delusi Kontrol: 

Lansia dengan delusi kontrol mungkin merasa bahwa pikiran atau tindakan mereka dikendalikan oleh kekuatan eksternal atau pikiran dari orang lain.

           💬 Penting untuk diingat bahwa gejala delusi pada lansia bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup mereka.

Penyebab penyakit delusi pada lansia tidak selalu dapat diidentifikasi dengan pasti, tetapi ada beberapa faktor yang bisa memainkan peran dalam perkembangan delusi pada populasi lansia.

Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya penyakit delusi pada lansia meliputi:

👺 Perubahan Neuropatologis:

Perubahan dalam struktur dan fungsi otak yang terkait dengan penuaan dan penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan penyakit Alzheimer dapat berkontribusi pada munculnya gejala delusi pada lansia.

👺 Gangguan Neurologis: 

Beberapa gangguan neurologis yang lebih umum pada usia lanjut, seperti penyakit Parkinson atau penyakit vaskular otak, dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otak dan berkontribusi pada gejala delusi.

👺 Gangguan Kesehatan Mental Sebelumnya: 

Riwayat gangguan mental sebelumnya atau kecenderungan genetik terhadap gangguan mental dapat meningkatkan risiko munculnya delusi pada lansia.

Lansia memiliki riwayat gamgguan mental sebelumnya
(Sumber: foto canva.com)

👺 Perubahan Fisiologis:

Perubahan hormonal dan neurokimia yang terjadi seiring penuaan dapat mempengaruhi keseimbangan kimia otak dan berkontribusi pada terjadinya gejala delusi.

👺 Isolasi Sosial: 

Lansia yang merasa terisolasi sosial atau memiliki sedikit interaksi dengan orang lain dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan delusi.

👺 Kehilangan Pasangan atau Kerabat Dekat:

Kehilangan pasangan hidup atau kerabat dekat dapat memicu perasaan kesepian dan perubahan emosional yang berkontribusi pada gejala delusi.

👺 Gangguan Sensorik: 

Gangguan penglihatan atau pendengaran yang sering terjadi pada lansia dapat menyebabkan persepsi yang salah tentang lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.

👺 Stres dan Trauma: 

Peristiwa traumatis atau stres yang signifikan dalam hidup dapat berkontribusi pada munculnya delusi pada lansia.

👺 Efek Samping Obat: 

Beberapa obat yang digunakan oleh lansia untuk mengatasi masalah kesehatan fisik tertentu dapat memiliki efek samping yang memengaruhi fungsi otak dan berkontribusi pada gejala delusi.

          Mencegah terjadinya delusi pada lansia melibatkan perhatian terhadap berbagai faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan kognitif mereka. Meskipun tidak mungkin mencegah sepenuhnya munculnya delusi.

Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko dan mengelola gejala delusi pada lansia:

⚽ Pertahankan Kesehatan Fisik:

Rajinlah menjalani pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan ikuti perawatan medis yang dianjurkan. Kesehatan fisik yang baik dapat berkontribusi pada kesejahteraan mental.

Lansia rajin berolahraga berdampak pada
 kesejahteraan mental (Sumber: foto canva.com)

⚽ Aktivitas Mental dan Sosial: 

Pertahankan keterlibatan dalam aktivitas yang merangsang pikiran, seperti membaca, menulis, atau bermain permainan teka-teki. Terlibat dalam kegiatan sosial dan rekreasi juga dapat membantu menjaga kognisi dan kesejahteraan mental.

⚽ Latihan Otak: 

Lakukan latihan otak seperti teka-teki silang, sudoku, atau permainan lain yang memerlukan pemikiran kognitif.

⚽ Pertahankan Rutinitas: 

Menjaga rutinitas sehari-hari yang teratur dapat membantu menjaga stabilitas emosional dan mental.

⚽ Pentingkan Interaksi Sosial:

Jaga hubungan sosial dengan keluarga, teman, dan tetangga. Interaksi sosial yang positif dapat mengurangi risiko isolasi sosial.

⚽ Kelola Stres: 

Pelajari teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk mengatasi stres dan kecemasan.

