Tuesday, 5 September 2023

Depresi Geriatrik, Pikiran Tentang Kematian atau Bunuh Diri.

      Depresi adalah gangguan mood yang serius. Ini dapat memengaruhi perasaan, tindakan, dan pemikiran. Depresi adalah masalah yang umum terjadi pada orang lanjut usia, namun depresi klinis bukanlah suatu hal yang normal pada penuaan. Namun, jika pernah mengalami depresi saat masih muda, kemungkinan besar akan mengalami depresi saat berusia lanjut. 

Depresi geriatrik adalah kondisi depresi yang dialami oleh orang dewasa yang lebih tua, biasanya berusia 65 tahun ke atas. Tingkat prevalensi depresi di usia lanjut di masyarakat adalah 11,2% untuk gejala gabungan depresi mayor dan minor.

Lansia tangguh yang memiliki interaksi sosial jauh dari depresi geriatrik.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Berikut ini adalah daftar gejala umum depresi geriatrik:

😰 Suasana hati berubah:

Perubahan mood yang signifikan, seperti perasaan sedih, cemas, kehilangan minat atau kegembiraan dalam aktivitas yang sebelumnya dinikmati. Perubahan mood yang terus-menerus

😰 Tidur tidak nyenyak:

Gangguan tidur, seperti sulit tidur atau tidur berlebihan.

😰 Berat badan berubah:

Perubahan berat badan, seperti penurunan berat badan yang tidak diinginkan atau peningkatan berat badan yang tidak terkendali.

😰 Tidak bisa berkonsentrasi:

Gangguan konsentrasi dan daya ingat yang buruk.

😰 Kelelahan:

Perasaan kelelahan atau kelemahan yang berlebihan.

Perasaan kelelahan yang berlebihan.
(Sumber:foto canva.com)

😰 Merasa tidak berharga:

Perasaan bersalah atau tidak berharga.

😰 Makan banyak atau kurang:

Makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya, biasanya disertai kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak direncanakan

😰 Berpikir tentang bunuh diri:

Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

 Beberapa Faktor Risiko Depresi Geriatrik 

  • Riwayat depresi sebelumnya.
  • Kondisi medis kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, atau stroke.
  • Kehilangan sosial, seperti kematian pasangan atau teman-teman.
  • Isolasi sosial atau kesendirian.

  • Depresi lansia menimbulkan isolasi sosial.
    (Sumber: foto canva.com)
  • Gangguan tidur.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat memengaruhi mood.
  • Gangguan neurologis, seperti demensia.

Diagnosis dan Pengobatan Depresi . 

  • Diagnosis depresi geriatrik biasanya didasarkan pada gejala dan wawancara dengan profesional kesehatan mental.
  • Pengobatan dapat melibatkan psikoterapi, terapi obat, atau kombinasi keduanya.
  • Psikoterapi, seperti terapi kognitif perilaku atau terapi interpersonal, dapat membantu individu mengatasi depresi dan mengatasi masalah emosional mereka.

  • Terapi interpersonal dapat membantu mengatasi depresi.
    (Sumber: foto canva,com)
  • Beberapa obat antidepresan juga dapat digunakan dalam pengobatan depresi geriatrik, meskipun perlu memperhatikan efek samping dan interaksi obat dengan kondisi medis lain yang mungkin ada.

Peran Penting Dukungan Sosial

Sebagai teman atau anggota keluarga dari penderita depresi, berikut beberapa hal yang dapat Anda lakukan:

  • Dorong orang tersebut untuk mencari perawatan medis dan tetap mengikuti rencana perawatan yang ditentukan dokter.
  • Membantu mengatur janji temu medis atau menemani orang tersebut ke kantor dokter atau kelompok pendukung.
  • Berpartisipasilah dalam aktivitas yang disukainya.
  • Tanyakan apakah orang tersebut ingin berjalan-jalan atau bersepeda. Aktivitas fisik bisa sangat bagus untuk meningkatkan mood .
  • Dukungan sosial dari keluarga, teman-teman, atau kelompok pendukung dapat sangat membantu dalam mengatasi depresi geriatrik.
  • Melibatkan diri dalam aktivitas sosial dan mempertahankan hubungan positif dapat meningkatkan kesejahteraan mental.
Depresi geriatrik banyak mengenai orang usia lanjut.
(Sumber: foto canva.com)

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah depresi:

👉 Pola hidup sehat:

Aktif secara fisik dan makan makanan yang sehat dan seimbang . Hal ini dapat membantu menghindari penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan atau depresi. 

