Friday 5 April 2024

Jangan Mengucapkan ini pada Lansia

          Tidak ada orang dewasa yang mungkin tidak mengingat orang tua mereka memberikan pisang kepada mereka saat mereka masih kecil dan remaja. Orang tua cenderung mengungkit masa lalu kita selama masa tersebut. Namun, seiring bertambahnya usia orang tua, peran dan hubungan kita dengan mereka dapat berubah, terutama dalam kasus-kasus di mana orang tua mulai mengalami gangguan kognitif seperti demensia atau Alzheimer.

Beberapa lansia mungkin lupa nama anggota keluarga.
(Sumber: foto canva.com)

Ketika kita menyaksikan orang tua mengalami kehilangan ingatan dan kemandulan, ini dapat menjadi tantangan yang sulit bagi semua pihak terlibat. Meskipun situasinya mungkin terlihat sepele, sangat penting untuk menjaga kepekaan terhadap bahasa dan interaksi kita dengan mereka.

Beberapa kiat untuk menyadari hal-hal yang sebaiknya tidak diucapkan kepada  lansia :

 1. “Ini mudah —mengapa kamu kesulitan melakukannya?”

Usia seseorang tidak mengurangi keinginan mereka untuk dihormati dan diakui kemampuannya dalam menjalankan tugas-tugas sehari-hari dengan standar yang dianggap normal. Banyak individu pada tahap lanjut usia menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang mungkin dianggap sederhana selama masa ini. Oleh karena itu, menyampaikan pernyataan yang merendahkan atau membuat mereka merasa tidak mampu hanya akan memperdalam perasaan penolakan dan frustrasi mereka. 

Kata-kata yang kasar sering kali mengecewakan lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Pendekatan yang lebih efektif adalah dengan mengamalkan kesabaran dan menggunakan berbagai cara untuk menjelaskan informasi atau memberikan instruksi untuk tugas-tugas yang mungkin terlupakan oleh mereka. Penggunaan kata-kata yang menunjukkan pengertian dan kesabaran dalam interaksi dengan lansia sangatlah bermanfaat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghormati mereka.
 
2.“Kamu sudah memberitahuku hal itu.” atau “Kita sudah melalui ini.”

Secara alami, individu lanjut usia sering mengalami gangguan daya ingat. Ketika mereka mengalami penurunan kognitif yang didiagnosis, sering kali terjadi pengulangan informasi yang sama secara berulang. Meskipun pengulangan ini dapat menimbulkan rasa frustrasi, penting untuk diingat bahwa individu tersebut mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah menyampaikan informasi yang sama kepada Anda sebelumnya. 

Bagi mereka, setiap pengulangan tampak seperti penyampaian informasi baru. Anggota keluarga dari individu yang menderita demensia sering kali merasakan kekuatan kenangan dan merasa senang untuk berbagi cerita dengan orang-orang terdekat mereka. Bagi mereka, berbagi kenangan adalah bagian dari proses terapeutik. Oleh karena itu, bersikaplah dengan baik dan tunjukkan senyum saat mendengarkan cerita-cerita itu, meskipun sudah didengar sebelumnya. Temukan humor dalam situasi ini, karena hal ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat.

3. “Bagaimana bisa kamu tidak ingat nama anggota keluargamu sendiri?”

Terkadang, kesulitan mengingat nama bisa menjadi pengalaman umum bagi sebagian individu, dan situasi ini dapat menjadi lebih menantang bagi orang tua, terutama jika mereka mengalami kondisi seperti demensia atau Alzheimer. Ketika kesulitan mengingat nama, termasuk nama anggota keluarga, terjadi, hal ini dapat menimbulkan stres yang signifikan. 

Lansia mungkin lupa dengan nama anaknya sendiri.
(Sumber: foto canva.com)
Bahkan, individu mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat nama anaknya sendiri. Dalam situasi ini, penting untuk menjaga sensitivitas dan tidak mengoreksi atau menunjukkan kekurangan dengan nada yang sarkastik. Sebagai gantinya, penting untuk mengingatkan mereka dengan lembut tentang identitas orang yang dimaksud dan melanjutkan kehidupan sehari-hari dengan penuh pengertian dan dukungan.