⚽ Hindari Penggunaan Alkohol dan Narkoba:

Hindari penggunaan obat-obatan terlarang atau alkohol yang dapat memengaruhi fungsi kognitif dan emosional.

⚽ Monitor Efek Samping Obat: 

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menggunakan obat-obatan tertentu, perhatikan efek samping yang mungkin memengaruhi kognisi atau keadaan mental.

⚽ Pertahankan Keamanan Lingkungan: 

Pastikan lingkungan fisik di sekitar lansia aman dan tidak memicu kecemasan atau tidak aman.

⚽ Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: 

Jika ada perubahan signifikan dalam perilaku, mood, atau fungsi kognitif, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan mental. Penanganan dini dapat membantu mengelola gejala dan mencegah perkembangan lebih lanjut.

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengobati delusi pada lansia:

🚑 Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: 

Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan mental yang berpengalaman. Mereka akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk memahami jenis delusi yang dialami, sejauh mana dampaknya, dan penyebabnya.

🚑 Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): 

Terapi ini dapat membantu lansia mengidentifikasi pola pikir yang tidak realistis dan mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih sehat dan rasional. Terapis akan bekerja sama dengan pasien untuk mengatasi delusi dan memahami pemikiran mereka.

🚑 Terapi Dukungan Psikososial: 

Terapi ini fokus pada memberikan dukungan emosional dan praktis kepada lansia dalam mengatasi gejala delusi. Ahli terapi dapat membantu mereka belajar cara mengelola stres, meningkatkan interaksi sosial, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

🚑 Obat-obatan: 

Dalam beberapa kasus, obat-obatan mungkin diresepkan untuk membantu mengurangi gejala delusi. Anti psikotik dapat digunakan dalam situasi tertentu, tetapi penggunaan obat harus diawasi secara ketat oleh dokter, terutama karena lansia mungkin lebih rentan terhadap efek samping.

🚑 Terapi Aktivitas: 

Melibatkan lansia dalam kegiatan yang merangsang pikiran dan tubuh juga dapat membantu mengalihkan perhatian dari delusi dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

🚑 Dukungan Keluarga dan Sosial:

Dukungan keluarga, teman, dan kelompok dukungan dapat membantu lansia merasa didukung dan kurang terisolasi.

🚑 Perawatan Fisik: 

Memastikan kesehatan fisik yang baik melalui pola makan sehat, olahraga, dan perawatan medis dapat membantu dalam pengobatan delusi.

🚑 Pendidikan dan Informasi:

Memberikan informasi kepada lansia tentang delusi dan kondisi kesehatan mental mereka dapat membantu mereka memahami gejala dan memperoleh dukungan yang diperlukan.

               Penting untuk diingat bahwa pengobatan delusi pada lansia harus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Setiap lansia memiliki pengalaman dan tantangan yang berbeda, dan pendekatan yang tepat dan bervariasi. Konsultasikan dengan profesional kesehatan yang berpengalaman untuk mendapatkan penilaian yang akurat dan rekomendasi perawatan yang sesuai.




Sumber:

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9599-delusional-disorder#:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8950304/

https://www.webmd.com/schizophrenia/delusional-disorder

https://en.wikipedia.org/wiki/Delusional_disorder

https://www.health.harvard.edu/a_to_z/delusional-disorder-a-to-z

Tuesday, 8 August 2023

Pegal Badan Pada Lansia, Bikin Pegal Hati

          Lansia kerap kali mengeluhkan pegal hampir di seluruh badannya. Jika sering kali mengeluh tentu kondisi ini bisa mengganggu aktivitas para lansia. Lansia harus aktif setiap hari agar tidak berisiko terkena penyakit kronis lainya. 

Keluarga tidak boleh pegal hati (kesal) mendengar keluhan orang tua, dan harus mencari tahu sebab timbulnya keluhan tersebut. Kenapa sering pegal pada orang lanjut usia?

Lansia harus rajin berolahraga menghilangkan rasa pegal
(Sumber: foto pens 49 ceria)
"Pegal" (atau "rasa pegal") biasanya menggambarkan rasa kelelahan, kekakuan, atau kesemutan pada otot-otot, yang bisa terjadi akibat aktivitas fisik yang berlebihan, posisi tubuh yang tidak tepat, atau kurangnya aktivitas fisik yang memadai. Rasa pegal juga muncul karena berbagai kondisi atau penyakit tertentu.

