Wednesday, 7 February 2024

Rumah Aman untuk Lansia, Renovasi atau Membeli Rumah Baru.

       Mereka yang berusia lebih tua terkadang menghadapi tantangan berbeda ketika ingin tetap mandiri. Hal ini dapat berkisar dari masalah mobilitas, masalah medis, kesepian hingga hal-hal sederhana seperti memberi makan hewan peliharaan. Diurutan teratas tentu saja adalah keamanan rumah, karena jika rumah tidak aman, akan lebih sulit bagi Anda untuk tetap mandiri di masa depan.

Dengan semakin banyaknya lansia yang memilih untuk menua di rumah, penting bagi keluarga untuk mempertimbangkan tindakan pencegahan untuk membantu memastikan bahwa rumah orang yang mereka cintai tetap aman. 

Banyak lansia menua di rumah, perlu tindakan agar rumah aman untuk lansia.
(SumberL foto pens 49 ceria)

Membuat daftar periksa keselamatan dari ruangan ke ruangan dapat mengurangi risiko jatuh dan mencegah cedera. Melakukan upaya sadar untuk mengikuti langkah-langkah keselamatan, dikombinasikan dengan layanan suportif, dapat membantu lansia menua lebih lama.

Rumah aman untuk lansia adalah suatu lingkungan atau tempat tinggal yang dirancang dan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan khusus orang lanjut usia. Pengertian ini mencakup berbagai aspek, termasuk keamanan fisik, kenyamanan, aksesibilitas, dan dukungan sosial. 

Beberapa karakteristik yang mungkin dimiliki oleh rumah aman untuk lansia:

Keamanan Fisik:

  • Pemasangan pegangan atau handrail di area-area yang memerlukan bantuan tambahan, seperti kamar mandi atau tangga.
  • Pemasangan lampu yang cukup terang di area-area yang sering digunakan oleh lansia untuk mencegah kecelakaan akibat ketidakmampuan melihat dengan jelas.

Lansia merasa aman karena kelengkapan handrail dan penerangan.
(Sumber: canva.com)
Aksesibilitas:

  • Rancangan interior yang ramah lansia, dengan sedikit atau tanpa rintangan fisik, seperti tangga yang curam atau pintu yang sulit dibuka.
  • Lantai yang tidak licin untuk mencegah jatuh.

Kenyamanan:

  • Penyediaan furnitur yang nyaman dan mudah diakses.
  • Sistem pemanasan dan pendinginan yang efisien dan dapat diatur sesuai kebutuhan pribadi.

Dukungan Sosial:

  • Ketersediaan ruang bersosialisasi yang nyaman untuk pertemuan dengan teman, keluarga, atau anggota komunitas.
  • Komunikasi yang baik dengan lingkungan sekitar dan jaringan sosial yang kuat.

Pelayanan Kesehatan:

  • Akses yang mudah ke fasilitas kesehatan dan layanan medis.
  • Penyediaan ruang atau fasilitas untuk perawatan kesehatan yang mungkin dibutuhkan, seperti ruang khusus untuk perawatan atau penyimpanan obat-obatan.

Teknologi Pintar:

  • Pemanfaatan teknologi pintar, seperti sensor keamanan, pemberitahuan otomatis, atau perangkat pintar lainnya yang dapat membantu memantau dan meningkatkan keamanan lansia di rumah.

💬 Setiap lansia memiliki kebutuhan yang berbeda, dan rumah aman dapat diadaptasi sesuai dengan kebutuhan individu. Desain rumah yang memperhatikan aspek-aspek tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian lansia di lingkungan rumah mereka.

Beberapa Kiat Keselamatan dan Meminimalkan Kemungkinan Jatuh Lansia:

Hilangkan bahaya tersandung. 
Permadani, kabel listrik, meja rendah, dan sandaran semuanya berisiko. Pasang lantai anti selip, dan tutupi semua kabel dan kawat.