👉 Cukup tidur:

Tidurlah 7-9 jam setiap malamnya.

👉 Interaksi sosial:

Tetap berhubungan dengan teman dan keluarga.

👉 Aktif dalam kegiatan:

Berpartisipasilah dalam aktivitas yang Anda sukai .

👉 Komunikasikan Anda depresi:

Beri tahu teman, keluarga, dan dokter Anda saat Anda mengalami gejala depresi.

Beberapa pola makan, termasuk diet rendah sodium (garam dapur), telah terbukti mengurangi risiko depresi.

       Penelitian Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet menunjukkan bahwa diet tinggi sayur, buah, dan hasil olahan susu rendah lemak yang kadar lemak jenuh dan lemak totalnya rendah serta tinggi kandungan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menurunkan tekanan darah sistolik 6-11 mmHg dan tekanan darah diastolik 3-6 mmHg . 

Ketika Anda mengikuti diet DASH, Anda akan makan banyak buah dan sayuran, dikombinasikan dengan makanan rendah lemak susu, daging tanpa lemak, unggas, ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Ada 2 jenis DASH diet, yaitu:

1.Diet DASH standar, yaitu maksimal asupan sodium (garam dapur) yang diperbolehkan adalah 2300 mg per hari.

2.Diet DASH di bawah standar, yakni asupan sodium (garam dapur) per hari tidak boleh melebihi 1500 mg per hari.

Diet DASH dilakukan sepanjang tahun sampai terbentuk kebiasaan makan yang baik. Aturan frekuensi makan tetap 3x sehari dengan porsi makanan mencakup 2000 kalori per hari. 

Berikut cara melakukan diet DASH.

1.Whole grains/gandum utuh (6 sampai 8 sajian per hari)

2. Ganti nasi putih dengan nasi beras merah.

Beras merah dan beras putih. (Sumber: foto canva.com)

3. Bila ingin makan pasta, pilih pasta dari gandum utuh.

4. Ganti roti tawar dengan roti gandum tanpa menambahkan keju, coklat atau mentega.

5.  Sayuran dan buah-buahan (4 sampai 5 sajian per hari)

       Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami beberapa tanda dan gejala depresi dan berlangsung lebih dari dua minggu, konsultasikan dengan dokter. Jika tidak diobati, depresi serius dapat menyebabkan kematian karena bunuh diri.



Sumber:

https://www.medicalnewstoday.com/articles/geriatric-depression

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3184156/

https://www.nia.nih.gov/health/depression-and-older-adults

https://www.webmd.com/depression/depression-elderly

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2004/0515/p2375.html

https://www.psychdb.com/mood/1-depression/geriatric

https://diabetesjournals.org/spectrum/article/19/1/32/2495/Medical-Nutrition-Therapy-for-Hypertension-and

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482514/

Monday, 4 September 2023

Kecemasan Matematika Pada Lansia, Sudahi Saja Perseteruan itu.

        Beberapa aspek matematika tampaknya sulit diperoleh secara kognitif bagi banyak orang; dan beberapa orang mempunyai ketidakmampuan belajar matematika spesifik sedang atau berat. Namun tidak semua ketidakmampuan matematika disebabkan oleh kesulitan kognitif. Sejumlah besar anak-anak dan orang dewasa mempunyai kecemasan terhadap matematika, yang dapat sangat mengganggu pembelajaran dan kinerja matematika mereka, baik dengan menyebabkan penghindaran aktivitas matematika maupun dengan membebani serta mengganggu memori kerja selama mengerjakan tugas-tugas matematika.