Ada berbagai hal yang menyebabkan lansia mengalami pegal di bagian tubuhnya. Kondisi ini bisa dikatakan wajar karena faktor usia juga memengaruhi.  

Dalam konteks medis, untuk menggambarkan kondisi "pegal" disebut "myalgia".  Pegal atau myalgia merujuk pada sensasi tidak nyaman atau kekakuan pada otot atau kelompok otot tertentu tanpa adanya cedera fisik yang jelas. Pegal atau myalgia bisa bersifat sementara dan biasanya mereda setelah istirahat.

Lansia sering mengeluh pegal pada seluruh badan
(Sumber: foto canva.com)

"Myalgia" adalah istilah medis yang digunakan secara spesifik untuk merujuk pada kondisi nyeri atau tidak nyaman pada otot atau kelompok otot tertentu. Myalgia merupakan bagian dari kategori rasa pegal, tetapi lebih merupakan istilah yang lebih teknis dan sering digunakan oleh profesional medis.

Rasa pegal di badan adalah sensasi tidak nyaman atau kelelahan pada otot-otot atau tubuh secara umum. 

Pegal bisa disebabkan oleh berbagai hal,  antara lain:

😩 Aktivitas fisik berlebihan: 

Terlalu banyak bergerak atau melakukan aktivitas fisik dapat menyebabkan otot-otot menjadi pegal, terutama jika Anda tidak terbiasa atau tidak memiliki kebugaran yang memadai.

😩 Cedera otot: 

Jika Anda melakukan gerakan yang salah atau berat beban yang berlebihan, otot Anda dapat mengalami cedera mikro atau bahkan cedera lebih serius, yang dapat menyebabkan rasa pegal.

😩 Ketegangan emosional atau stres: 

Stres dan tekanan emosional dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang, yang pada gilirannya dapat menyebabkan rasa pegal di berbagai area tubuh.

Ketegangan emosional dan stres pada lansia menyebabkan rasa pegal
(Sumber: foto canva.com)

😩 Kurang tidur: 

Kurang tidur atau tidur dengan kualitas yang buruk dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang dan menyebabkan rasa pegal.

😩 Penyakit atau kondisi medis: 

Beberapa kondisi medis, seperti flu, demam, atau infeksi, juga dapat menyebabkan tubuh terasa pegal.

😩 Gangguan postur: 

Postur tubuh yang buruk saat duduk atau berdiri dalam waktu lama dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang dan menyebabkan pegal.

            Lansia sering merasa pegal karena ada beberapa perubahan fisik dan fisiologis yang terjadi dalam tubuh saat proses penuaan. 

Beberapa faktor yang dapat menimbulkan rasa pegal pada lansia meliputi:

💪 Penurunan massa otot: 

Seiring bertambahnya usia, massa otot cenderung berkurang (sarkopenia). Penurunan massa otot ini dapat menyebabkan otot menjadi lebih lemah dan mudah lelah, menyebabkan rasa pegal.

💪 Penurunan elastisitas jaringan ikat: 

Jaringan ikat di tubuh cenderung kehilangan elastisitasnya seiring usia, yang dapat menyebabkan ketegangan pada otot dan menyebabkan rasa pegal.

💪 Penurunan kepadatan tulang: 

Osteoporosis adalah kondisi yang umum terjadi pada lansia, di mana kepadatan tulang menurun. Hal ini dapat menyebabkan rasa pegal karena tulang menjadi lebih rentan terhadap cedera dan stres.

💪 Perubahan pada persendian:

Lansia cenderung mengalami perubahan degeneratif pada persendian, seperti arthritis. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri dan pegal pada sendi-sendi tertentu.

💪 Gangguan sirkulasi: 

Proses penuaan dapat mempengaruhi sistem sirkulasi, mengurangi aliran darah ke otot dan jaringan. Kurangnya suplai darah yang cukup dapat menyebabkan pegal dan kram.

💪 Aktivitas fisik yang berkurang: 

Seiring bertambahnya usia, beberapa lansia mungkin menjadi kurang aktif secara fisik, yang dapat menyebabkan otot menjadi lemah dan kaku, serta menyebabkan rasa pegal setelah aktivitas ringan.