Pasang lantai anti slip agar lansia tidak terpeleset.
(Sumber: foto canva.com)

Pasang pegangan kamar mandi. 
Batang pegangan dapat dibeli di toko perangkat keras dan dipasang oleh pekerja mandiri, tukang ledeng, atau spesialis keselamatan rumah.

Sediakan tempat duduk yang mudah. 
Bangku dapur dan pancuran memudahkan lansia dalam melakukan  aktivitas sehari-hari , seperti memasak dan mandi.

Periksa ambang batas.
lantai yang ditinggikan di antara ruangan dapat menimbulkan bahaya tersandung. Tanyakan kepada pakar keselamatan tentang perataan ambang batas atau penambahan jalur landai atau pegangan tangan dalam ruangan.

Ruang luar ruangan. 
Periksa jalan masuk apakah ada retakan dan pastikan ada jalur yang jelas ke kotak surat. Hilangkan bahaya tersandung di halaman seperti batu dan akar.

Beberapa tip yang bermanfaat untuk rumah aman lansia:
 
Furniture :
  • Pastikan furnitur berat diamankan dengan aman untuk menghindari terjungkal .
  • Pertimbangkan untuk memindahkan atau memindahkan meja atau furnitur di tingkat rendah untuk mencegah tersandung
  • Simpan stasiun pengisian daya di sebelah area duduk untuk memudahkan akses ke perangkat
  • Jika menggunakan permadani, pastikan permadani terpasang di lantai dan ujung-ujungnya tidak tersangkut di bawah kaki atau alat bantu berjalan.
  • Waspadai hewan peliharaan Anda, seperti: kucing atau anjing.
Rumah berlantai 2:
  • Tambahkan penutup tapak anti selip ke anak tangga
  • Gunakan pencahayaan deteksi gerakan untuk menerangi aula dan tangga
  • Pasang pegangan tangan di seluruh aula dan menaiki tangga
  • Pertimbangkan memasang lift tangga (jika diperlukan)
  • Pindahkan kabel yang melintasi area dengan lalu lintas tinggi untuk mencegah tersandung
  • Jika ada ambang batas atau lantai yang tidak rata, gunakan selotip berwarna terang untuk menandai bahayanya
Tambahkan penutup tapak anti slip pada anak tangga.
(Sumber: foto canva.com)

Dapur:
  • Rawat detektor asap dan karbon monoksida sesuai instruksi pabrik
  • Periksa peralatan apakah ada kabel yang rusak dan pastikan semuanya berfungsi dengan baik
  • Jaga agar nomor telepon pengendalian racun dapat diakses
  • Kenakan pakaian yang sesuai saat memasak (lengan pendek dan bahan tahan api)
  • Belilah sarung tangan pelindung anti potong dan talenan karet
Kamar Mandi:
  • Pasang pegangan di dekat toilet dan di area pancuran atau bak mandi
  • Tambahkan pegangan ke dasar bak mandi atau pancuran
  • Masukkan kursi atau bangku mandi
  • Ganti toilet yang rendah dengan yang lebih tinggi, atau tambahkan dudukan toilet yang ditinggikan
  • Kencangkan keset kamar mandi atau permadani anti selip ke lantai
  • Pasang keran yang tahan lama dan mudah digunakan (pertimbangkan untuk menggunakan keran dengan satu pegangan)
Kamar Tidur:
  • Pastikan tempat tidur mudah untuk masuk dan keluar (simpan bangku kecil di dekat tempat tidur untuk akses ke tempat tidur)
  • Jaga agar ruangan bebas dari kekacauan untuk tidur yang lebih nyenyak
  • Isi daya perangkat yang diperlukan untuk memantau tidur dan kesehatan sebelum tidur
  • Simpan telepon di dekat Anda jika terjadi keadaan darurat di malam hari
  • Pertimbangkan untuk membeli tempat tidur yang dapat disesuaikan untuk meningkatkan kenyamanan tidur (jika diperlukan)
Beberapa Kiat Perubahan yang dapat dikerjakan Sendiri dengan Biaya Rendah:

• Tambahkan strip bertekstur dan anti selip pada bak mandi dan pancuran.
• Oleskan wax anti selip pada lantai.
• Tempatkan tempat duduk atau kursi kedap air di kamar mandi.
• Pasang tapak anti selip pada anak tangga.
• Lepaskan karpet.
• Lepaskan roda pada kursi.
• Ganti kenop pintu standar dengan gagang tuas.
• Ganti toilet dengan toilet yang lebih tinggi atau berprofil tinggi.
• Gunakan keset kamar mandi dengan sandaran karet.

Bila rumah yang Anda tempati adalah rumah yang dibangun saat usia masih muda tentu disain sesuai dengan kondisi waktu dulu. Sekarang dengan rumah yang sama, saat usia Anda lanjut usia tentu memerlukan modifikasi yang sesuai agar menjadi rumah aman dan ramah untuk orang lanjut usia, atau beli rumah baru yang sesuai dengan kebutuhan lansia.



Sumber:








Tuesday, 6 February 2024

Myasthenia Gravis, Kelemahan Otot Wajah,Mata dan Leher.

        Myasthenia gravis (MG) adalah kelainan autoimun kronis di mana antibodi merusak komunikasi antara saraf dan otot, sehingga mengakibatkan kelemahan otot rangka . Myasthenia gravis mempengaruhi otot-otot sadar tubuh, terutama yang mengendalikan mata, mulut, tenggorokan dan anggota badan. 

MG mempengaruhi otot-otot sadar tubuh.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

MG adalah penyakit autoimun yang memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan kelemahan otot. Pada Myasthenia gravis, sistem kekebalan tubuh menyerang reseptor acetylcholine di persimpangan neuromuskular, yang merupakan area di mana saraf bertemu dengan otot. Reseptor acetylcholine ini penting untuk transmisi sinyal saraf ke otot, dan serangan sistem kekebalan tubuh menyebabkan gangguan dalam komunikasi ini.

Gejala utama Myasthenia gravis adalah kelemahan otot yang dapat bertambah parah setelah aktivitas fisik dan membaik setelah istirahat. Kelemahan ini dapat mempengaruhi otot-otot yang digunakan untuk mengendalikan gerakan tubuh, termasuk otot-otot yang mengendalikan bicara, menelan, dan bergerak.

Myasthenia gravis dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh dan dapat memiliki gejala yang bervariasi antar individu.

Beberapa gejala umum  MG meliputi:

  • Kelemahan otot, khususnya pada otot wajah, mata, dan leher.
  • Kesulitan berbicara dan menelan.
  • Kelopak mata yang terasa berat atau turun.
  • Mata lelah atau ganda.

Myasthenia gravis bersifat kronis dan memerlukan manajemen jangka panjang. Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, dengan pengelolaan yang tepat, banyak orang dengan Myasthenia gravis dapat menjalani kehidupan yang produktif. Penting untuk berdiskusi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perencanaan pengobatan yang sesuai.

Penyebab pasti Myasthenia gravis belum sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui bahwa kondisi ini terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh seharusnya melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme dan benda asing, tetapi pada Myasthenia gravis, sistem ini salah mengidentifikasi reseptor acetylcholine di persimpangan neuromuskular sebagai ancaman dan menyerangnya.

Beberapa hal yang mungkin berperan dalam timbulnya  MG, meliputi:

Faktor Genetik: 
Ada indikasi bahwa faktor genetik mungkin memainkan peran dalam kecenderungan seseorang untuk mengembangkan Myasthenia gravis. Meskipun bukan penyakit yang diwariskan secara langsung, terdapat hubungan keluarga dalam beberapa kasus.

