Thursday, 7 March 2024

Glasgow Coma Scale (GCS), Menilai Tingkat Kesadaran.

        Glasgow Coma Scale (GCS) umumnya digunakan untuk menentukan tingkat keparahan cedera neurologis pada korban trauma. GCS memberikan skor dari 3 hingga 15 berdasarkan pembukaan mata pasien, ucapan, dan gerakan. Hal ini sering digunakan oleh penyedia pra-rumah sakit sebagai bagian dari pedoman dan algoritma triase trauma untuk menentukan tujuan yang paling tepat untuk pasien cedera.

Skala kesadaran, seperti skala Glasgow Coma Scale (GCS), adalah alat yang digunakan dalam bidang kedokteran untuk menilai tingkat kesadaran seseorang yang mengalami cedera kepala atau gangguan neurologis lainnya. Skala ini membantu tenaga medis dalam mengevaluasi respons motorik, respons verbal, dan respons mata terhadap rangsangan eksternal.

GCS sering digunakan dalam bidang kedokteran untuk menilai tingkat kesadaran seseorang.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Skala Glasgow Coma Scale (GCS) biasanya terdiri dari tiga komponen:

Respons Mata (Eye Response): Mengukur respons mata terhadap rangsangan. Skor yang mungkin diberikan adalah:

4: Membuka mata spontan
3: Membuka mata terhadap rangsangan verbal
2: Membuka mata terhadap nyeri
1: Tidak ada respons mata

Respons Verbal (Verbal Response): Mengukur respons verbal terhadap rangsangan. Skor yang mungkin diberikan adalah:

5: Respons orientasi dan percakapan yang benar
4: Respons yang membingungkan atau tidak tepat
3: Respons verbal tidak konsisten atau tidak sesuai
2: Respons verbal terbatas atau hanya isirahat
1: Tidak ada respons verbal

Respons Motorik (Motor Response): Mengukur respons motorik terhadap rangsangan. Skor yang mungkin diberikan adalah:

6: Menjalankan perintah motorik
5: Respons lokal nyeri
4: Respons umum nyeri
3: Flexion (gesit) ekstensi tidak beraturan
2: Ekstensi pada rangsangan nyeri
1: Tidak ada respons motorik

Skor maksimal yang dapat diberikan dalam Glasgow Coma Scale (GCS) adalah 15, yang menunjukkan tingkat kesadaran yang paling baik. Skor yang lebih rendah menunjukkan tingkat kesadaran yang lebih buruk, dengan skor 3 atau kurang sering menandakan keadaan koma.

Skala kesadaran seperti GCS penting dalam penilaian awal pasien dengan cedera kepala atau kondisi neurologis lainnya, karena membantu dalam menentukan tingkat keparahan dan memberikan panduan dalam penanganan pasien.

       Skala kesadaran, seperti skala Glasgow Coma Scale (GCS), memiliki manfaat penting bagi lansia dalam berbagai situasi, terutama dalam mengidentifikasi dan menilai tingkat keparahan cedera kepala atau gangguan neurologis. 

Beberapa manfaat utama dari penggunaan GCS untuk lansia meliputi:

Penilaian Keparahan Cedera Kepala: 
Lansia rentan terhadap cedera kepala karena risiko jatuh yang lebih tinggi atau kondisi kesehatan yang mendasari. Dengan menggunakan GCS, tenaga medis dapat mengevaluasi seberapa serius cedera kepala tersebut dengan memperhatikan respon mata, respon verbal, dan respon motorik pasien.

Pemantauan Perubahan Kondisi Neurologis:
Lansia sering mengalami perubahan status mental atau kondisi neurologis akibat penyakit seperti stroke atau penyakit neurodegeneratif. Dengan menggunakan GCS secara berkala, perubahan dalam tingkat kesadaran atau respons neurologis dapat dideteksi dengan cepat, memungkinkan intervensi medis yang tepat waktu.

Lansia sering mengalami perubahan kondisi neurologis.
(Sumber: foto canva.com)
Penilaian Kualitas Hidup dan Prognosis:
Pemantauan GCS dapat memberikan indikasi tentang kualitas hidup dan prognosis pasien lansia, terutama bagi mereka yang menderita kondisi neurologis kronis. Perubahan yang signifikan dalam skor GCS dapat memberikan informasi penting kepada tim medis dan keluarga tentang perkembangan penyakit dan kemungkinan hasilnya.