Aktivitas fisik yang berkurang, otot menjadi lemah dan
kaku, menyebabkan rasa pegal meskipun aktivitas ringan
(Sumber: foto canva.com)

💪 Kondisi kesehatan yang mendasari: 

Beberapa kondisi kesehatan yang lebih umum pada lansia, seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan neurologis, juga dapat menyebabkan rasa pegal dan kelelahan.

            Untuk mengurangi rasa pegal pada lansia, penting untuk menerapkan pola hidup sehat, termasuk mengikuti program latihan fisik yang sesuai, menjaga pola makan seimbang, tidur yang cukup, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol berlebih.

Beberapa penyakit yang sering menyertai rasa pegal pada lansia, antara lain:

💩 Osteoarthritis: 

Ini adalah jenis arthritis yang paling umum pada lansia. Osteoarthritis menyebabkan peradangan pada sendi dan dapat menyebabkan nyeri, kaku, dan pegal pada persendian yang terkena.

Osteoarthritis menyebabkan pegal pada persendian yang terkena
(Sumber: foto canva.com)

💩  Rheumatoid arthritis: 

Ini adalah bentuk arthritis inflamasi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sendi dan jaringan tubuh lainnya. Rheumatoid arthritis dapat menyebabkan rasa pegal pada persendian dan otot.

💩 Osteoporosis: 

Kondisi ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang, membuat tulang lebih mudah patah atau mengalami stres yang menyebabkan pegal.

💩 Polimialgia rheumatica: 

Merupakan penyakit inflamasi yang menyebabkan nyeri otot dan persendian, terutama di bagian leher, bahu, dan panggul.

💩 Fibromyalgia: 

Suatu kondisi yang menyebabkan nyeri dan kekakuan otot yang luas, serta rasa pegal di berbagai area tubuh.

💩 Gangguan sirkulasi: 

Penyakit arteri perifer, yang menyebabkan aliran darah yang terbatas ke ekstremitas tubuh, dapat menyebabkan pegal pada kaki dan tangan.

💩 Neuropati perifer: 

Merupakan kerusakan saraf perifer yang dapat menyebabkan sensasi pegal, terbakar, dan kesemutan di tangan dan kaki.

💩 Sindrom kaki gery: 

Merupakan kondisi neurologis yang sering terjadi pada lansia dan dapat menyebabkan sensasi pegal, terbakar, dan kesemutan di kaki dan kadang-kadang tangan.

💩 Depresi dan kecemasan:

Masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dapat menyebabkan rasa pegal dan ketegangan otot.

💩 Penyakit jantung: 

Beberapa gangguan jantung pada lansia dapat menyebabkan kelelahan dan rasa pegal.

        Mencegah rasa pegal pada lansia melibatkan berbagai langkah untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan gaya hidup yang sehat. 

Beberapa kiat untuk membantu mencegah rasa pegal pada lansia:

🏉 Rajin berolahraga: 

Program latihan fisik yang teratur dan sesuai dengan kemampuan fisik lansia dapat membantu menjaga kekuatan otot, fleksibilitas, dan keseimbangan tubuh. Jenis olahraga yang direkomendasikan termasuk jalan kaki, senam ringan, yoga, dan peregangan.

🏉 Pertahankan berat badan yang sehat: 

Memiliki berat badan yang sehat dapat mengurangi tekanan pada persendian dan otot, serta mengurangi risiko terjadinya kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan rasa pegal.

🏉 Konsumsi makanan bergizi: 

Diet seimbang yang kaya akan nutrisi seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan protein akan membantu mendukung kesehatan otot dan tulang.

🏉 Minum cukup air: 

Memastikan tubuh terhidrasi dengan cukup minum air adalah penting untuk menjaga kesehatan otot dan persendian.

🏉 Hindari aktivitas fisik berlebihan: 

Lansia perlu memahami batas kemampuan fisik mereka dan menghindari aktivitas fisik yang berlebihan atau berat.

🏉 Pemanasan sebelum beraktivitas:

Sebelum melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan atau berkebun, lansia sebaiknya melakukan pemanasan dengan peregangan ringan untuk mempersiapkan otot dan persendian.