Thymus Gland: 
Thymus atau kelenjar timus, yang berperan dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh, dapat terlibat dalam Myasthenia gravis. Pada sejumlah kasus, timoma (tumor pada timus) dapat ditemukan pada penderita Myasthenia gravis, meskipun tidak semua orang dengan penyakit ini memiliki timoma.

Faktor Lingkungan: 
Beberapa faktor lingkungan juga telah dikaitkan dengan Myasthenia gravis, termasuk infeksi virus atau bakteri tertentu. Namun, hubungan ini masih belum sepenuhnya dipahami.

Kelainan Autoimun:
Myasthenia gravis dianggap sebagai penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang komponen-komponen normal tubuh. Pemahaman tentang mekanisme autoimun yang menyebabkan Myasthenia gravis terus berkembang.

       Saat ini tidak ada cara khusus untuk mencegah Myasthenia gravis karena penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami. Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk lansia, dan terkait dengan faktor-faktor genetik, lingkungan, dan imunologis yang kompleks. Oleh karena itu, pencegahan secara spesifik untuk Myasthenia gravis tidak dapat dilakukan.

Beberapa langkah umum yang dapat membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan lansia secara umum, serta mendukung sistem kekebalan tubuh:

Gaya Hidup Sehat:
 
Menjaga gaya hidup yang sehat dapat membantu mendukung sistem kekebalan tubuh. Ini termasuk makanan seimbang, olahraga teratur, dan tidur yang cukup.

Gaya hidup sehat mendukung sistem kekebalan tubuh.
(Sumber: foto canva.com)

Hindari Paparan Zat Berbahaya:
Upaya untuk menghindari paparan zat-zat berbahaya di lingkungan sehari-hari dapat membantu melindungi sistem kekebalan tubuh. Ini bisa mencakup mengurangi kontak dengan zat kimia berbahaya dan mengelola paparan terhadap polusi udara.

Vaksinasi: 
Memastikan bahwa lansia menerima vaksinasi yang sesuai dapat membantu melindungi mereka dari infeksi tertentu yang dapat memicu atau memperburuk kondisi kesehatan.

Konsultasi dengan Profesional Medis: 
Penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter untuk memantau kondisi kesehatan secara keseluruhan. Pemeriksaan rutin dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan lebih awal dan mengambil langkah-langkah preventif jika diperlukan.

Meskipun tidak mungkin mencegah Myasthenia gravis secara langsung, dengan menjaga kesehatan secara umum, lansia dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan mengurangi risiko beberapa masalah kesehatan. 

       Pengobatan Myasthenia gravis pada lansia melibatkan manajemen gejala dan penanganan kondisi secara umum. Terapi yang diberikan dapat disesuaikan dengan tingkat keparahan dan jenis gejala yang dialami oleh penderita. 

Beberapa opsi pengobatan yang dapat digunakan dalam penanganan Myasthenia gravis pada lansia:

Obat-obatan:
Inhibitor Asetilkolinesterase: Obat-obatan seperti pyridostigmine dapat digunakan untuk meningkatkan ketersediaan asetilkolin di persimpangan neuromuskular, membantu meningkatkan kontraksi otot.
Immunosupresan: Obat-obatan seperti prednisone atau azathioprine dapat digunakan untuk mengendalikan respons sistem kekebalan tubuh dan mengurangi serangan autoimun pada reseptor asetilkolin.

Terapi Fisik:
Terapis fisik dapat memberikan latihan dan strategi untuk membantu mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan fungsi fisik sebisa mungkin.

Pengobatan Simtomatik:
Obat-obatan atau tindakan lain mungkin diperlukan untuk mengatasi gejala khusus, seperti obat mata untuk mengatasi masalah penglihatan ganda atau kelopak mata yang terjatuh.

Terapi Intravena (IVIG atau Plasmaferesis):
Terapi ini dapat digunakan untuk mengelola keadaan darurat atau ketika gejala Myasthenia gravis memburuk secara tiba-tiba. IVIG (intravena imunoglobulin) dan plasmaferesis melibatkan pemisahan sel darah atau protein darah dan pengembalian komponen darah yang diperlukan ke dalam tubuh.