Penentuan Rencana Perawatan: 
Skor GCS dapat membantu dalam menentukan rencana perawatan yang tepat untuk pasien lansia, terutama dalam situasi darurat atau keadaan kritis. Informasi dari GCS dapat membantu dokter dalam membuat keputusan tentang pengelolaan cedera kepala, pengawasan pasien dengan gangguan neurologis, atau pengaturan perawatan paliatif.

Komunikasi Antar Tim Medis: 
GCS juga merupakan alat komunikasi yang standar di antara tim medis, memungkinkan pertukaran informasi yang jelas dan konsisten tentang tingkat kesadaran dan respons neurologis pasien lansia antara dokter, perawat, dan profesional kesehatan lainnya.

Dengan demikian, penggunaan GCS memberikan manfaat penting dalam penilaian dan manajemen pasien lansia, terutama dalam situasi darurat atau saat menghadapi gangguan neurologis yang mempengaruhi tingkat kesadaran.

       Skala kesadaran, seperti skala Glasgow Coma Scale (GCS), dapat digunakan pada lansia dalam berbagai situasi, terutama ketika ada kecurigaan akan gangguan neurologis atau cedera kepala. 

Beberapa situasi di mana penggunaan GCS pada lansia sangat penting:

Cedera Kepala: 
Saat seorang lansia mengalami cedera kepala akibat jatuh, kecelakaan, atau insiden lainnya, penting untuk segera menilai tingkat kesadaran mereka menggunakan GCS. Ini membantu menentukan keparahan cedera kepala dan menentukan langkah-langkah pengelolaan yang tepat.

Pasca-Operasi: 
Setelah operasi, terutama jika melibatkan sistem saraf pusat atau jika lansia mengalami komplikasi pasca-operasi, penggunaan GCS dapat membantu dalam memantau respons neurologis mereka dan memastikan tidak terjadi komplikasi serius.

Penilaian Stroke: 
Lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk stroke. Saat seorang lansia diduga mengalami stroke, GCS dapat digunakan untuk menilai tingkat kesadaran mereka dan membantu dalam penentuan jenis stroke serta rencana pengelolaan yang sesuai.

Gangguan Neurologis Lainnya:
Ketika lansia mengalami gangguan neurologis lainnya seperti serangan epilepsi, ensefalitis, atau kondisi neurologis degeneratif, penggunaan GCS dapat membantu dalam memantau respons neurologis mereka seiring waktu dan menentukan tingkat keparahan kondisi.

Pemantauan Kesehatan Umum: 
Selain itu, dalam situasi-situasi darurat medis atau saat lansia dalam keadaan kritis, penggunaan GCS dapat membantu dalam pemantauan kesehatan umum mereka dan membantu dalam pengambilan keputusan tentang manajemen perawatan yang tepat.

Penggunaan GCS dapat membantu dalam pemantauan kesehatan umum.
(Sumber: foto canva.com)

Dalam semua situasi di atas, penggunaan GCS pada lansia membantu dalam mengevaluasi tingkat kesadaran dan respons neurologis mereka, yang penting untuk menentukan diagnosis, rencana perawatan, dan prognosis. Penting untuk dilakukan dengan hati-hati dan secara berkala untuk memantau perubahan status neurologis yang mungkin terjadi.

Beberapa langkah penggunaan Skala kesadaran, seperti Glasgow Coma Scale (GCS) :

Pertimbangkan Faktor Kontekstual: 
Sebelum menggunakan GCS pada lansia, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor kontekstual seperti kondisi fisik dan mental pasien, riwayat medis mereka, serta faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi respons kesadaran mereka.

Persiapan Alat dan Lingkungan:
Pastikan lingkungan tempat pasien berada aman dan tenang. Siapkan alat yang diperlukan untuk mengukur respons mata, respons verbal, dan respons motorik sesuai dengan skala GCS.