Lansia sehat berolahraga jauh dari kecemasan matematika (math anxiety).
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Penghindaran terhadap matematika dapat berlangsung terus; ikut perkuliahan yang tidak ada perhitungan matematika, bekerja memilih dan menjauh dari matematika. Perbincangan yang berhubungan dengan matematika tidak menarik.

Istilah "phobia" biasanya digunakan untuk menggambarkan ketakutan yang sangat intens terhadap objek, situasi, atau hal tertentu yang tidak berbahaya. Namun, ada istilah yang disebut "math anxiety" atau "kecemasan matematika," yang meskipun bukan phobia dalam arti sejati, menggambarkan ketakutan atau kecemasan yang kuat terkait dengan pelajaran matematika.

Kecemasan matematika mengganggu kemampuan
melakukan perhitungan. (Sumber: foto canva.com)

Math anxiety bisa sangat mengganggu kemampuan seseorang untuk belajar matematika atau melakukan perhitungan. Orang yang mengalami math anxiety mungkin merasa cemas, stres, atau bahkan panik saat dihadapkan dengan tugas matematika. Mereka dapat menghindari pelajaran matematika atau situasi yang melibatkan perhitungan matematika, yang dapat menghambat perkembangan mereka dalam hal ini. Math anxiety dapat berkembang pada berbagai tahap kehidupan, dari masa sekolah hingga usia dewasa sampai lanjut usia.

Dengan segala pengalaman hidup yang telah dilalui, tentu saja, lansia harus segera menyudahi perseteruan dengan matematika, hilangkan rasa tidak suka terhadap matematika dengan slogan ini:

"Matematika yang terhormat, aku bukan seorang psikiater, tolong selesaikan masalahmu sendiri."

 "Jika orang tidak percaya bahwa matematika itu sederhana, itu hanya karena mereka tidak menyadari betapa rumitnya kehidupan."

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau memperburuk math anxiety meliputi:

😱 Pengalaman negatif sebelumnya:

Kesulitan dalam matematika di masa lalu atau pengalaman negatif dengan guru matematika dapat menyebabkan ketakutan terhadap mata pelajaran ini.

😱 Teori bahwa matematika sulit: 

Keyakinan diri yang rendah dalam kemampuan matematika dapat menyebabkan ketakutan yang lebih besar terhadapnya.

😱 Tekanan untuk berhasil: 

Tekanan dari orang tua, guru, atau masyarakat untuk berhasil dalam matematika dapat menyebabkan stres yang berlebihan.

Tekanan dari guru untuk berhasil dalam matematika.
(Sumber: foto canva.com)

😱 Ketidakpastian:

Orang dengan math anxiety mungkin merasa tidak yakin tentang apa yang diharapkan dari mereka dalam pelajaran matematika.

😱 Kurangnya dukungan:

Kurangnya dukungan dalam mengatasi kesulitan matematika dapat memperburuk math anxiety.

       Lansia yang mengalami kecemasan matematika, atau yang sering disebut sebagai "math anxiety," mungkin ada kesulitan di masa lalu sehingga memilih menghindar untuk mengajarkan kepada anak-anak atau mungkin cucu-cucunya. 

 menunjukkan sejumlah ciri-ciri atau gejala yang mengindikasikan kecemasan mereka terhadap pelajaran matematika. 

Beberapa ciri kecemasan matematika, antara lain:

😓 Rasa Cemas: 

Lansia dengan math anxiety sering kali merasa cemas saat dihadapkan dengan tugas atau soal matematika untuk diri, anak dan cucu. Mereka mungkin merasa cemas tentang kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas matematika dengan benar.

Merasa cemas dihadapkan pada soal matematika.
(Sumber: foto canva.com)

😓 Ketakutan akan Kesalahan: 

Mereka cenderung takut membuat kesalahan dalam perhitungan matematika. Kesalahan kecil bisa menjadi sangat mengganggu dan membuat mereka lebih cemas.