Pembedahan:
Pada beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan, terutama jika terdapat timoma (tumor) di dalam timus. Pembedahan untuk mengangkat timoma dapat membantu mengatasi gejala Myasthenia gravis.

Pengobatan Myasthenia gravis harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing individu. Penting untuk berkomunikasi secara teratur dengan dokter atau spesialis saraf untuk memantau respons terhadap pengobatan dan menyesuaikan rencana pengobatan sesuai kebutuhan. Selain itu, dukungan dari tim perawatan kesehatan, keluarga, dan lingkungan sosial dapat membantu penderita Myasthenia gravis dalam mengelola kondisi mereka.



Sumber:

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/myasthenia-gravis 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/myasthenia-gravis/symptoms-causes/syc-20352036

https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/myasthenia-gravis

https://www.nhs.uk/conditions/myasthenia-gravis/

https://en.wikipedia.org/wiki/Myasthenia_gravis

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17252-myasthenia-gravis-mg


Monday, 5 February 2024

Degenerasi Makula, Hati-hati jika masih Ingin Melihat Keindahan Dunia.

        Degenerasi makula terkait usia adalah penyakit yang menyerang mata dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan karena rusaknya bagian tengah retina yang disebut makula. Degenerasi dapat terjadi pada satu mata atau kedua mata dan dapat diklasifikasikan menjadi mata basah (neovaskular) atau kering (atrofi). 

Degenerasi makula pada lansia dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Makula merupakan area kecil dan sangat sensitif di bagian belakang mata yang bertanggung jawab untuk memberikan penglihatan pusat dan tajam. Degenerasi makula dapat menyebabkan hilangnya penglihatan pusat, meskipun penglihatan tepi masih tetap terjaga.

Ada dua jenis degenerasi makula utama, yaitu:

Degenerasi Makula Terkait Usia (Age-Related Macular Degeneration/AMD): 

Ini adalah bentuk paling umum dari degenerasi makula. AMD dapat terjadi pada dua bentuk, yaitu kering (non-neovaskular) dan basah (neovaskular). Pada AMD kering, sel-sel pada makula mengalami kerusakan dan penghancuran secara perlahan. Pada AMD basah, terjadi pertumbuhan pembuluh darah yang tidak normal di area makula, menyebabkan perdarahan dan kerusakan.

Degenerasi Makula Awal (Stargardt Disease): 

Ini adalah bentuk degenerasi makula yang lebih jarang terjadi dan biasanya muncul pada usia muda. Penyebabnya adalah kelainan genetik yang mengakibatkan kerusakan pada sel-sel fotoreseptor di makula.

       Degenerasi makula pada lansia, khususnya degenerasi makula terkait usia (Age-Related Macular Degeneration/AMD), dapat menunjukkan beberapa ciri. Ciri-ciri ini dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, dan tingkat keparahan gejalanya juga dapat berbeda. 

Beberapa ciri umum degenerasi makula pada lansia:

Penglihatan Pusar: 
Penderita degenerasi makula mungkin mengalami penglihatan pusar atau kabur di pusat penglihatan, yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk melihat objek yang berada di depan.

Distorsi Gambar: 
Garis lurus atau tepi objek mungkin terlihat bengkok atau bergelombang. Ini disebut sebagai distorsi gambar.

Pada distorsi gambar tepi objek bergelombang,
(Sumber: foto canva.com)

Penglihatan Gelap: 
Pada beberapa kasus, penderita degenerasi makula dapat mengalami penurunan kontras dan kesulitan melihat dalam kondisi pencahayaan rendah.

Perubahan Warna:
Penderita degenerasi makula dapat mengalami perubahan persepsi warna, seperti kesulitan membedakan warna yang mirip.

