Monday, 15 January 2024

Pruritus, Apakah hanya Digaruk saja.

      Pruritus adalah gejala yang relatif umum yang dapat dialami siapa pun kapan saja dalam hidup mereka dan lebih sering terjadi pada orang lanjut usia. Pruritus pada lansia dapat didefinisikan sebagai pruritus kronis pada seseorang yang berusia di atas 65 tahun.

Pruritus adalah kelainan kulit yang paling umum terjadi pada populasi geriatri. Hal ini didefinisikan sebagai sensasi kulit tidak menyenangkan yang memicu keinginan untuk menggaruk . Gatal akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) dapat memberikan fungsi perlindungan, namun gatal kronis (berlangsung lebih dari 6 minggu) sebagian besar merupakan gangguan.

Pruritus banyak dialami oleh lansia.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Istilah medis untuk gatal adalah "pruritus." Pruritus merujuk pada sensasi atau perasaan gatal yang menyebabkan dorongan untuk menggaruk atau menggosok kulit. Pruritus bisa menjadi gejala dari berbagai kondisi dan penyakit.

Gatal adalah sensasi atau perasaan yang mendorong seseorang untuk menggaruk atau meraba-raba suatu bagian tubuh. Ini adalah respons tubuh terhadap rangsangan atau iritasi pada kulit. 

Beberapa rangsangan atau iritasi pada kulit dapat berasal dari berbagai faktor, antara lain:

Keringat: 

Kulit yang lembap atau terpapar keringat dapat menyebabkan gatal.

Alergi: 

Reaksi alergi terhadap bahan tertentu, seperti serbuk sari, bulu binatang, atau makanan, dapat menyebabkan gatal.

Iritasi Kimia:

Paparan kulit terhadap zat kimia tertentu, seperti deterjen atau produk perawatan kulit tertentu, dapat menyebabkan gatal.

Paparan kulit dengan zat kimia tertentu menyebabkan gatal.
(Sumber: canva.com)

Serangga atau Kutu: 

Gigitan serangga atau infestasi oleh kutu juga dapat menyebabkan rasa gatal.

Penyakit Kulit: 

Beberapa kondisi kulit, seperti eksim, psoriasis, atau dermatitis, dapat menyebabkan gatal.

Obat-obatan: 

Beberapa obat dapat memiliki efek samping berupa gatal pada kulit.

Panas atau Panas Dingin: 

Paparan terhadap suhu yang ekstrem, baik panas atau dingin, dapat menyebabkan rasa gatal.

       Gatal pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai faktor, dan perlu diidentifikasi penyebabnya untuk dapat memberikan penanganan yang tepat. 

Beberapa penyebab umum gatal pada lansia meliputi:

Kulit Kering: 

Lansia cenderung memiliki kulit yang lebih kering, yang dapat menyebabkan gatal. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor seperti penurunan produksi minyak alami oleh kelenjar sebum.

Alergi: 

Reaksi alergi terhadap makanan, obat-obatan, atau bahan kimia tertentu dapat menyebabkan gatal pada kulit.

Penyakit Kulit: 

Beberapa kondisi kulit tertentu seperti dermatitis, eksim, atau psoriasis dapat menyebabkan gatal pada lansia.

Dermatitis pada lansia menyebabkan gatal.
(Sumber: foto canva.com)

Penurunan Fungsi Ginjal: 

Pada beberapa kasus, gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan penumpukan zat-zat yang menyebabkan gatal pada kulit.

Penyakit Hati: 

Gangguan hati, seperti sirosis, juga dapat berkontribusi pada gejala gatal.

Efek Samping Obat: 

Penggunaan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan efek samping berupa gatal pada kulit.

Infeksi Kulit: 

Infeksi kulit, seperti infeksi jamur atau bakteri, dapat menjadi penyebab gatal pada lansia.

       Mencegah gatal pada lansia melibatkan perhatian khusus terhadap perawatan kulit dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan iritasi. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah gatal pada lansia:

Pertahankan Kelembapan Kulit:

  • Mandi dengan air hangat (bukan air panas) dan hindari penggunaan sabun keras yang dapat mengeringkan kulit.
  • Gunakan pelembap setelah mandi untuk menjaga kelembapan kulit. Pilih pelembap yang cocok untuk kulit sensitif.

Pilih Pakaian yang Tepat:

Hindari pemakaian pakaian yang terlalu ketat atau terbuat dari bahan yang kasar. Pilih pakaian dari bahan katun yang lembut dan menyerap keringat.