😓 Perasaan Tidak Nyaman: 

Lansia dengan math anxiety mungkin merasa fisik tidak nyaman saat menghadapi matematika, seperti detak jantung yang meningkat, berkeringat, gemetar, atau perasaan tidak nyaman di perut.

😓 Penghindaran Terhadap Matematika: 

Mereka mungkin mencoba menghindari situasi atau tugas yang melibatkan matematika sebisa mungkin. Ini bisa termasuk menghindari pelajaran matematika, perhitungan dalam kehidupan sehari-hari, atau pekerjaan yang melibatkan matematika.

😓 Pengalaman Ketidakpastian: 

Lansia dengan math anxiety mungkin merasa tidak pasti tentang cara memecahkan masalah matematika. Mereka mungkin merasa kebingungan dan kehilangan arah saat mencoba menyelesaikan soal matematika.

😓 Kurangnya Percaya Diri: 

Mereka sering merasa kurang percaya diri dalam kemampuan matematika mereka. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak mampu untuk berhasil dalam mata pelajaran ini.

😓 Perasaan Putus Asa:

Jika mereka menghadapi kesulitan dalam matematika, lansia dengan math anxiety dapat merasa putus asa dan mungkin mengabaikan tugas atau pelajaran tersebut.

😓 Kinerja yang Menurun:

Kecemasan matematika dapat memengaruhi kinerja akademis atau pekerjaan mereka jika mereka tidak dapat mengatasi ketakutan mereka terhadap matematika.

😓 Tekanan dari Orang Lain: 

Mungkin ada tekanan dari orang lain, seperti orang tua, guru, atau masyarakat yang meningkatkan kecemasan matematika mereka.

Tekanan dari orang tua, guru dan masyarakat
meningkatkan kecemasan matematika. (Sumber: foto canva.co )

Beberapa langkah yang dapat membantu mengobati kecemasan matematika pada lansia:

😁 Pemahaman dan Kesadaran:

Lansia perlu menyadari bahwa kecemasan matematika adalah masalah yang bisa diatasi dan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapinya. Memahami bahwa kecemasan matematika adalah masalah emosi yang dapat dikelola adalah langkah pertama yang penting. Tidak bisa matematika juga tidak pengaruh apa-apa, sekarang sudah pensiun dan lansia. Hanya menikmati hidup dengan bahagia,

😁 Bimbingan atau Kursus Matematika:

Jika lansia masih semangat belajar dan merasa kesulitan dalam pemahaman materi matematika, mereka dapat mempertimbangkan untuk mengikuti kursus atau bimbingan matematika. Seorang tutor matematika yang berpengalaman dapat membantu mereka mengatasi kesulitan dan membangun kepercayaan diri.

😁 Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): 

Terapi ini adalah pendekatan yang efektif dalam mengatasi kecemasan matematika. Dalam CBT, lansia akan bekerja dengan seorang terapis untuk mengidentifikasi pikiran negatif atau ketakutan terkait matematika dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih positif dan konstruktif.

😁 Latihan Eksposur:

Terapis dapat membantu lansia dengan math anxiety untuk melalui latihan eksposur, yang melibatkan tugas-tugas matematika bertahap yang semakin sulit. Ini membantu mereka membiasakan diri dengan tugas-tugas matematika dan mengurangi kecemasan mereka.

😁 Relaksasi dan Teknik Manajemen Stres:

Lansia dapat mempelajari teknik pernapasan dalam, meditasi, atau relaksasi progresif untuk membantu mengatasi kecemasan. Teknik-teknik ini dapat membantu mereka tetap tenang saat berhadapan dengan  problem matematika.

😁 Dukungan Sosial: 

Dukungan dari keluarga, teman, atau rekan komunitas dapat membantu lansia merasa lebih percaya diri dalam mengatasi kecemasan matematika. Mendiskusikan kecemasan mereka dengan orang yang mereka percayai dapat memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan.

😁 Positifkan Pengalaman Matematika:

Mendorong lansia untuk menemukan aspek positif dalam matematika, seperti kegunaan dalam kehidupan sehari-hari atau kesempatan untuk tantangan intelektual, dapat membantu mengubah persepsi mereka terhadap mata pelajaran ini.