🏉 Perhatikan postur tubuh: 

Pastikan postur tubuh selalu baik saat berdiri, duduk, atau beraktivitas lainnya. Hindari duduk atau berdiri dalam posisi yang membebani otot dan tulang secara berlebihan.

🏉 Tidur yang cukup: 

Pastikan lansia mendapatkan tidur yang cukup setiap malam karena tidur yang baik sangat penting untuk pemulihan otot dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

🏉 Manajemen stres: 

Stres dapat menyebabkan ketegangan otot, sehingga penting bagi lansia untuk mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga.

🏉 Perawatan kesehatan teratur: 

Rutin menjalani pemeriksaan kesehatan dan mengikuti perawatan medis yang direkomendasikan oleh dokter akan membantu mendeteksi dan mengatasi masalah kesehatan sejak dini.

              Pegal pada lansia bisa diobati dengan beberapa langkah dan pendekatan yang dapat membantu meredakan rasa pegal dan meningkatkan kualitas hidup mereka.  

Beberapa cara yang umum digunakan untuk mengobati pegal pada lansia:

💊 Terapi fisik: 

Terapi fisik dapat membantu meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan keseimbangan tubuh. Seorang fisioterapis akan merancang program latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan khusus lansia.

💊 Obat pereda nyeri: 

Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri, seperti analgesik over-the-counter atau obat anti inflamasi non steroid (NSAID), untuk membantu mengurangi rasa pegal.

💊 Terapi panas atau dingin: 

Pemanasan atau pendinginan area yang terasa pegal dapat membantu meredakan ketegangan otot dan nyeri. Terapi panas dengan menggunakan bantalan pemanas atau mandi hangat, serta terapi dingin dengan menggunakan kantong es dapat membantu.

💊 Akupunktur: 

Beberapa orang menemukan bantuan dari rasa pegal melalui terapi akupunktur, yang melibatkan menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh dengan jarum-tipis.

💊 Pijatan: 

Pijatan oleh terapis berlisensi atau pijatan sendiri dengan peralatan pijat tertentu dapat membantu meredakan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi darah.

Pijatan oleh terapis dapat meredakan ketegangan otot
(Sumber: foto canva.com)

💊 Suplemen dan obat herbal:

Beberapa suplemen seperti glukosamin dan kondroitin serta obat herbal seperti minyak ikan dapat membantu mengurangi rasa pegal pada beberapa kasus arthritis.

💊 Kompresi: 

Untuk pegal pada kaki, penggunaan kaus kaki kompresi dapat membantu meningkatkan aliran darah dan mengurangi rasa pegal.

💊 Istirahat yang cukup: 

Lansia perlu memastikan mereka mendapatkan istirahat yang cukup untuk memberi waktu tubuh untuk pemulihan dan perbaikan otot.

💊 Manajemen stres:

Mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga ringan dapat membantu meredakan ketegangan otot dan rasa pegal.

💊 Pemilihan alas tidur yang nyaman:

Pastikan tempat tidur dan bantal lansia mendukung tubuh dengan baik dan memberikan kenyamanan selama tidur.

           Mengonsumsi makanan yang tepat dapat membantu mencegah pegal pada lansia dan menjaga kesehatan otot dan persendian. 

Beberapa makanan yang sebaiknya dimasukkan dalam diet lansia, untuk mencegah rasa pegal:

🍆 Makanan kaya anti inflamasi: 

Konsumsi makanan yang kaya anti inflamasi dapat membantu mengurangi peradangan di tubuh dan mengurangi rasa pegal. Contoh makanan ini termasuk kacang-kacangan, biji-bijian, buah-buahan beri, dan sayuran hijau.

🍆 Ikan berlemak: 

Ikan berlemak seperti salmon, makarel, dan sarden mengandung asam lemak omega-3, yang dapat membantu mengurangi peradangan dan memelihara kesehatan persendian.

🍆 Produk susu rendah lemak:

Produk susu rendah lemak seperti susu rendah lemak, yoghurt, dan keju mengandung kalsium dan vitamin D yang penting untuk kesehatan tulang.