Lansia harus memilih pakaian bahan katun yang lembut.
(Sumber: foto canva.com)

Hindari Faktor Pemicu Alergi:

Identifikasi dan hindari pemicu alergi yang mungkin menyebabkan reaksi gatal. Ini bisa melibatkan makanan, bahan kimia rumah tangga, atau alergen lingkungan.

Perhatikan Kondisi Lingkungan:

  • Jaga kebersihan lingkungan. Hindari debu dan serbuk sari yang dapat menjadi iritan.
  • Gunakan pelembap udara di dalam rumah jika udara cenderung kering, terutama selama musim dingin.

Perhatikan Kesehatan Kulit:

  • Segera obati masalah kulit seperti infeksi jamur atau bakteri.
  • Gunakan tabir surya untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berlebihan.

Hindari Penggunaan Produk Kimia Berlebihan:

Gunakan produk perawatan pribadi yang lembut dan hindari produk yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi.

Perhatikan Reaksi terhadap Obat-obatan:

Jika ada reaksi alergi atau gatal setelah mengonsumsi obat-obatan tertentu, segera berkonsultasi dengan dokter.

Periksakan Kesehatan secara Berkala:

Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi masalah kesehatan yang mungkin mempengaruhi kulit.

       Pengobatan gatal pada lansia tergantung pada penyebabnya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rekomendasi pengobatan yang sesuai. 

Beberapa langkah umum yang dapat diambil untuk mengobati gatal pada lansia:

Pelembap Kulit:

Gunakan pelembap secara teratur untuk menjaga kelembapan kulit dan mencegah kulit kering yang dapat menyebabkan gatal.

Obat Topikal:

  • Dokter mungkin meresepkan krim atau salep topikal yang mengandung kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dan gatal.
  • Salep antihistamin juga dapat membantu meredakan gatal, terutama jika gatal disebabkan oleh reaksi alergi.

Antihistamin Oral:

Jika gatal disebabkan oleh alergi, dokter mungkin meresepkan antihistamin oral untuk mengurangi reaksi alergi dan gatal.

Obat Pereda Gatal:

Penggunaan obat pereda gatal, seperti calamine lotion, dapat memberikan bantuan sementara.

Penghindaran Pemicu:

Jika gatal disebabkan oleh pemicu tertentu, seperti makanan atau zat kimia, menghindari pemicu tersebut dapat membantu mengurangi gejala.

Perawatan Khusus untuk Kondisi Kulit:

Jika gatal disebabkan oleh kondisi kulit tertentu seperti eksim atau psoriasis, dokter dapat memberikan perawatan yang sesuai, termasuk penggunaan krim atau salep khusus.

Perawatan untuk Infeksi:

Jika gatal disebabkan oleh infeksi kulit, seperti infeksi jamur atau bakteri, dokter mungkin meresepkan obat antiinfeksi.

Penghindaran Paparan Sinar Matahari Berlebihan:

  • Jika gatal terkait dengan paparan sinar matahari, hindari paparan berlebihan dan gunakan tabir surya.

Setiap kasus gatal pada lansia dapat bervariasi, dan pengobatannya harus disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Sebelum menggunakan obat-obatan atau produk perawatan, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk mendapatkan saran yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan riwayat medis lansia tersebut.



Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3351862/#:~:text=Pruritus 

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7795219/

https://www.racgp.org.au/afp/2014/october/pruritus-in-the-elderly-a-guide-to-assessment-and

https://karger.com/books/book/chapter-pdf/1982521/000446094.pdf

https://www.ducray.com/en-gb/itching-sensations/senile-pruritus

Sunday, 14 January 2024

Depresi Persisten, Tanpa Alasan Jelas, Merasa bersalah.

         Secara umum, hampir semua orang yang mengalami depresi mempunyai perasaan sedih terus-menerus, dan mungkin merasa tidak berdaya, putus asa, dan mudah tersinggung. Tanpa pengobatan, gejalanya bisa bertahan bertahun-tahun. 

Gangguan depresi persisten (sebelumnya gangguan distimik) ditandai dengan depresi kronis tingkat rendah yang tidak separah, namun mungkin berlangsung lebih lama dibandingkan gangguan depresi berat.  