😁 Berlatih dengan Konsisten:

Kunci untuk mengatasi kecemasan matematika adalah latihan yang konsisten. Lansia perlu terus berlatih dan menghadapi tugas matematika untuk membangun kepercayaan diri mereka.

😁 Pendekatan Terstruktur:

Menggunakan pendekatan yang terstruktur dalam belajar matematika, seperti memecahkan masalah satu langkah demi satu langkah, dapat membantu lansia merasa lebih mudah dalam mengatasi tugas-tugas matematika.

        Setiap individu memiliki kecepatan belajar yang berbeda, dan proses mengatasi kecemasan matematika bisa memerlukan waktu. Dukungan yang hangat dan kesabaran sangat penting. Jika kecemasan matematika berlanjut atau memengaruhi kesejahteraan umum, sebaiknya konsultasikan dengan seorang profesional kesehatan mental atau terapis yang berpengalaman dalam mengatasi kecemasan matematika pada lansia.



Sumber:

https://www.medicalnewstoday.com/articles/math-anxiety-definition-symptoms-causes-and-tips

https://learningessentialsedu.com/math-anxiety/

https://www.cne.psychol.cam.ac.uk/what-is-mathematics-anxiety

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4842756/

Sunday, 3 September 2023

Serangan Bikin Panik Lansia, Terjadi Secara Spontan, Waspada

        Gangguan panik ditandai dengan terjadinya serangan panik secara spontan dan tak terduga, frekuensinya dapat bervariasi dari beberapa serangan per hari hingga hanya beberapa serangan per tahun. Serangan panik didefinisikan sebagai periode ketakutan yang intens di mana 4 dari 13 gejala yang ditentukan berkembang secara tiba-tiba dan memuncak dengan cepat kurang dari 10 menit sejak timbulnya gejala. 

Serangan panik biasanya dimulai secara tiba-tiba, tanpa peringatan. Mereka dapat menyerang kapan saja, saat Anda sedang mengendarai mobil, di mal, tertidur lelap, atau di tengah rapat bisnis. Anda mungkin mengalami serangan panik sesekali, atau mungkin sering terjadi.

Meskipun serangan seperti itu dapat terjadi pada gangguan kecemasan lainnya, serangan ini sering terjadi tanpa pencetus yang dapat diprediksi dalam gangguan panik. Banyak orang hanya mengalami satu atau dua serangan panik dalam hidup mereka, dan masalahnya akan hilang, mungkin ketika situasi stres berakhir. 

Serangan panik pada lansia biasanya dimulai secara tiba-tiba.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Tetapi jika Anda mengalami serangan panik berulang yang tidak terduga dan menghabiskan waktu lama dalam ketakutan terus-menerus akan serangan lain, Anda mungkin mengalami kondisi yang disebut gangguan panik.

Late-Onset Panic Disorder adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan serangan kepanikan yang tidak terduga dan parah. Gangguan ini dianggap "late-onset" karena serangan kepanikan pertama kali muncul pada usia dewasa yang lebih lanjut, biasanya setelah usia 45 tahun. Ini berbeda dari gangguan kepanikan awal yang biasanya muncul pada usia muda atau dewasa awal.

Serangan kepanikan adalah periode singkat ketika seseorang mengalami perasaan intens takut dan kecemasan yang datang dengan gejala fisik dan kognitif yang kuat. Gejala umum dari serangan kepanikan meliputi detak jantung cepat, keringat berlebihan, gemetar, sesak napas, rasa sakit dada, mual, dan perasaan tidak nyata. Orang yang mengalami serangan kepanikan sering kali merasa bahwa mereka kehilangan kendali atau bahwa mereka akan mati.

Gejala late-onset panic disorder pada lansia sering kali mirip dengan gejala pada usia muda, tetapi ada beberapa perbedaan yang mungkin lebih umum terjadi pada populasi lansia. 