Evaluasi Respons Mata: 
Ajukan rangsangan dengan cara membuka mata pasien dan perhatikan respons mereka. Catat skor sesuai dengan respons yang diamati, apakah pasien membuka mata spontan, terhadap rangsangan verbal, atau terhadap nyeri.

Evaluasi Respons Verbal: 
Ajukan pertanyaan sederhana atau perintah verbal kepada pasien dan perhatikan respons mereka. Catat skor sesuai dengan respons verbal yang diamati, apakah respons mereka sesuai dan orientasi, bingung, atau tidak ada respons.

Evaluasi Respons Motorik: 
Ajukan rangsangan nyeri ringan, seperti menekan kuku jari atau meremas bahu dengan lembut, dan perhatikan respons motorik pasien. Catat skor sesuai dengan respons motorik yang diamati, apakah responsnya kooperatif, lokal terhadap nyeri, atau umum terhadap nyeri.

Hitung Total Skor: 
Jumlahkan skor untuk respons mata, respons verbal, dan respons motorik untuk mendapatkan skor total GCS pasien. Skor maksimal yang dapat diberikan adalah 15, yang menunjukkan tingkat kesadaran yang paling baik.

Interpretasi Hasil: Hasil skor GCS memberikan indikasi tentang tingkat kesadaran pasien. Skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kesadaran yang lebih baik, sedangkan skor yang lebih rendah menunjukkan tingkat kesadaran yang lebih buruk.

Monitoring dan Catatan: 
Lakukan pemantauan teratur menggunakan GCS untuk memantau perubahan respons kesadaran dan respons neurologis pasien seiring waktu. Catat skor GCS pada catatan medis pasien.

GCS adalah alat evaluasi yang penting, tetapi tidaklah sempurna. Penilaian kesadaran pasien harus selalu dilakukan secara komprehensif dan menggunakan alat evaluasi tambahan jika diperlukan, terutama dalam situasi medis yang kompleks atau ambigu.





Sumber:







Wednesday, 6 March 2024

Tanda-tanda Masa Kritis pada Lansia, Penting dan Butuh Medis Segera.

            Masa kritis pada pasien lansia merujuk pada periode di mana mereka rentan mengalami penurunan kesehatan yang signifikan atau bahkan keadaan darurat medis yang mengancam jiwa. Pasien lansia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai kondisi medis serius karena faktor-faktor seperti penurunan fungsi organ, penurunan daya tahan tubuh, dan adanya penyakit kronis. Masa kritis pada pasien lansia dapat berkaitan dengan berbagai kondisi, mulai dari penyakit jantung, stroke, infeksi, hingga kecelakaan dan cedera.

Tanda-tanda kritis pada lansia penurunan kesehatan yang signifikan.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan masa kritis pada pasien lansia adalah "geriatric emergency" atau "geriatric crisis." Istilah ini mengacu pada situasi darurat medis yang timbul pada orang lanjut usia dan memerlukan penanganan segera. Dalam konteks perawatan medis geriatrik, penggunaan istilah ini membantu memfokuskan perhatian pada kebutuhan khusus dan risiko yang dimiliki oleh populasi lansia dalam menghadapi kondisi darurat medis.

Keadaan darurat yang menimpa pasien lanjut usia biasanya dibagi menjadi dua kategori: medis dan bedah. Kondisi seperti serangan jantung koroner, stroke, masalah pernafasan, dan sepsis adalah contoh dari apa yang dianggap sebagai keadaan darurat medis. 

Fraktur, dislokasi, dan kejadian traumatis lainnya adalah contoh kejadian yang termasuk dalam kategori darurat bedah. Karena perubahan fisik yang terjadi seiring bertambahnya usia, orang yang berusia di atas 65 tahun memiliki risiko jatuh yang lebih besar dibandingkan orang yang lebih muda. 

Penting bagi tenaga medis dan keluarga pasien lansia untuk mengenali tanda-tanda masa kritis dan segera mencari bantuan medis jika diperlukan. Pencegahan dengan mengelola kondisi kesehatan secara menyeluruh, memantau gejala, serta memperhatikan perubahan kondisi fisik dan mental juga penting dalam upaya mengurangi risiko masa kritis pada pasien lansia.