Depresi gangguan mental yang dapat disembuhkan bukan proses penuaan.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

"Gangguan depresi persisten" adalah istilah yang agak baru. Ini digunakan untuk menggabungkan apa yang disebut distimia dan gangguan depresi mayor kronis di masa lalu.

Depresi persisten pada lansia mengacu pada kondisi depresi yang berlangsung secara kronis atau berkepanjangan pada orang lanjut usia. Depresi dapat memiliki gejala yang terus-menerus selama periode waktu yang lama. 

Depresi persisten pada lansia bisa lebih sulit didiagnosis dan diobati karena mungkin tidak segera terlihat atau diidentifikasi. Gejala depresi persisten pada lansia mirip dengan gejala depresi pada kelompok usia lainnya, tetapi dapat muncul dengan intensitas yang berbeda. 

Beberapa gejala depresi persisten pada lansia meliputi:

Perasaan Sedih atau Putus Asa: 

Lansia dengan depresi mungkin merasa sedih atau putus asa secara terus-menerus, tanpa adanya perbaikan yang berarti.

Kehilangan Minat dan Kegembiraan: 

Mereka mungkin kehilangan minat dalam aktivitas yang sebelumnya dinikmati dan merasa sulit untuk merasa gembira atau bersemangat.

Depresi membuat kehilangan minat dan kegembiraan.
(Sumber: foto canva.com)

Perubahan Berat Badan atau Nafsu Makan: 

Perubahan dalam berat badan (peningkatan atau penurunan) dan perubahan nafsu makan bisa terjadi.

Gangguan Tidur: 

Lansia dengan depresi bisa mengalami gangguan tidur, baik itu kesulitan tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia).

Kelelahan atau Energi yang Menurun: 

Rasa kelelahan yang konstan atau penurunan energi dapat menjadi gejala depresi persisten pada lansia.

Perasaan Bersalah atau Tidak Berharga: 

Orang dengan depresi persisten mungkin merasa bersalah atau tidak berharga tanpa alasan yang jelas.

Kesulitan Berkonsentrasi: 

Lansia dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi, membuat keputusan, atau menjalankan tugas sehari-hari.

Gangguan Fisik Tanpa Penyebab Medis yang Jelas: 

Beberapa lansia dengan depresi dapat mengalami keluhan fisik seperti nyeri tubuh atau gangguan pencernaan tanpa ada penyebab medis yang jelas.

Pemikiran tentang Kematian atau Bunuh Diri: 

Beberapa individu mungkin memiliki pemikiran tentang kematian atau bunuh diri. Jika ada indikasi atau kekhawatiran terkait hal ini, segera cari bantuan profesional. 

Beberapa faktor penyebab depresi persisten pada lansia meliputi:

Perubahan Fisik dan Kesehatan: 

Lansia sering menghadapi perubahan fisik, termasuk masalah kesehatan kronis, penurunan fungsi fisik, dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Perubahan ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan kehilangan independensi, yang berkontribusi pada munculnya depresi.

Kehilangan Orang yang Dicintai: 

Kematian pasangan hidup, teman dekat, atau kerabat dapat menjadi pemicu depresi pada lansia. Kehilangan sosial ini dapat meningkatkan rasa kesepian dan isolasi.

Isolasi Sosial: 

Lansia yang mengalami isolasi sosial, baik karena pensiun, kehilangan teman, atau kurangnya dukungan sosial, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami depresi.

Lansia mengalami isolasi sosial karena pensiun.
(Sumber: foto canva.com)

Gangguan Kognitif: 

Gangguan kognitif, seperti penyakit Alzheimer atau gangguan kognitif ringan, dapat menjadi faktor risiko untuk depresi pada lansia. Kesulitan dalam mengatasi perubahan kognitif dan fungsi otak dapat menyebabkan stres emosional.

Masalah Keuangan: 

Kesulitan keuangan, seperti pensiun yang terbatas atau masalah keuangan lainnya, dapat menyebabkan stres yang signifikan dan meningkatkan risiko depresi pada lansia.

Perubahan Hormonal: 

Perubahan hormonal yang terkait dengan proses penuaan, seperti penurunan kadar hormon serotonin, dapat mempengaruhi suasana hati dan berkontribusi pada depresi.

Histori Keluarga dan Genetika: 

Jika ada riwayat keluarga dengan gangguan mood atau depresi, individu tersebut mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami depresi persisten pada masa lanjut usia.

Gangguan Kesehatan Mental Sebelumnya: 

Riwayat depresi atau gangguan kejiwaan sebelumnya dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi pada masa lanjut usia.