Lansia yang terkena late onset panic order mengalami
 kepanikan dan kecemasan. (Sumber: foto canva.com)

Beberapa gejala yang dapat muncul pada lansia yang mengalami late-onset panic disorder meliputi:

💠 Gejala Fisik: 

Lansia dengan late-onset panic disorder mungkin lebih mungkin mengalami gejala fisik seperti detak jantung cepat, sesak napas, berkeringat berlebihan, gemetar, rasa sakit dada atau ketidaknyamanan, dan pusing. Gejala ini bisa sangat mengganggu dan bahkan bisa menyerupai masalah kesehatan fisik lainnya yang lebih umum terjadi pada usia lanjut.

Gejala terkena late onset panic disorder antara lain
sesak napas, berkeringat berlebihan, gemetar.
(Sumber: foto canva.com)

💠 Ketakutan Akan Kematian atau Kehilangan Kendali: 

Seperti pada semua usia, lansia dengan late-onset panic disorder mungkin memiliki ketakutan yang sangat kuat akan kematian atau kehilangan kendali saat mengalami serangan kepanikan.

💠 Gejala Kognitif: 

Lansia dengan gangguan ini mungkin juga mengalami gejala kognitif seperti rasa tidak nyata atau depersonalisasi (merasa terputus dari realitas) serta derealisasi (perasaan bahwa lingkungan sekitar terasa tidak nyata)

💠 Kesulitan dalam Mengatasi Stres: 

Lansia dengan late-onset panic disorder mungkin memiliki kesulitan dalam mengatasi stres dan menghadapi perubahan hidup yang terkait dengan usia, seperti kesehatan yang menurun, pensiun, atau kehilangan teman dan anggota keluarga.

💠 Pemulihan yang Lebih Lama: 

Lansia mungkin mengalami pemulihan yang lebih lama setelah serangan kepanikan, dan gejala mereka mungkin berlangsung lebih lama atau lebih intens.

💠 Penyamaran Gejala: 

Beberapa gejala late-onset panic disorder pada lansia mungkin tersembunyi oleh masalah kesehatan fisik yang sudah ada, seperti penyakit jantung atau gangguan pernapasan, sehingga bisa sulit untuk membedakan apakah gejala tersebut disebabkan oleh gangguan kecemasan.

Penyebab pasti dari late-onset panic disorder belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang dapat berperan dalam perkembangan gangguan ini. 

Beberapa faktor yang mungkin terkait dengan late-onset panic disorder meliputi:

⚓ Faktor Genetik:

Kecenderungan untuk mengalami gangguan kecemasan, termasuk late-onset panic disorder, dapat memiliki komponen genetik. Jika ada riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan, risiko individu untuk mengembangkan gangguan tersebut mungkin lebih tinggi.

⚓ Perubahan Hormonal:

Perubahan dalam produksi hormon terkait penuaan dapat mempengaruhi fungsi otak dan sistem saraf, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi regulasi emosi dan respons terhadap stres. Perubahan hormon ini dapat memicu atau memperburuk gejala gangguan kecemasan, termasuk late-onset panic disorder.

⚓ Perubahan Neurobiologis:

Ada bukti bahwa perubahan dalam fungsi neurotransmiter dan sistem saraf pusat dapat berkontribusi pada perkembangan late-onset panic disorder. Neurotransmiter seperti serotonin, norepinefrin, dan asam gamma-aminobutirat  memiliki peran dalam regulasi suasana hati dan respons terhadap stres.

⚓ Stres dan Perubahan Hidup: 

Peristiwa stres atau perubahan besar dalam hidup, seperti kehilangan anggota keluarga, pensiun, atau masalah kesehatan yang signifikan, dapat memicu atau memperburuk gejala late-onset panic disorder. Lansia mungkin menghadapi lebih banyak perubahan dan stres terkait penuaan, yang dapat berkontribusi pada gangguan kecemasan.

⚓ Kondisi Medis Lainnya: 

Beberapa kondisi medis, seperti penyakit jantung, gangguan tiroid, dan gangguan pernapasan, dapat memiliki gejala yang menyerupai serangan kepanikan. Gangguan medis ini dapat memicu atau menyebabkan serangan kepanikan pada orang yang sebelumnya tidak memiliki gejala.