Yogurt  dan produk susu rendah lemak  mengandung
 vitamin D dan kalsium.   (Sumber: foto canva.com)

🍆 Sayuran hijau berdaun: 

Sayuran hijau berdaun seperti bayam, kale, dan brokoli mengandung kalsium dan vitamin K, yang mendukung kesehatan tulang dan mengurangi risiko pegal.

🍆 Buah-buahan dan sayuran berwarna cerah: 

Buah-buahan dan sayuran berwarna cerah mengandung antioksidan, seperti vitamin C, yang membantu melawan radikal bebas yang dapat menyebabkan peradangan.

🍆 Biji-bijian utuh: 

Biji-bijian utuh, seperti gandum utuh, beras merah, dan quinoa, mengandung serat dan nutrisi penting untuk kesehatan umum dan persendian.

🍆 Protein sehat: 

Asupan protein yang cukup penting untuk mempertahankan massa otot. Pilih sumber protein sehat seperti daging tanpa lemak, ayam, kacang-kacangan, dan tahu.

🍆 Minyak zaitun: 

Minyak zaitun mengandung senyawa anti inflamasi dan antioksidan yang dapat membantu meredakan rasa pegal.

🍆 Teh hijau: Teh hijau mengandung katekin, yang merupakan senyawa dengan sifat anti inflamasi dan antioksidan.

🍆 Air putih: 

Pastikan lansia cukup terhidrasi dengan meminum cukup air putih setiap hari untuk menjaga kesehatan otot dan persendian.

            💬 Penting juga untuk menghindari atau membatasi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, gula tambahan, dan makanan olahan yang dapat menyebabkan peradangan dan memperburuk rasa pegal.

           Selain makanan, tentu saja penting untuk menjaga pola makan yang seimbang dan mengikuti gaya hidup sehat secara keseluruhan, termasuk berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, mengelola stres, dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Jika rasa pegal berlanjut berkonsultasi dengan medis dan profesional kesehatan.







Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8034863/

https://www.webmd.com/pain-management/caregiver-pain-relief

https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/mayo-clinic-minute-helping-older-adults-manage-chronic-pain/

https://acpinternist.org/archives/2016/07/osteoarthritis.htm

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/polymyalgia-rheumatica

Monday, 7 August 2023

Krisis Eksistensial Pada Lansia, Ini Penyakit Apa ?

         Krisis eksistensial, menurut definisi, mengacu pada kumpulan perasaan dan pertanyaan yang harus kita lakukan dengan makna dan tujuan hidup kita

Dalam psikologi dan psikoterapi , istilah "krisis eksistensial" mengacu pada suatu bentuk konflik batin. Hal ini ditandai dengan kesan bahwa hidup kurang bermakna dan disertai berbagai pengalaman negatif , seperti stres , kecemasan , keputusasaan, dan depresi .

Perasaan kecemasan eksistensial adalah normal, dan setiap orang mengalaminya sampai taraf tertentu dalam hidup mereka.

Pertanyaan-pertanyaan makna dan tujuan hidup, tidak mudah ditemukan jawabannya, dan ini dapat membuat kita merasa stagnan. Kita merasa tidak yakin bagaimana harus menanggapi atau ke mana harus pergi, dan itu bahkan dapat berdampak negatif pada hidup kita jika perasaan ini terus berlanjut atau memburuk.

Umumnya krisis eksistensial dapat terjadi pada siapa saja, dan tidak ada batasan dalam hal usia atau jenis kelamin. Setiap orang dapat mengalami krisis eksistensial di beberapa titik kejadian.

Krisis eksistensial sering terjadi setelah peristiwa besar dalam hidup, seperti:
  1. Perubahan karier, pekerjaan, dan pensiun.
  2. Kematian orang yang dicintai
  3. Diagnosis penyakit serius atau yang mengancam jiwa
  4. Memasuki kategori usia yang signifikan, seperti 40, 50, atau 65
  5. Mengalami pengalaman tragis atau traumatis
  6. Memiliki anak
  7. Pernikahan atau perceraian
Terjadi setiap kali pada kita, sebagai manusia dihadapkan pada keadaan, perubahan, atau transisi dalam hidup kita yang sulit untuk diadaptasi , atau yang membuat kita bertanya-tanya apakah ini arah yang kita inginkan dalam hidup. Apakah transisi ini diharapkan atau tidak, kita mungkin merasa memiliki keterbatasan yang membuat kita mempertanyakan arah yang diambil hidup kita.
Krisis eksistensial pada lansia bermuara pada pertanyaan mendasar
siapakah saya dan apa tujuan hidup saya? (Sumber: foto pens 49 ceria)
Perubahan kehidupan yang terjadi pada lansia, seperti pensiun, kesehatan yang menurun, atau kehilangan orang yang dicintai mungkin termasuk yang sulit untuk diadaptasi, sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai makna dan tujuan hidup.