Tanda-tanda masa kritis pada pasien lansia dapat bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan yang mendasarinya. 

Tanda-tanda kritis lansia dapat bervariasi sesuai dengan penyakit yang mendasari.
(Sumber: foto canva.com)

Beberapa tanda umum yang mungkin menandakan situasi kritis pada pasien lansia meliputi:

Perubahan status mental: 
Ini bisa mencakup kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, perubahan perilaku yang tiba-tiba, atau kelelahan yang tidak biasa.

Gangguan pernapasan: 
Kesulitan bernapas, sesak napas, atau napas pendek yang tidak biasa bisa menjadi tanda-tanda masalah pernapasan serius.

Nyeri dada: 
Nyeri dada yang tiba-tiba atau berat bisa menjadi tanda serangan jantung atau masalah kardiovaskular lainnya.

Tekanan darah tinggi atau rendah:
Perubahan tiba-tiba dalam tekanan darah dapat menunjukkan masalah kesehatan yang serius.

Demam tinggi: 
Demam yang tinggi bisa menandakan infeksi serius atau kondisi kesehatan lainnya.
Nyeri atau ketidaknyamanan yang signifikan: Nyeri yang hebat atau ketidaknyamanan yang tidak biasa bisa menandakan keadaan darurat medis.

Perubahan warna kulit: 
Kulit pucat, biru, atau kemerahan secara tiba-tiba bisa menandakan masalah sirkulasi atau pernapasan yang serius.

Mual atau muntah yang berulang:
Mual atau muntah yang berkepanjangan atau parah bisa menjadi tanda gangguan pencernaan atau masalah kesehatan lainnya.

Mual atau muntah pada lansia
(Sumber: foto canva.com)

✅ Tanda-tanda ini tidak selalu berarti terjadi situasi kritis, tetapi jika salah satu dari tanda-tanda ini muncul, segera cari bantuan medis untuk penilaian dan penanganan yang tepat.

       Tanda-tanda vital yang menjadi perhatian khusus pada lansia selama masa kritis mencakup parameter-parameter standar seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan laju pernapasan. Perubahan dramatis dalam tanda-tanda vital ini dapat mengindikasikan kondisi kritis yang memerlukan perhatian medis segera. 

Beberapa tanda vital yang dapat menjadi perhatian khusus pada lansia selama masa kritis:

Tekanan Darah:
Penurunan atau peningkatan tekanan darah yang signifikan dari nilai baseline dapat menunjukkan masalah sirkulasi atau tekanan darah tinggi atau rendah yang memerlukan penanganan cepat.

Denyut Nadi:
Detak jantung yang sangat cepat, lambat, atau tidak teratur dapat menjadi tanda masalah kardiovaskular serius.

Suhu Tubuh:
Suhu tubuh yang tinggi atau rendah di luar rentang normal dapat menunjukkan infeksi atau masalah termoregulasi.

Laju Pernapasan:
Peningkatan laju pernapasan atau kesulitan bernapas dapat mengindikasikan masalah pernapasan seperti pneumonia atau kegagalan pernapasan.

Oksigenasi:
Pengukuran tingkat oksigen dalam darah (SpO2) penting untuk menilai tingkat oksigenasi tubuh. Penurunan kadar oksigen dapat menandakan masalah pernapasan atau sirkulasi.

Gula Darah:
Monitoring gula darah menjadi penting, terutama pada lansia dengan diabetes. Kadar gula darah yang tidak terkendali dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Kesadaran:
Skala kesadaran, seperti skala Glasgow Coma Scale (GCS), digunakan untuk menilai tingkat kesadaran. Perubahan tiba-tiba dalam tingkat kesadaran dapat mengindikasikan masalah neurologis atau kegawatan lainnya.

Perubahan signifikan dalam tanda-tanda vital ini pada lansia selama masa kritis memerlukan penilaian dan intervensi medis segera untuk memahami penyebab dan memberikan perawatan yang sesuai. Penting untuk selalu memperhatikan nilai-nilai tanda vital dan meresponsnya sesuai dengan protokol medis yang berlaku.

       Beberapa penyakit yang umum pada lansia memiliki potensi untuk memasuki masa kritis, yang jika tidak ditangani dengan cepat dapat mengancam jiwa. 