Kurangnya Aktivitas Fisik: 

Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan kesehatan fisik dan mental. Olahraga teratur dapat membantu mengurangi risiko depresi pada lansia.

Efek Samping Obat: 

Beberapa obat yang sering digunakan pada lansia untuk mengatasi kondisi kesehatan tertentu dapat memiliki efek samping yang memengaruhi suasana hati dan memicu depresi.

        Mencegah depresi persisten pada lansia melibatkan serangkaian tindakan yang bertujuan untuk mempromosikan kesehatan mental, kesejahteraan sosial, dan kesehatan fisik. 

Beberapa strategi yang dapat membantu mencegah depresi pada lansia:

Aktivitas Fisik Teratur:

Olahraga teratur memiliki manfaat besar bagi kesehatan fisik dan mental. Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan suasana hati, dan memperbaiki tidur. Pilih kegiatan yang sesuai dengan tingkat kebugaran dan kondisi kesehatan.

Olahraga teratur bermanfaat untuk ketahanan fisik dan mental.
(Sumber: foto canva.com)

Mempertahankan Koneksi Sosial: 

Interaksi sosial yang positif dapat membantu mencegah isolasi sosial dan depresi. Lansia sebaiknya tetap terlibat dalam kegiatan sosial, termasuk pertemuan dengan teman, kegiatan kelompok, atau bergabung dengan klub atau organisasi.

Mengatasi Kehilangan dengan Dukungan Emosional: 

Bila mengalami kehilangan orang yang dicintai atau perubahan signifikan dalam hidup, penting untuk mencari dukungan emosional. Berbicara dengan teman, keluarga, atau seorang profesional kesehatan mental dapat membantu mengelola perasaan dan stres yang terkait dengan perubahan tersebut.

Pertahankan Kesehatan Fisik dan Perawatan Medis: 

Menerapkan gaya hidup sehat dengan menjaga pola makan yang seimbang, tidur yang cukup, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dapat mendukung kesehatan fisik dan mental.

Kegiatan Kreatif dan Hobi: 

Menjaga minat dan keterlibatan dalam kegiatan kreatif atau hobi dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan. Ini dapat menjadi sumber kegembiraan dan meningkatkan kualitas hidup.

Manajemen Stres: 

Belajar teknik manajemen stres, seperti meditasi, relaksasi, atau yoga, dapat membantu mengurangi tekanan emosional dan meningkatkan ketahanan terhadap stres.

Rutin Sosial dan Kegiatan Rutin: 

Menciptakan rutinitas harian dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang rutin dapat memberikan struktur pada hidup dan memberikan sesuatu yang dinanti-nanti setiap hari.

Berkonsultasi dengan Profesional Kesehatan Mental: 

Bila ada gejala depresi atau kesulitan emosional lainnya, segera mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Konseling atau terapi dapat membantu individu mengatasi masalah dan menemukan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan mental.

       Mengobati depresi persisten pada lansia melibatkan pendekatan holistik yang mencakup intervensi medis, terapi psikososial, dan dukungan sosial. 

Beberapa strategi umum yang dapat digunakan dalam pengobatan depresi persisten pada lansia:

Terapi Kognitif Perilaku (CBT): 

Terapi ini dapat membantu lansia mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif serta perilaku yang berkontribusi pada depresi. CBT terbukti efektif dalam mengelola depresi pada berbagai kelompok usia.

Terapi Interpersonal (IPT): 

Terapi ini fokus pada memahami dan meningkatkan hubungan interpersonal. IPT dapat membantu lansia mengatasi konflik interpersonal, kehilangan orang yang dicintai, atau perubahan dalam hubungan sosial.

Obat-Obatan: 

Dokter dapat meresepkan obat antidepresan untuk membantu mengatasi gejala depresi. Pemilihan obat dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu, dan sering kali memerlukan waktu beberapa minggu agar efeknya terlihat.

Terapi Elektrokonvulsif (ECT): 

Terapi ini mungkin direkomendasikan dalam kasus depresi yang sangat parah atau ketika respons terhadap obat dan terapi lainnya terbatas. ECT melibatkan pemberian arus listrik pada otak untuk menyebabkan aktivitas listrik yang terkontrol.

Pemantauan Kesehatan Fisik: 

Penting untuk memantau kesehatan fisik, termasuk memeriksa apakah ada penyakit fisik yang mendasari atau memperburuk gejala depresi. Pemantauan ini melibatkan kerjasama antara dokter umum dan profesional kesehatan mental.