⚓ Psikososial dan Lingkungan: 

Faktor lingkungan, seperti pengalaman traumatis atau paparan terhadap stres kronis, juga dapat berkontribusi pada perkembangan late-onset panic disorder. Isolasi sosial, perubahan dalam dukungan sosial, atau perubahan lingkungan hidup juga dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional.

⚓ Rendahnya Resiliensi Terhadap Stres: 

Beberapa orang mungkin memiliki tingkat resiliensi yang lebih rendah terhadap stres atau kesulitan dalam mengatasi perubahan hidup, yang dapat meningkatkan risiko mereka untuk mengembangkan gangguan kecemasan.

 Penting untuk diingat bahwa late-onset panic disorder merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik, biologis, psikososial, dan lingkungan.

       Pengobatan late onset panic disorder melibatkan pendekatan yang komprehensif yang mencakup terapi psikologis, dukungan sosial, dan kadang-kadang pemberian obat-obatan. 

Beberapa opsi pengobatan yang umum digunakan:

💶 Terapi Kognitif-Perilaku (CBT):

CBT adalah pendekatan terapi yang efektif untuk mengobati panic disorder. Ini membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang memicu atau memperburuk serangan kepanikan. Terapi ini juga mengajarkan teknik relaksasi dan strategi mengatasi kecemasan.

CBT pendekatan terapi untuk mengobati panic diorder
(Sumber: foto canva.com)

💶 Terapi Kognitif: 

Terapi kognitif berfokus pada mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang mungkin memicu atau memperkuat gejala kecemasan. Ini membantu individu untuk mengatasi pikiran-pikiran yang tidak realistis atau berlebihan.

💶 Terapi Eksposur: 

Terapi eksposur melibatkan paparan bertahap terhadap situasi atau objek yang memicu kecemasan atau serangan kepanikan. Ini dilakukan dengan bimbingan profesional dan bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang terkait dengan stimulus tersebut.

💶 Terapi Dukungan: 

Terapi dukungan melibatkan berbicara dengan seorang terapis untuk mendiskusikan perasaan, pikiran, dan pengalaman individu. Ini dapat membantu seseorang merasa didengar dan dipahami, serta memberikan wadah untuk mengatasi stres dan kecemasan.

💶 Obat-obatan: 

Dalam beberapa kasus, obat-obatan seperti antidepresan atau obat anti-kecemasan dapat diresepkan oleh dokter. Antidepresan seperti selektif serotonin reuptake inhibitor  dan serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor sering digunakan untuk mengurangi gejala panic disorder. Obat anti-kecemasan seperti benzodiazepin juga dapat digunakan, tetapi biasanya dengan hati-hati karena risiko ketergantungan.

💶 Latihan dan Olahraga: 

Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan suasana hati. Olahraga secara teratur dapat membantu mengurangi ketegangan fisik dan emosional.

💶 Manajemen Stres dan Relaksasi: 

Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, dan yoga dapat membantu mengurangi gejala kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

💶 Perubahan Gaya Hidup Sehat: 

Mengadopsi pola makan sehat, tidur yang cukup, menghindari zat yang memicu kecemasan seperti kafein atau alkohol, dan menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari juga dapat membantu mengelola gejala panic disorder.

       Penting untuk bekerja sama dengan profesional kesehatan mental atau dokter yang berkualifikasi dalam pengobatan gangguan kecemasan. Setiap individu memiliki kebutuhan yang unik, jadi pendekatan pengobatan harus disesuaikan dengan situasi dan preferensi individu. Kombinasi terapi psikologis dengan pengobatan obat-obatan dapat menjadi pilihan yang efektif dalam pengelolaan late onset panic disorder.






Sumber:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10901340/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4429171/

https://emedicine.medscape.com/article/287913-overview?form=fpf

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/panic-attacks/symptoms-causes/syc-20376021