Kehilangan Penglihatan Pusat: 
Penglihatan pusat yang terpengaruh dapat menyebabkan kesulitan membaca, menulis, mengenali wajah, atau melakukan aktivitas yang memerlukan fokus visual pada objek di depan.

Efek pada Penglihatan Tengah: 
Penderita mungkin memiliki kesulitan melihat objek yang berada di tengah pandangan mereka, sementara penglihatan tepi atau perifer tetap terjaga.

Perubahan Ketajaman Penglihatan: 
Adanya penurunan tajam penglihatan secara bertahap seiring waktu.

       Faktor penyebab degenerasi makula bisa bersifat multifaktorial, melibatkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan. 

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi risiko terjadinya degenerasi makula:

Usia: 
Degenerasi makula terkait usia (AMD) lebih umum terjadi pada orang yang lebih tua, khususnya di atas usia 50 tahun. Risiko meningkat seiring bertambahnya usia.

Faktor Genetik:
Riwayat keluarga dengan degenerasi makula dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Beberapa varian genetik tertentu juga telah terkait dengan peningkatan risiko AMD.

Merokok:
Merokok adalah faktor risiko yang signifikan untuk degenerasi makula. Perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami AMD dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi):
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko degenerasi makula. Pengelolaan tekanan darah secara efektif dapat membantu mengurangi risiko ini.

Pola Makan: 
Diet yang rendah antioksidan dan nutrisi penting seperti vitamin C, vitamin E, zinc, lutein, dan zeaxanthin dapat berkontribusi pada risiko degenerasi makula.

Paparan Matahari: 
Paparan berlebihan terhadap sinar ultraviolet (UV) dari matahari telah dikaitkan dengan peningkatan risiko degenerasi makula. Menggunakan kacamata hitam yang melindungi dari sinar UV dapat membantu mengurangi risiko ini.

Risiko degenerasi makula karena paparan UV.
(Sumber: foto canva.com)
Jenis AMD: 
Pada AMD basah, di mana pembuluh darah baru tumbuh di makula, faktor-faktor seperti peradangan dan faktor pertumbuhan vaskular dapat berperan.

Jenis Kelamin: 
Wanita memiliki risiko sedikit lebih tinggi untuk mengalami AMD dibandingkan pria.

Ras dan Etnisitas: 
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko degenerasi makula dapat bervariasi antara kelompok ras dan etnis.

       Mencegah degenerasi makula melibatkan beberapa langkah yang dapat membantu meminimalkan faktor risiko dan menjaga kesehatan mata. Meskipun tidak ada jaminan sepenuhnya, tindakan preventif ini dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya degenerasi makula. 

Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil:

Merokok: 
Jika Anda merokok, pertimbangkan untuk berhenti. Merokok adalah faktor risiko yang signifikan untuk degenerasi makula.

Pola Makan Sehat: 
Konsumsi makanan yang kaya antioksidan, seperti buah-buahan dan sayuran berdaun hijau, dapat membantu melindungi mata dari kerusakan akibat radikal bebas. Makanan yang mengandung nutrisi seperti vitamin C, vitamin E, zinc, lutein, dan zeaxanthin juga dapat bermanfaat.

Lindungi Mata dari Matahari: 
Gunakan kacamata hitam yang memberikan perlindungan terhadap sinar ultraviolet (UV) ketika berada di luar ruangan. Paparan berlebihan terhadap sinar UV dapat meningkatkan risiko degenerasi makula.

Kaca mata hitam melindungi mata dari paparan UV.
(Sumber: foto canva.com)

Pengelolaan Tekanan Darah:
Jaga tekanan darah tetap dalam rentang normal. Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko degenerasi makula.

Olahraga Teratur: 
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu memelihara kesehatan vaskular dan dapat berkontribusi pada kesehatan mata.

Kontrol Kadar Gula Darah: 
Jika Anda memiliki diabetes, penting untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal. Kontrol diabetes dapat membantu mengurangi risiko degenerasi makula.