Dukungan Keluarga dan Sosial: 

Dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan sosial dapat memberikan rasa keterlibatan dan memotivasi lansia untuk mengatasi depresi. Terlibat dalam kegiatan sosial juga dapat membantu mengurangi isolasi.

Pemeliharaan Kesehatan Fisik dan Gaya Hidup Sehat: 

Memastikan pola makan seimbang, cukup tidur, dan rutin berolahraga dapat membantu meningkatkan kesehatan fisik dan membantu mengelola gejala depresi.

Konseling Spiritual atau Religius: 

Bagi beberapa individu, dukungan spiritual atau keberadaan dalam lingkungan keagamaan dapat menjadi sumber kenyamanan dan dukungan.

Setiap individu merespons pengobatan dengan cara yang berbeda. Proses pengobatan mungkin memerlukan waktu, dan penyesuaian mungkin diperlukan dalam perjalanan perawatan. Konsultasikan dengan tim perawatan kesehatan, termasuk dokter dan profesional kesehatan mental, untuk menilai kondisi spesifik dan merancang rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.



Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541052/

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/dysthymia 

https://www.nimh.nih.gov/health/statistics/persistent-depressive-disorder-dysthymic-disorder

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/persistent-depressive-disorder/symptoms-causes/syc-20350929

Saturday, 13 January 2024

Pegal pada lansia, Apakah hanya Dipijat saja.

        Istilah medis untuk rasa pegal pada otot sering kali disebut sebagai "myalgia" atau "myofascial pain." Myalgia mengacu pada nyeri atau ketidaknyamanan pada otot, sedangkan myofascial pain mengacu pada nyeri yang terjadi pada otot dan jaringan ikat (fascia).

Selain itu, rasa pegal juga dapat diidentifikasi dengan istilah medis yang lebih spesifik. Sebagai contoh, jika pegal disebabkan oleh peradangan pada otot atau jaringan sekitarnya, disebut "myositis." Jika disebabkan oleh gangguan pada sendi, disebut "arthralgia" (nyeri sendi).

Myalgia dapat menyerang lansia kapan saja.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Pegal adalah istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan sensasi atau rasa tidak nyaman yang terjadi pada otot atau bagian tubuh tertentu. Istilah ini sering kali digunakan untuk menyatakan rasa pegal pada otot-otot yang terasa kaku, tegang, atau lelah setelah aktivitas fisik atau posisi tubuh yang tidak nyaman.

Beberapa Gejala Mialgia adalah Nyeri Otot, seperti:

  • Nyeri otot yang dalam di area lokal atau nyeri yang meluas
  • Nyeri tumpul atau tajam
  • Nyeri ringan atau berat yang mungkin berlangsung beberapa menit atau terus-menerus
  • Nyeri saat istirahat atau bergerak

💬Ini mungkin terasa mirip dengan otot tertarik, otot juga bisa menjadi lunak dan bengkak.

Nyeri ringan dapat muncul beberapa menit pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

Mialgia juga bisa disertai gejala lain, antara lain:

  • Demam dan menggigil jika ada infeksi
  • Nyeri sendi berhubungan dengan nyeri otot
  • Kelelahan yang mengganggu aktivitas normal Anda
  • Merasa tertekan jika rasa sakitnya terus-menerus

Pegal bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

Aktivitas fisik berlebihan: 

Jika seseorang melakukan aktivitas fisik yang berlebihan atau menggunakan otot-otot tertentu secara intensif, bisa menyebabkan rasa pegal.

Posisi tubuh yang tidak nyaman: 

Duduk atau berdiri dalam posisi yang tidak nyaman untuk waktu yang lama dapat menyebabkan otot-otot tertentu menjadi pegal.

Stres atau ketegangan: 

Stres emosional atau ketegangan mental dapat mempengaruhi otot-otot dan menyebabkan rasa pegal.

Stres dan emosional dapat menimbulkan ketegangan dan pegal.
(Sumber: foto canva.com)

Cedera atau trauma: 

Cedera pada otot atau bagian tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa pegal sebagai respons tubuh terhadap proses penyembuhan.

Penyakit atau kondisi medis: 

Beberapa kondisi medis, seperti arthritis atau fibromyalgia, dapat menyebabkan rasa pegal secara kronis.

       Mencegah pegal pada lansia melibatkan sejumlah tindakan yang dapat membantu menjaga kesehatan otot dan sendi mereka. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah pegal:

Aktivitas Fisik Teratur:

  • Senam ringan, berenang, berjalan kaki, atau kegiatan fisik lainnya dapat membantu menjaga kekuatan otot dan fleksibilitas sendi.
  • Konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum memulai program latihan, terutama jika ada kondisi kesehatan tertentu.

Peregangan Otot:

  • Melakukan peregangan otot secara teratur dapat membantu mencegah kekakuan otot dan meningkatkan fleksibilitas.
  • Peregangan sebaiknya dilakukan secara hati-hati, dan hindari gerakan yang menyebabkan ketidaknyamanan.

Peregangan otot secara teratur membantu mencegah kekakuan otot.
(Sumber: foto canva.com)

Perhatian pada Postur Tubuh:

Mempertahankan postur tubuh yang baik saat duduk, berdiri, atau beraktivitas lainnya dapat membantu mengurangi tekanan pada otot dan sendi.

Konsumsi Nutrisi yang Tepat:

  • Pastikan lansia mendapatkan nutrisi yang cukup, terutama kalsium dan vitamin D yang penting untuk kesehatan tulang.
  • Diet seimbang dapat membantu menjaga berat badan yang sehat, mengurangi beban pada sendi.

Hindari Aktivitas yang Berlebihan:

  • Membatasi aktivitas fisik yang terlalu berat atau intensitas yang tinggi untuk menghindari cedera pada otot dan sendi.

Manajemen Stres:

Stres dapat memengaruhi kesehatan otot. Teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga dapat membantu mengurangi stres.

Pijatan dan Terapi Fisik:

Pijatan dan terapi fisik dapat membantu meredakan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi darah.

Konsultasi dengan Profesional Kesehatan:

Jika ada keluhan atau gejala pegal yang berkepanjangan, segera berkonsultasi dengan dokter atau fisioterapis untuk penilaian lebih lanjut dan rekomendasi perawatan.

       Mengobati pegal pada lansia melibatkan beberapa pendekatan, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan gejalanya. Sebelum memulai pengobatan, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. 

Beberapa cara umum untuk mengobati pegal pada lansia:

Pemanasan dan Peregangan:

  • Sebelum melakukan aktivitas fisik, pastikan untuk melakukan pemanasan dan peregangan otot secara perlahan.
  • Peregangan dapat membantu meningkatkan fleksibilitas otot dan mengurangi kekakuan.

Obat Analgesik atau Anti inflamasi:

  • Penggunaan obat analgesik (penghilang rasa sakit) atau antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan pada otot dan sendi.
  • Pemilihan obat harus sesuai dengan kondisi kesehatan dan rekomendasi dokter.

Terapi Fisik:

  • Fisioterapi dapat membantu melibatkan pasien dalam program latihan khusus yang dirancang untuk meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan mobilitas.
  • Terapis fisik juga dapat menggunakan teknik peregangan dan pijatan untuk meredakan pegal.

Pijatan:

  • Pijatan dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi ketegangan otot, dan memberikan rasa nyaman.
  • Pastikan pijatan dilakukan oleh profesional yang terlatih.

Pijatan dapat meningkatkan sirkulasi darah.
(Sumber: foto canva.com)

Penggunaan Panas atau Dingin:

  • Kompres panas atau dingin dapat memberikan bantuan untuk meredakan rasa pegal.
  • Panas dapat membantu mengurangi kekakuan otot, sementara dingin dapat membantu mengurangi peradangan.

Manajemen Stres:

Teknik manajemen stres, seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam, dapat membantu meredakan ketegangan otot dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Suplemen atau Obat Herbal:

Beberapa orang melaporkan manfaat dari suplemen atau obat herbal tertentu, seperti suplemen kalsium dan magnesium, tetapi perlu konsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya.

Konsultasi dengan Profesional Kesehatan:

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan untuk menilai penyebab pegal dan mendapatkan rekomendasi pengobatan yang sesuai.

Setiap kasus pegal pada lansia dapat bervariasi, dan pendekatan pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik individu. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis untuk mendapatkan perawatan yang tepat.



Sumber:

https://www.consultant360.com/content/myalgia-elderly-arthritis-or-something-else

https://www.verywellhealth.com/myalgia-overview-4584594

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/polymyalgia-rheumatica