4. “Apa hubungannya dengan hal ini?-- tidak nyambung”

Apabila orang tua mengemukakan cerita-cerita yang tidak berkaitan dengan konteks percakapan saat ini, penting untuk diingat bahwa mereka mungkin memiliki alasan tertentu meskipun kita tidak selalu mengetahui motifnya secara langsung. Dalam situasi ini, pendekatan yang disarankan adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat membantu memahami pemikiran mereka.

Dengan kesabaran dan kelembutan, Anda dapat menanyakan apa yang memicu ingatan mereka terkait cerita atau kenangan yang diungkapkan. Proses bertanya seperti ini mungkin memungkinkan mereka untuk menjelaskan atau menguraikan alur pikiran mereka, yang pada gilirannya dapat membantu memahami konteks cerita yang dibagikan.

5. “Aku ingin warisan saat kamu meninggal.”

Mengungkapkan wasiat atau kemungkinan warisan dengan mengatakan kalimat seperti itu bukanlah pendekatan yang tepat. Seiring bertambahnya usia orang tua, anak-anak yang telah dewasa mungkin mulai merenungkan tentang harta atau harta warisan yang mereka peroleh jika orang tua mereka meninggal. Meskipun wajar untuk membahas topik ini, penting untuk melakukannya dengan penuh sensitivitas dan kebijaksanaan. 

Tidak ada yang ingin merasa bahwa keberadaannya hanya dihubungkan dengan aset atau harta warisan orang lain. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan akal sehat dalam menghadapi situasi ini dan menghindari ungkapan yang menimbulkan kesan tidak sensitif atau tidak hormat terhadap nilai-nilai keluarga dan hubungan yang lebih dalam.

6. "Itu tidak sesuai dengan usia."

"Apakah artinya itu?" merupakan pertanyaan yang mengundang refleksi dalam konteks sosial. Jika seseorang yang berusia enam puluhan ingin mengenakan rok mini dan merasa nyaman melakukannya, pertanyaannya adalah mengapa hal tersebut menjadi penting bagi orang lain? Di mana aturan tertulis yang menyatakan bahwa orang lanjut usia tidak boleh mengekspresikan diri mereka dengan cara yang mereka sukai, seperti menari di depan umum, mengendarai mobil sport, atau keluar rumah lewat tengah malam? 

Lansia boleh menari di depan umum dan sebagainya.
(Sumber: foto canva.com)
Menikmati kehidupan dan bersenang-senang bukanlah hak eksklusif kaum muda; orang tua juga berhak untuk menikmati hal-hal yang membuat mereka bahagia dan puas. Dengan demikian, mereka akan sangat menghargai jika kita, sebagai generasi lebih muda, tidak hanya memperhatikan kebutuhan dan keinginan kita sendiri, tetapi juga memberikan ruang dan dukungan untuk mereka mengekspresikan diri tanpa batasan usia yang kaku.

7. "Kakek menggemaskan."

Anak anjing, bayi, dan anak kucing yang dilengkapi dengan mainan dianggap menggemaskan. Namun, penggunaan istilah "menggemaskan" untuk menggambarkan individu yang lebih tua, seperti halnya "imut" untuk  bayi, dapat dianggap merendahkan dan kurang menghormati. Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari penggunaan istilah-istilah tersebut ketika berbicara tentang seseorang yang layak untuk dihormati. Diharapkan bahwa kalimat ini mempertegas pentingnya menggunakan bahasa yang penuh penghargaan dan sensitivitas dalam berkomunikasi.

Jangan menggunaan kata-kata yang tidak pantas saat berkomunikasi dengan lansia, pertama, penting untuk menggunakan bahasa yang penuh penghargaan dan menghormati. Hindari menggunakan kata-kata yang merendahkan atau melecehkan, dan pertimbangkan kebutuhan serta preferensi individu.

Hindari stereotip dan generalisasi negatif tentang lansia, dan gunakan bahasa yang jelas serta terbuka. Berbicara dengan lembut dan sabar juga penting, dan hindari mengingatkan tentang keterbatasan fisik atau mental mereka. Fokuslah pada kemampuan dan keberhasilan mereka. 



Sumber:






No comments:

Post a Comment