Pemikiran ini biasanya bermuara pada dua pertanyaan mendasar: Siapakah saya dan apa tujuan hidup saya? Krisis eksistensial juga dapat berputar di sekitar pertanyaan tentang warisan Anda dan aspek lain dalam hidup Anda, terutama seiring bertambahnya usia.

Lansia yang ragu atau tidak memiliki makna dan tujuan hidup mungkin menunjukkan beberapa ciri, antara lain : 

😳  Perasaan Kehampaan: 
Lansia yang tidak memiliki makna dan tujuan hidup mungkin merasa kehampaan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat merasa tidak ada arah yang jelas atau tujuan yang ingin dicapai.
Tanpa makna dan tujuan hidup lansia merasa hampa
(Sumber: foto canva.com)
😳 Kehilangan Minat pada Aktivitas: 
Jika lansia kehilangan minat pada aktivitas yang mereka nikmati sebelumnya, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka merasa kehilangan makna dalam hidup.

😳 Isolasi Sosial: 
Lansia yang merasa tidak memiliki makna hidup cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan mengalami isolasi. Mereka mungkin merasa sulit untuk terhubung dengan orang lain.

😳 Perasaan Putus Asa:
Rasa putus asa atau keputusasaan bisa muncul jika lansia merasa tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidup.

😳 Kurangnya Keterlibatan dalam Kegiatan: 
Lansia yang tidak memiliki makna hidup mungkin menunjukkan kurangnya keterlibatan dalam kegiatan sehari-hari atau aktivitas yang bermanfaat.

😳 Perubahan dalam Pola Makan atau Tidur: 
Ketidakmampuan untuk menemukan makna hidup bisa menyebabkan perubahan dalam pola makan atau tidur, seperti kehilangan nafsu makan atau tidur yang terganggu.

😳 Perasaan Tidak Berharga: 
Lansia yang merasa tidak memiliki makna hidup mungkin merasa tidak berharga atau merasa bahwa keberadaan mereka tidak memberikan dampak positif pada dunia sekitar.

😳 Kurangnya Rasa Kepuasan dalam Hidup: 
Jika lansia merasa tidak puas dengan kehidupan mereka secara keseluruhan, ini bisa menandakan kurangnya makna dan tujuan hidup.

😳 Kekhawatiran terus-menerus:
Terus dibayangi pikiran dan depresi eksistensial yang tidak dapat  dihilangkan selama kehidupan sehari-hari. Mungkin terasa seolah-olah setiap kali meskipun Anda tidak terganggu oleh sesuatu, pikiran Anda cenderung mempertanyakan hal yang sama dan memiliki pemikiran yang sama.

😳 Merasa tersesat dan lepas kendali:
Ketika kita kehilangan kontak dengan nilai dan tujuan kita, kita sering merasa kehilangan kontak dengan diri kita sendiri, seolah-olah kita berada di ruangan gelap dan tidak dapat menemukan tombol lampu.
 
Beberapa penyakit yang mungkin timbul akibat kurangnya makna dan tujuan hidup, antara lain:

😪 Depresi dan Kecemasan: 
Kurangnya makna hidup dapat menyebabkan perasaan putus asa, sedih, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati, yang dapat berujung pada depresi atau gangguan kecemasan.

😪 Isolasi Sosial: 
Lansia yang merasa tidak memiliki makna hidup cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan mengalami isolasi, yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dan fisik.