Pemeriksaan Mata Rutin:
Rutin menjalani pemeriksaan mata secara berkala oleh profesional kesehatan mata dapat membantu mendeteksi masalah mata, termasuk degenerasi makula, pada tahap awal.

Suplemen Nutrisi:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen nutrisi tertentu, seperti vitamin C, vitamin E, zinc, lutein, dan zeaxanthin, dapat memberikan manfaat dalam mengurangi risiko degenerasi makula. Namun, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi suplemen, karena dosis yang berlebihan dapat berisiko.

Melakukan Istirahat Mata: 
Jangan lupa memberikan istirahat mata saat bekerja di depan layar komputer atau membaca untuk mengurangi kelelahan mata.

Hindari Konsumsi Alkohol Berlebihan: 
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat berkontribusi pada risiko degenerasi makula. Batasi asupan alkohol sesuai dengan panduan kesehatan.

       Degenerasi makula tidak memiliki pengobatan yang dapat mengembalikan penglihatan yang hilang sepenuhnya, terutama jika telah mencapai tahap lanjut. Namun, ada beberapa bentuk perawatan dan strategi manajemen yang dapat membantu memperlambat perkembangan degenerasi makula dan meminimalkan dampaknya pada penglihatan. Jenis perawatan yang diberikan akan tergantung pada jenis degenerasi makula dan tingkat keparahannya. 

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan:

Terapi Anti-VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor): 
Untuk degenerasi makula basah (neovaskular), terapi anti-VEGF dapat diresepkan. Obat ini disuntikkan ke dalam mata untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah yang tidak normal di makula. Beberapa obat anti-VEGF yang umum digunakan termasuk ranibizumab, bevacizumab, dan aflibercept.

Terapi Fotodinamik (PDT): 
PDT melibatkan penggunaan zat fotosensitif yang diaktifkan oleh cahaya laser. Ini digunakan pada beberapa kasus degenerasi makula basah untuk menargetkan dan menghancurkan pembuluh darah yang tidak normal.

Implan Steroid:
Implan steroid dapat ditempatkan di mata untuk meredakan peradangan dan mengurangi bengkak pada degenerasi makula basah.

Suplemen Nutrisi:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen nutrisi tertentu, seperti vitamin C, vitamin E, zinc, lutein, dan zeaxanthin, dapat memberikan manfaat pada degenerasi makula kering (non-neovaskular). Suplemen seperti formulasi Age-Related Eye Disease Study (AREDS) dan AREDS2 telah direkomendasikan dalam beberapa kasus.

Perawatan dengan Laser:
Pada beberapa kasus degenerasi makula basah, laser dapat digunakan untuk menutup atau merusak pembuluh darah yang tidak normal. Namun, penggunaan laser dapat memiliki efek samping dan risiko, dan tidak selalu efektif.

Rehabilitasi Penglihatan:
Program rehabilitasi penglihatan dapat membantu individu beradaptasi dengan perubahan penglihatan dan memaksimalkan sisa penglihatan yang masih ada melalui bimbingan dan peralatan bantu.

Perawatan untuk degenerasi makula harus disesuaikan dengan kondisi spesifik setiap individu. Konsultasikan dengan profesional kesehatan mata untuk evaluasi yang tepat dan rencana perawatan yang sesuai. Deteksi dini melalui pemeriksaan mata rutin dapat membantu memulai perawatan lebih awal, memperlambat perkembangan degenerasi makula, dan meningkatkan peluang mempertahankan penglihatan.


 

Sumber:

https://jamanetwork.com/journals/jamaophthalmology/fullarticle/416250

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/agerelated-macular-degeneration-amd 

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2682379/

https://www.cdc.gov/visionhealth/resources/features/macular-degeneration.html

https://www.macularsociety.org/macular-disease/macular-conditions/age-related-macular-degeneration/

https://www.norc.org/research/library/new-study-finds-higher-prevalence-of-age-related-macular-degener.html