Beberapa di antaranya meliputi:

Penyakit Jantung:
Lansia memiliki risiko lebih tinggi untuk penyakit jantung seperti serangan jantung atau gagal jantung. Masa kritis pada penyakit jantung bisa terjadi saat timbulnya serangan jantung akut atau kegagalan jantung yang membutuhkan penanganan medis segera.

Stroke:
Stroke adalah kondisi darurat medis yang dapat terjadi pada lansia dan membutuhkan penanganan segera untuk mencegah kerusakan otak permanen atau kematian.

Stroke adalah kondisi darurat medis yang terjadi pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK):
Lansia yang menderita PPOK memiliki risiko lebih tinggi untuk kegagalan pernapasan akut atau eksaserbasi yang dapat mengarah pada situasi kritis.

Infeksi Paru-paru:
Infeksi paru-paru seperti pneumonia dapat menyebabkan komplikasi serius pada lansia dan memasuki masa kritis jika tidak diobati dengan cepat.

Penyakit Ginjal Kronis:
Lansia dengan penyakit ginjal kronis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kegagalan ginjal akut yang memasuki masa kritis dan membutuhkan penanganan segera seperti dialisis.

Penyakit Diabetes: 
Komplikasi akut dari diabetes seperti ketoasidosis diabetik atau hipoglikemia yang parah dapat memasuki masa kritis pada lansia yang menderita penyakit ini.

Kanker:
Lansia dengan kanker yang mengalami komplikasi seperti perdarahan internal atau obstruksi usus dapat memasuki masa kritis dan memerlukan intervensi medis segera.

Penyakit-penyakit ini tidak eksklusif untuk lansia, tetapi lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi serius yang memasuki masa kritis karena faktor-faktor seperti penurunan daya tahan tubuh dan penurunan fungsi organ. Oleh karena itu, pemantauan teratur oleh profesional medis dan pengelolaan kondisi kesehatan secara menyeluruh penting untuk mencegah masuknya masa kritis pada lansia.

Mengetahui masa kritis pada lansia memiliki beberapa manfaat penting:

Deteksi Dini dan Tindakan Cepat: 
Mengetahui tanda-tanda masa kritis pada lansia memungkinkan deteksi dini kondisi medis yang serius. Dengan deteksi dini, tindakan medis dapat diambil lebih cepat, yang dapat meningkatkan peluang pemulihan atau mengurangi risiko komplikasi yang serius.

Pencegahan Komplikasi Serius:
Mengetahui kapan lansia memasuki masa kritis memungkinkan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi serius. Tindakan pencegahan seperti pengaturan obat, pengelolaan diet, dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi risiko kondisi kritis.

Pemantauan Kesehatan yang Lebih Efektif:
Mengetahui masa kritis memungkinkan bagi tenaga medis dan keluarga untuk melakukan pemantauan kesehatan yang lebih efektif pada lansia. Pemantauan yang rutin dapat membantu mendeteksi perubahan yang mungkin menandakan masalah kesehatan yang memasuki masa kritis.

Penyusunan Rencana Perawatan yang Lebih Efektif: 
Mengetahui masa kritis memungkinkan untuk menyusun rencana perawatan yang lebih efektif dan tepat waktu. Rencana perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu lansia dapat membantu memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan medis yang sesuai dengan kondisi kesehatan mereka.

Pengurangan Beban Emosional:
Mengetahui masa kritis pada lansia juga membantu mengurangi beban emosional bagi keluarga dan orang-orang yang peduli terhadap mereka. Dengan mengetahui tanda-tanda masa kritis dan tindakan yang diperlukan, keluarga dapat merasa lebih siap secara emosional untuk menghadapi situasi yang mungkin timbul.

Dengan demikian, mengetahui masa kritis pada lansia sangat penting untuk memastikan perawatan kesehatan yang tepat waktu dan efektif, serta untuk memaksimalkan kualitas hidup mereka.




Sumber:


https://www.stjosephshealth.org/clinical-focuses/emergency-trauma-services/item/1660-geriatric

https://www.icliniq.com/articles/geriatric-health/geriatric-emergency-care



Tuesday, 5 March 2024

Kebosanan Eksistensial pada Lansia, Kurangnya Arti Hidup.

        Novelis Amerika Philip Roth menulis bahwa “usia tua bukanlah sebuah pertempuran, usia tua adalah pembantaian”. Jika kita hidup cukup lama, kita bisa kehilangan identitas, kemampuan fisik, pasangan, teman, dan karier.

Bagi sebagian orang, hal ini menimbulkan perasaan yang mengakar bahwa kehidupan telah kehilangan maknanya, dan bahwa alat yang kita perlukan untuk membangun kembali tujuan hidup tidak dapat diperbaiki lagi.

Lansia harus aktif dalam pekerjaan sukareala agar tidak terjadi kebosanan eksistensial.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Fenomena di mana seseorang merasa bosan hidup karena mereka merasa telah hidup terlalu lama atau kehilangan tujuan dalam hidupnya dapat disebut dengan istilah "kebosanan eksistensial" atau "kehampaan eksistensial". Ini sering terjadi pada lansia, terutama pada mereka yang mengalami perubahan besar dalam kehidupan mereka.

Kebosanan eksistensial adalah istilah psikologis yang menggambarkan perasaan kekosongan, kurangnya arti hidup, atau kurangnya minat dalam kehidupan yang dialami oleh seseorang. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perasaan kehilangan identitas atau peran yang sebelumnya mereka miliki, perasaan tidak berdaya atau tidak berharga, atau ketidakmampuan untuk menemukan tujuan atau makna dalam hidup mereka.

Beberapa alasan mengapa ada lansia yang merasa bosan hidup karena hidup terlalu lama, mungkin termasuk:

Kehilangan Pasangan Hidup: 
Kehilangan pasangan hidup bisa menjadi pukulan emosional yang besar bagi seseorang, dan bisa menyebabkan perasaan kesepian, kekosongan, atau kurangnya motivasi dalam hidup.

Pensiun: 
Pensiun dari pekerjaan yang memberi arti atau struktur dalam hidup mereka dapat membuat seseorang merasa kehilangan tujuan atau identitas mereka.

Kesehatan Fisik dan Mental:
Penurunan kesehatan fisik atau mental dapat menghambat kemampuan seseorang untuk menikmati aktivitas atau hubungan sosial, menyebabkan perasaan kebosanan atau kekosongan.

Kehilangan Kemandirian: 
Kehilangan kemandirian fisik atau mental juga dapat membuat seseorang merasa terjebak atau tidak memiliki kendali dalam hidup mereka sendiri.

Kurangnya Aktivitas Sosial atau Hobi:
Kurangnya aktivitas sosial atau hobi yang memenuhi dapat menyebabkan perasaan kebosanan atau kehilangan minat dalam hidup.

Kondisi Lingkungan yang Tidak Mendukung:
Lingkungan yang kurang mendukung atau tidak merangsang secara mental juga dapat menyebabkan perasaan kebosanan atau kehilangan minat.

Lingkungan kurang mendukung lansia untuk interaksi sosial.
(Sumber: foto canva.com)

       Ciri-ciri lansia yang mungkin terkena kebosanan eksistensial bisa bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, tetapi beberapa ciri umum yang mungkin terlihat adalah:

Kurangnya minat atau semangat dalam aktivitas sehari-hari: 
Lansia yang mengalami kebosanan eksistensial mungkin kehilangan minat atau semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang sebelumnya mereka nikmati.

Perasaan kekosongan atau hampa:
Mereka mungkin merasa kekosongan dalam hidup mereka, merasa seperti mereka tidak memiliki tujuan atau arti dalam kehidupan mereka.

Perasaan kehilangan identitas atau peran: 
Lansia yang terkena kebosanan eksistensial mungkin merasa kehilangan identitas atau peran yang mereka miliki sebelumnya, seperti peran profesional atau peran dalam keluarga.

Kurangnya motivasi atau tujuan dalam hidup:
Mereka mungkin kehilangan motivasi untuk mencapai tujuan atau melakukan hal-hal yang mereka anggap penting dalam hidup mereka.

Perasaan kesepian atau isolasi:
Lansia dengan kebosanan eksistensial mungkin merasa terisolasi sosial atau kesepian karena kurangnya koneksi emosional atau hubungan sosial yang memenuhi.

Perubahan dalam pola tidur atau nafsu makan: 
Kebosanan eksistensial dapat memengaruhi pola tidur atau nafsu makan seseorang, yang bisa menjadi terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Merasa tidak berdaya atau tidak berharga: 
Mereka mungkin merasa tidak berdaya atau tidak berharga dalam mencapai sesuatu dalam hidup mereka.

Merasa tidak berdaya atau berharga.
(Sumber: foto canva.com)
Kurangnya minat dalam menjalin hubungan baru atau mengeksplorasi kegiatan baru: 
Lansia yang terkena kebosanan eksistensial mungkin enggan untuk menjalin hubungan baru atau mencoba hal-hal baru karena kurangnya minat atau semangat.

💬 Gejala-gejala ini tidak selalu menunjukkan kebosanan eksistensial secara langsung, dan bisa juga menjadi tanda dari kondisi kesehatan mental lainnya.  

       Mengatasi kebosanan eksistensial pada lansia melibatkan berbagai strategi yang bertujuan untuk mengembalikan rasa makna, minat, dan tujuan dalam hidup mereka. 

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu:

Temukan Hobi atau Kegiatan Baru:
Mendorong lansia untuk menemukan hobi atau kegiatan baru yang menarik bagi mereka dapat membantu mengisi waktu mereka dengan aktivitas yang memenuhi dan memberikan rasa pencapaian. Ini bisa termasuk bergabung dengan klub atau komunitas yang memiliki minat yang sama.

Terlibat dalam Aktivitas Sosial: 
Mendorong keterlibatan sosial dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan isolasi sosial. Lansia dapat terlibat dalam kegiatan komunitas, bergabung dengan kelompok dukungan, atau menjalin hubungan dengan orang-orang sebaya.

Menetapkan Tujuan atau Proyek: 
Membantu lansia menetapkan tujuan atau proyek baru dalam hidup mereka dapat memberikan fokus dan motivasi yang diperlukan. Ini bisa termasuk tujuan pendidikan, keterlibatan dalam pekerjaan sukarela, atau mengejar impian yang belum tercapai.

Jaga Kesehatan Mental dan Emosional:
Mendorong lansia untuk merawat kesehatan mental dan emosional mereka adalah langkah penting. Ini bisa mencakup berbicara dengan seorang konselor atau terapis, berpartisipasi dalam program pelatihan keterampilan kehidupan, atau mempelajari teknik relaksasi dan meditasi.

Mempertahankan Keterlibatan Sosial: 
Menjaga keterlibatan sosial yang ada atau membangun kembali hubungan dengan teman-teman lama dan keluarga dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan meningkatkan kesejahteraan emosional.

Pertimbangkan Pekerjaan Sukarela: 
Terlibat dalam pekerjaan sukarela atau membantu komunitas lokal dapat memberikan rasa pencapaian dan memberikan struktur dalam kehidupan sehari-hari.

Tetap Aktif dan Terlibat: 
Tetap aktif secara fisik dan mental dengan menjaga rutinitas harian yang sehat, seperti berolahraga teratur, menjaga diet seimbang, dan berpartisipasi dalam aktivitas kognitif seperti teka-teki atau permainan otak, dapat membantu menjaga kesehatan mental dan emosional.

Lansia tetap aktif dan terlibat dalam kegiatan rutin.
(Sumber: foto canva.com)

Pertimbangkan Konseling atau Terapi: 
Jika kebosanan eksistensial menyebabkan perasaan yang sangat kuat atau mempengaruhi kesejahteraan secara signifikan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental atau terapis.

Setiap individu mungkin merespons berbeda terhadap strategi-strategi ini, jadi penting untuk menyesuaikan pendekatan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi lansia tersebut. Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan juga penting dalam membantu lansia mengatasi kebosanan eksistensial.


Sumber:

https://www.nytimes.com/2006/05/07/books/review/07gord.html

https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2023010917140219_0088.pdf

https://bmcgeriatr.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12877-017-0533-1

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5990949/