😪 Gangguan Tidur: 
Ketidakmampuan untuk menemukan makna hidup bisa menyebabkan gangguan tidur, seperti insomnia atau tidur yang tidak nyenyak.
Lansia tanpa makna dan tujuan hidup memiliki gangguan tidur
(Sumber: foto canva.com)
😪 Kurangnya Motivasi untuk Hidup Sehat: 
Kurangnya makna hidup dapat membuat lansia kurang termotivasi untuk menjaga kesehatan fisik, seperti pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.

😪 Penurunan Fungsi Kognitif: 
Kurangnya stimulus mental dan emosional akibat tidak memiliki makna hidup yang jelas dapat berdampak pada penurunan fungsi kognitif dan memori.

😪 Peningkatan Risiko Penyakit Jantung: 
Stres dan kecemasan akibat kurangnya makna hidup dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan risiko penyakit jantung.

😪 Penurunan Kualitas Hidup: 
Kurangnya makna dan tujuan hidup dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan dan membuat lansia merasa tidak puas dengan kehidupan mereka.

😪 Penyalahgunaan Zat: 
Beberapa lansia mungkin mengatasi perasaan kosong atau kehilangan makna dengan menggunakan obat-obatan atau alkohol, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.

Beberapa aspek yang dapat membantu lansia memahami makna dan tujuan hidup antara lain:

👉 Pentingnya Merenung: 
Lansia dapat merenung tentang pengalaman hidup yang telah dilewati, prestasi, kegagalan, dan hubungan dengan orang lain. Melalui refleksi ini, mereka dapat memperoleh wawasan tentang apa yang telah mereka capai dan apa yang ingin mereka capai selanjutnya. Pendalaman agama untuk mencari makna dan tujuan hidup penting dilakukan agar keyakinan yang sudah dimiliki tidak goyah.

👉 Memahami Nilai-nilai Dalam Hidup:
Lansia dapat menilai nilai-nilai inti yang paling penting bagi mereka. Misalnya, nilai keluarga, persahabatan, kepedulian sosial, spiritualitas, atau kesempatan untuk terus belajar dan berkembang.

👉 Mengambil Peran sebagai Penasihat:
Lansia sering memiliki kekayaan pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga. Mereka bisa memahami bahwa menjadi penasihat atau mentor bagi generasi yang lebih muda dapat memberikan rasa pemenuhan dan tujuan baru dalam hidup. Memberi nasehat kepada anak, cucu, cicit dan keluarga besar penting dilakukan agar hidup bermakna untuk keluarga besar. 

👉 Meneruskan Warisan:
Lansia bisa merasa memiliki tanggung jawab untuk meneruskan nilai-nilai, tradisi, dan warisan budaya kepada generasi mendatang. Ini bisa menjadi tujuan hidup yang kuat untuk memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tetap hidup. Kegiatan berkumpul keluarga besar memperkuat pewarisan nilai-nilai, tradisi dan praktik baik yang dimiliki lansia berdasarkan pengalamannya.
Lansia meneruskan nilai-nilai, tradisi, dan warisan budaya
 kepada generasi mendatang.
 (Sumber: foto paguyuban pengawas purna)
👉 Membangun Hubungan yang Bermakna:
Mencari dan memelihara hubungan yang bermakna dengan keluarga, teman, dan masyarakat dapat memberikan rasa tujuan dan kebahagiaan dalam hidup lansia.

👉 Menghadapi Tantangan dengan Bijaksana:
Hidup selalu penuh dengan tantangan, terutama di usia lanjut. Lansia dapat mencari cara untuk menghadapi dan mengatasi tantangan ini dengan bijaksana, menemukan kekuatan dalam diri mereka untuk tetap tegar dan berdaya.

👉 Menjaga Kesehatan dan Kualitas Hidup:
Lansia dapat menetapkan tujuan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental mereka, memastikan mereka dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik selama sisa hidup mereka.

         Makna dan tujuan hidup adalah hal yang sangat individual dan bervariasi dari satu orang ke orang lain. Tidak ada jawaban "benar" atau "salah" dalam mencari makna hidup. Hal ini tergantung pada nilai-nilai, minat, dan aspirasi pribadi masing-masing individu. Mengenali dan menghargai nilai-nilai ini adalah kunci untuk merasa terpenuhi dan bahagia di usia lanjut.





Sumber: