Saturday, 30 September 2023

LBD, Sangat Fluktuatif Gangguan Motorik dan Kognitif

        Lewy Body Dementia (LBD) adalah jenis penyakit neurodegeneratif yang mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif dan gangguan motorik. Penyakit ini disebabkan oleh akumulasi abnormal protein yang disebut Lewy bodies di dalam otak. Lewy bodies adalah agregat protein alfa-sinuklein yang mengganggu fungsi normal sel-sel otak.

Pada tahap awal LBD, gejalanya mungkin ringan, dan penderitanya dapat berfungsi normal. Seiring berkembangnya penyakit, penderita LBD memerlukan lebih banyak pertolongan karena menurunnya kemampuan berpikir dan bergerak. Ini adalah penyakit progresif, artinya gejalanya muncul secara perlahan dan memburuk seiring berjalannya waktu.

LBD gejala awal ringan dan kembali normal.
(Sumber : foto LPC- Lansia)

Penyakit ini berlangsung rata-rata lima hingga delapan tahun sejak diagnosis hingga kematian, namun dapat berkisar antara dua hingga 20 tahun pada beberapa orang. Pada tahap akhir penyakit, mereka sering kali bergantung sepenuhnya pada orang lain untuk mendapatkan bantuan dan perawatan.

Menurunnya kemampuan berpikir dan bergerak.
(Sumber: foto canva.com)

Beberapa ciri umum yang mungkin terlihat pada lansia yang menderita LBD:

πŸ˜› Gangguan Kognitif: 

Lansia dengan LBD mengalami penurunan kemampuan kognitif yang progresif. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat informasi, berpikir abstrak, dan memecahkan masalah. Fluktuasi dalam tingkat kesadaran dan kewaspadaan juga sering terjadi.

πŸ˜› Halusinasi Visual: 

Ciri khas LBD adalah munculnya halusinasi visual, di mana lansia melihat objek atau orang yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kecemasan.  Halusinasi visual terjadi pada 80 persen penderita LBD, sering kali terjadi sejak dini. Halusinasi non visual, seperti mendengar atau mencium sesuatu yang tidak ada, lebih jarang terjadi dibandingkan halusinasi visual, namun bisa juga terjadi.

πŸ˜› Gangguan Motorik: 

Lansia dengan LBD sering mengalami gangguan motorik yang mirip dengan penyakit Parkinson. Ini termasuk kekakuan otot, tremor (getaran), dan kesulitan berjalan. Perubahan perilaku motorik seperti berjalan tanpa tujuan atau melompat-lompat juga bisa terjadi.

πŸ˜› Perubahan Emosi dan Perilaku: 

LBD dapat menyebabkan perubahan emosi dan perilaku pada lansia. Mereka mungkin mengalami depresi, kecemasan, mudah marah, atau mudah terbingung. Kadang-kadang, perubahan ini dapat bersifat drastis dan memengaruhi hubungan sosial.

Perubahan emosi dan perilaku pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ˜› Gangguan Sistem Autonom: 

Penyakit ini dapat memengaruhi sistem autonom tubuh, yang mengatur fungsi-fungsi tubuh yang tidak kita kendalikan secara sadar. Ini dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, masalah dengan suhu tubuh, dan gangguan pencernaan.

πŸ˜› Masalah Tidur: 

Lansia dengan LBD sering mengalami masalah tidur, seperti insomnia (kesulitan tidur) atau tidur berlebihan pada siang hari. Orang dengan demensia tubuh Lewy mungkin mengalami gangguan perilaku tidur gerakan mata cepat (REM). Gangguan ini menyebabkan orang secara fisik mewujudkan mimpinya saat tidur. Orang dengan gangguan perilaku tidur REM mungkin akan memukul, menendang, membentak, atau menjerit saat tidur.

πŸ˜› Kehilangan Kemampuan Fungsi Sehari-hari:

Seiring perkembangan penyakit, lansia dengan LBD dapat mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, mandi, dan makan.

πŸ˜› Gangguan Persepsi Ruang dan Waktu:

Beberapa penderita LBD dapat mengalami kesulitan dalam memahami konsep ruang dan waktu. Mereka mungkin bingung tentang tempat dan waktu

       Gejala LBD dapat bervariasi antara individu, dan tidak semua lansia dengan LBD akan mengalami semua ciri-ciri ini

Penyebab pasti dari Lewy Body Dementia (LBD) belum sepenuhnya dipahami, dan penyakit ini mungkin disebabkan oleh sejumlah faktor yang kompleks. 

Beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai berpotensi terkait dengan perkembangan LBD pada lansia:

πŸ˜‡ Ketidakseimbangan Protein:

LBD terkait dengan akumulasi protein abnormal yang disebut Lewy bodies di dalam otak. Protein utama yang terlibat adalah alfa-sinuklein. Akumulasi dan penumpukan protein ini dapat merusak sel-sel otak dan mengganggu fungsi normalnya.

πŸ˜‡ Genetik: 

Faktor-faktor genetik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko dalam perkembangan LBD. Beberapa mutasi genetik tertentu telah dikaitkan dengan peningkatan risiko mengembangkan LBD. Namun, bukan berarti penyakit ini secara ketat diturunkan secara genetik; faktor-faktor lingkungan juga memainkan peran penting.

πŸ˜‡ Usia: 

LBD adalah penyakit yang lebih umum terjadi pada lansia, terutama setelah usia 60 tahun. Seiring bertambahnya usia, risiko perkembangan LBD meningkat.

Setelah usia 60 tahun LBD meningkat.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ˜‡ Faktor Lingkungan:

Paparan jangka panjang terhadap beberapa faktor lingkungan tertentu, seperti toksin atau zat kimia tertentu, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko perkembangan penyakit neurodegeneratif, termasuk LBD. Namun, bukti-bukti konkret masih terbatas dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan ini.

πŸ˜‡ Gangguan Neurologis Lainnya:

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa keterkaitan antara LBD dengan gangguan neurologis lain, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer. Ini bisa menjadi bagian dari spektrum penyakit neurodegeneratif yang berbeda-beda tetapi terkait.

πŸ˜‡ Kesehatan dan Gaya Hidup:

Faktor-faktor kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, dan merokok juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko perkembangan penyakit neurodegeneratif, termasuk LBD. Gaya hidup sehat, seperti pola makan yang seimbang dan aktivitas fisik yang teratur, dapat membantu mengurangi risiko ini.

Saat ini, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan Lewy Body Dementia (LBD). Ada berbagai pendekatan terapeutik yang dapat membantu mengelola gejala LBD, meningkatkan kualitas hidup penderita, dan memberikan dukungan kepada keluarga. Pengobatan LBD biasanya berfokus pada mengendalikan gejala kognitif, motorik, dan perilaku. 

Beberapa komponen yang termasuk dalam manajemen pengobatan LBD:

πŸ“ Obat-Obatan: 

Dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengelola gejala LBD, seperti: Obat Kolinesterase Inhibitor: Obat seperti donepezil, rivastigmine, atau galantamine dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dan mengurangi gejala seperti penurunan memori dan disorientasi.

πŸ“ Obat Parkinson:

Untuk mengatasi gejala motorik seperti tremor, kekakuan otot, dan masalah berjalan, dokter dapat meresepkan obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson, seperti levodopa atau karbidopa.

πŸ“ Obat Untuk Gangguan Mood dan Perilaku: 

Penderita LBD yang mengalami depresi, kecemasan, atau halusinasi dapat mendapatkan manfaat dari obat-obatan yang dirancang untuk mengatasi gejala ini.

πŸ“ Terapi Fisik dan Terapi Okupasi:

Terapi fisik dan terapi okupasi dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik dan fungsi sehari-hari penderita LBD. Terapis fisik dapat membantu dengan latihan dan gerakan fisik, sedangkan terapis okupasi dapat membantu dengan keterampilan sehari-hari seperti berpakaian dan mandi.

πŸ“ Terapi Bicara dan Bahasa: 

Jika penderita mengalami masalah berbicara atau berkomunikasi, terapis bicara dan bahasa dapat memberikan latihan dan strategi untuk meningkatkan komunikasi.

πŸ“ Dukungan Psikososial: 

Dukungan dari konselor atau kelompok dukungan dapat membantu penderita LBD dan keluarganya dalam menghadapi penyakit ini secara emosional dan praktis.

πŸ“ Perubahan Gaya Hidup: 

Promosi gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang teratur, dapat membantu mengelola gejala dan memperbaiki kesejahteraan umum.

πŸ“ Perawatan Kesehatan Umum:

Merawat kesehatan secara keseluruhan sangat penting. Ini termasuk mengelola penyakit penyerta seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, menghindari penggunaan alkohol dan obat-obatan yang dapat memperburuk gejala, serta mengikuti jadwal perawatan medis yang direkomendasikan oleh dokter.

πŸ“ Pengawasan Teratur: 

Penderita LBD memerlukan pengawasan teratur dan perencanaan perawatan jangka panjang. Ini dapat termasuk penyediaan lingkungan yang aman, dukungan perawat, dan perencanaan keuangan untuk mengatasi perubahan dalam kebutuhan perawatan.

        Bekerja sama dengan tim perawatan medis yang berpengalaman dalam mengelola LBD, termasuk neurologis, psikiater, terapis, dan pekerja sosial. Manajemen LBD biasanya akan disesuaikan dengan setiap individu, karena gejala dan kebutuhan dapat bervariasi. Dukungan keluarga juga sangat penting untuk membantu penderita LBD menghadapi perubahan yang terjadi akibat penyakit ini.



Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/what-lewy-body-dementia-causes-symptoms-and-treatments 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lewy-body-dementia/symptoms-causes/syc-20352025

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17815-lewy-body-dementia

https://www.alzheimers.gov/alzheimers-dementias/lewy-body-dementia


Friday, 29 September 2023

Kanker Payudara, Umum Pada Wanita, Pria Juga Kena.

         Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang paling umum terjadi pada wanita, nomor dua setelah kanker kulit . Kemungkinan besar penyakit ini menyerang wanita di atas usia 50 tahun. Kanker payudara adalah jenis kanker yang bermula ketika sel-sel abnormal di dalam payudara mulai berkembang dan berkembang secara tidak terkendali. Sel-sel ini dapat membentuk massa yang disebut tumor yang dapat menjadi ganas atau jinak. 

Kanker payudara ganas adalah yang paling umum dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui aliran darah atau limfatik. Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling umum di kalangan wanita, Meski jarang, pria juga bisa terkena kanker payudara. Sekitar 2.600 pria mengidap kanker payudara pria, setiap tahun di Amerika Serikat, atau kurang dari 1% dari seluruh kasus.

Lansia harus mampu menjaga kesehatan.
(Sumber: foto canva.com)

Beberapa poin penting terkait dengan kanker payudara:

πŸ’€Sel Kanker: 

Kanker payudara dimulai ketika sel-sel dalam payudara mengalami perubahan genetik atau mutasi yang menyebabkan mereka tumbuh dan berkembang tanpa terkendali. Sel-sel ini dapat membentuk tumor ganas.

πŸ’€Tumor: 

Tumor dapat berupa massa yang teraba atau tidak teraba di dalam payudara. Tumor dapat bersifat ganas (kanker) atau jinak (non-kanker). Tumor ganas memiliki potensi untuk menyebar ke jaringan atau organ lain dalam tubuh.

πŸ’€Metastasis:

Metastasis adalah proses ketika sel kanker menyebar dari payudara ke bagian tubuh lain melalui aliran darah atau sistem limfatik. Ini adalah tahap yang serius dalam perkembangan kanker.

Poin penting kanker payudara, sel kanker, tumor dan metastasis.
(Sumber: foto canva.com)

       Dalam istilah medis, kanker payudara sering disebut sebagai "karsinoma payudara." Namun, istilah ini sering digunakan secara lebih spesifik sesuai dengan jenis sel kanker yang terlibat dalam kanker payudara. 

Beberapa istilah medis yang umum terkait dengan jenis-jenis kanker payudara adalah:

πŸ‘‰Karsinoma Duktal In Situ (DCIS): 

Ini adalah jenis kanker payudara yang terbatas pada saluran-saluran (duktus) di dalam payudara dan belum menyebar ke jaringan sekitarnya.

πŸ‘‰Karsinoma Duktal Invasif: 

Ini adalah jenis kanker payudara yang telah menyebar dari saluran-saluran payudara ke jaringan payudara sekitarnya.

πŸ‘‰Karsinoma Lobular In Situ (LCIS): 

LCIS adalah kondisi abnormal di mana sel-sel kanker muncul dalam lobulus payudara, tetapi belum menembus dinding lobulus (jaringan kelenjar susu). Ini sering dianggap sebagai tanda risiko lebih tinggi untuk kanker payudara invasif di masa depan.

πŸ‘‰Karsinoma Lobular Invasif: 

Ini adalah jenis kanker payudara yang berasal dari lobulus payudara dan telah menyebar ke jaringan di luar lobulus.

πŸ‘‰Karsinoma Lobular Invasif: 

Ini adalah jenis kanker payudara yang berasal dari lobulus payudara dan telah menyebar ke jaringan di luar lobulus.

πŸ‘‰Kanker Payudara Triple-Negatif:

Ini merujuk kepada jenis kanker payudara yang tidak memiliki reseptor hormon estrogen, progesteron, atau reseptor HER2/neu. Ini dapat membuat pengobatannya lebih rumit.

πŸ‘‰Kanker Payudara HER2-Positif: 

Ini merujuk kepada jenis kanker payudara yang memiliki reseptor HER2/neu di permukaan sel kanker. Ini dapat mempengaruhi pilihan pengobatan.

πŸ‘‰Kanker Payudara Inflammatory: 

Jenis ini langka tetapi agresif, di mana payudara tampak meradang dan bengkak.

πŸ‘‰Kanker Payudara Metastatik: 

Ini adalah tahap kanker payudara yang paling lanjut, di mana sel-sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain.

        πŸ’¬ Selain istilah-istilah di atas, istilah medis juga dapat mencakup tahap kanker (seperti stadium I, II, III, atau IV), grading (seberapa agresif sel-sel kanker terlihat di bawah mikroskop), dan faktor-faktor lain yang memengaruhi diagnosis dan pengobatan kanker payudara).

       Deteksi dini kanker payudara sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan mengurangi risiko komplikasi. 

Deteksi dini kanker payudara sangat penting, cegah kanker.
(Sumber: foto canva.com)

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk deteksi dini kanker payudara:

✌ Pemeriksaan Payudara Sendiri (BSE - Breast Self-Examination):

  • Ini adalah metode di mana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri secara teratur untuk mencari perubahan atau benjolan yang tidak biasa.
  • BSE sebaiknya dilakukan sekali sebulan beberapa hari setelah menstruasi atau pada hari yang sama setiap bulan jika tidak menstruasi.
  • Jika Anda menemukan benjolan atau perubahan lainnya, segera konsultasikan dengan dokter
✌ Pemeriksaan Payudara oleh Dokter (CBE - Clinical Breast Examination):

  • Dokter atau profesional medis akan memeriksa payudara Anda secara fisik saat kunjungan rutin.
  • CBE membantu dalam mendeteksi perubahan atau benjolan yang mungkin tidak terasa oleh Anda.

✌ Mamografi:

  • Mamografi adalah pemeriksaan radiologi yang menggunakan sinar-X untuk membuat gambar payudara dalam lapisan tipis.
  • Ini adalah metode yang sangat efektif untuk deteksi dini kanker payudara, terutama pada wanita yang berusia di atas 40 tahun.
  • Mamografi biasanya direkomendasikan secara berkala, terutama untuk wanita dengan risiko tinggi.
✌ Ultrasonografi (USG) Payudara:
  • USG payudara menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambar payudara.
  • Ini dapat digunakan sebagai pelengkap mamografi atau jika ada kekhawatiran terkait benjolan yang terdeteksi.
✌ MRI (Magnetic Resonance Imaging) Payudara:
  • MRI payudara adalah tes yang lebih canggih yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar detil dari payudara.
  • Biasanya digunakan pada wanita dengan risiko tinggi atau dalam kasus tertentu.
✌ Tes Genetik:
  • Jika ada riwayat keluarga kanker payudara atau faktor risiko genetik lainnya, tes genetik dapat digunakan untuk mendeteksi mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
  • Hasil tes genetik dapat membantu dalam perencanaan pengawasan dan pengobatan yang lebih tepat.
       Mengikuti panduan deteksi dini yang disarankan oleh dokter Anda dan untuk menjalani pemeriksaan rutin sesuai dengan usia dan faktor risiko pribadi Anda.

Beberapa faktor risiko yang umum terkait dengan kanker payudara:

πŸ‘³ Usia: 

Risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker payudara lebih umum pada wanita yang telah mencapai usia lanjut.

Korban kanker payudara banyak wanita usia lanjut.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘³ Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga: 

Memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara, terutama jika anggota keluarga pertama (ibu, saudara kandung) terkena kanker payudara, dapat meningkatkan risiko Anda. Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

πŸ‘³ Jenis Kelamin:

 Kanker payudara adalah penyakit yang jauh lebih umum pada wanita daripada pada pria. Meskipun pria juga dapat terkena kanker payudara, risikonya lebih rendah.

πŸ‘³ Hormon Seks: 

Paparan jangka panjang terhadap estrogen, seperti menstruasi yang dimulai pada usia yang sangat muda atau menopause yang terjadi pada usia yang lebih tua, dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

πŸ‘³ Pemakaian Hormon:

Menggunakan terapi penggantian hormon (Hormone Replacement Therapy, HRT) setelah menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi HRT berisiko lebih tinggi.

πŸ‘³ Riwayat Kanker Payudara Sebelumnya:

Jika Anda pernah didiagnosis dengan kanker payudara sebelumnya, Anda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara sekunder di kemudian hari.

πŸ‘³ Riwayat Kanker Payudara pada Satu Payudara:

Jika Anda memiliki riwayat kanker payudara pada satu payudara, risiko untuk mengembangkan kanker payudara pada payudara yang lainnya lebih tinggi.

πŸ‘³ Gaya Hidup: 

Beberapa faktor gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara meliputi konsumsi alkohol yang berlebihan, obesitas, diet yang tinggi lemak dan rendah serat, serta kurangnya aktivitas fisik.

πŸ‘³ Radiasi Paparan:

Paparan radiasi pada dada dalam situasi tertentu, seperti pengobatan radioterapi pada usia muda atau paparan radiasi lingkungan yang tinggi, dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Paparan radiasi pada usia muda meningkatkan risiko kanker.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘³ Faktor Lingkungan:

Paparan terhadap bahan kimia beracun tertentu, seperti senyawa organoklorin dan pestisida, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara dalam beberapa studi.

πŸ‘³ Faktor Reproduksi: 

Memiliki anak pada usia yang lebih tua atau tidak pernah memiliki anak dapat memengaruhi risiko kanker payudara.

          πŸ’¬ Memiliki satu atau beberapa faktor risiko tersebut tidak selalu berarti Anda akan terkena kanker payudara

        Pengobatan kanker payudara bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis kanker, tahap penyakit, faktor-faktor individu, dan preferensi pasien. Pengobatan kanker payudara biasanya melibatkan pendekatan multimodal yang dapat mencakup salah satu atau lebih dari berikut ini:

✋ Pembedahan:

  • Operasi adalah salah satu metode utama pengobatan kanker payudara. Tujuan utamanya adalah mengangkat tumor dan sebagian atau seluruh payudara yang terkena (mastektomi) atau hanya tumor dan sekitarnya (lumpektomi atau eksisi).
  • Pembedahan juga dapat melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening aksila (pembuluh limfat yang terletak di ketiak) untuk memeriksa apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening tersebut.

✋ Radioterapi:

  • Radioterapi menggunakan sinar tinggi energi untuk menghancurkan sel kanker atau mencegah pertumbuhannya. Ini sering digunakan setelah pembedahan (adjuvant radiation therapy) untuk memastikan semua sel kanker telah dihilangkan atau sebelum operasi (neoadjuvant radiation therapy) untuk menyusutkan tumor.

✋ Kemoterapi:

  • Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan khusus yang bekerja untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker atau membunuh sel kanker.
  • Ini sering digunakan untuk mengobati kanker payudara yang lebih agresif atau yang telah menyebar ke bagian lain tubuh (metastasis).

✋ Terapi Hormon:

  • Terapi hormon digunakan jika kanker payudara memiliki reseptor hormon positif. Obat-obatan ini bekerja dengan cara menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker yang diaktifkan oleh hormon estrogen atau progesteron.

✋ Terapi Targeted:

  • Terapi targeted melibatkan penggunaan obat-obatan yang ditujukan secara khusus untuk menghambat jalur-jalur pertumbuhan yang spesifik pada sel kanker payudara.
  • Beberapa contoh termasuk obat-obatan yang ditujukan untuk menghambat reseptor HER2/neu pada sel kanker.

✋ Imunoterapi:

  • Imunoterapi adalah pendekatan yang sedang dikembangkan untuk pengobatan kanker payudara. Ini melibatkan penggunaan obat-obatan yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker.

✋ Terapi Radiasi Dalam:

  • Terapi radiasi dalam (brachytherapy) adalah metode di mana sumber radiasi ditempatkan dalam atau sangat dekat dengan area yang membutuhkan radiasi. Ini dapat digunakan sebagai alternatif atau pelengkap radioterapi eksternal.
Pengobatan kanker payudara sering kali merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan di atas, yang disesuaikan dengan kondisi klinis individu. Perencanaan pengobatan yang tepat akan dilakukan oleh tim medis yang terdiri dari ahli bedah, onkolog radiasi, dan onkolog medis, serta berdasarkan karakteristik dan perkembangan penyakit setiap pasien.

Berbicaralah dengan tim medis Anda untuk memahami pilihan pengobatan yang tersedia, potensi efek samping, dan manfaat serta risiko yang terkait dengan setiap metode pengobatan. Keseluruhan rencana perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi pasien. Deteksi dini dan perawatan yang tepat waktu dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan kualitas hidup pasien.




Sumber:

https://www.cancer.org.au/cancer-information/types-of-cancer/breast-cancer

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/breast-cancer/symptoms-causes/syc-20352470

https://www.nhs.uk/conditions/breast-cancer/causes/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/3986-breast-cancer

https://www.cancer.org/cancer/types/breast-cancer/about/how-does-breast-cancer-form.html






Thursday, 28 September 2023

Prostat, Kanker Lansia Asli Milik Pria

       Kanker prostat adalah jenis kanker kedua yang paling umum terjadi pada pria di dunia (kanker kulit menempati urutan pertama, dan kanker paru-paru menempati urutan ketiga). Laki-laki adalah satu-satunya orang yang dapat terkena kanker prostat, karena hanya merekalah yang memiliki prostat

Jenis kanker yang berkembang dalam kelenjar prostat pada pria yang berusia lanjut. Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah kandung kemih pria dan berfungsi menghasilkan cairan yang menyusun sebagian dari cairan semen. Kanker prostat adalah salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada pria di usia lanjut.

Kanker prostat sebagian besar menyerang pria lanjut usia. Usia rata-rata saat didiagnosis adalah 66 tahun, dan 60% pasien didiagnosis pada pria berusia lebih dari 65 tahun, dan 20% didiagnosis pada pria berusia lebih dari 75 tahun. 

Kanker prostat sebagian besar menyerang orang lanjut usia.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Pengertian kanker prostat pada lansia mencakup beberapa poin penting:

πŸ’’ Kanker Prostat:

Ini adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak terkontrol di dalam kelenjar prostat. Sel-sel kanker ini dapat berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan pembentukan tumor di dalam prostat.

Kanker prostat pada lansia, terutama pada tahap awal, mungkin tidak menimbulkan gejala yang jelas. Namun, pada tahap yang lebih lanjut, beberapa gejala dapat muncul. Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini juga dapat disebabkan oleh kondisi prostat lainnya seperti pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia, BPH), dan mereka tidak selalu menunjukkan kanker prostat.  

πŸ’’ Masalah Buang Air Kecil: 

Beberapa gejala yang berkaitan dengan masalah buang air kecil dapat muncul, termasuk:

  • Kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine.
  • Aliran urine yang lemah atau terputus-putus.
  • Perasaan bahwa kandung kemih tidak kosong sepenuhnya setelah buang air kecil.
  • Perlu buang air kecil lebih sering, terutama di malam hari (sering kali disebut nokturia).

πŸ’’ Nyeri atau Ketidaknyamanan: 

Kanker prostat yang lebih lanjut dapat menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan di daerah panggul, perut bagian bawah, atau punggung bawah.

πŸ’’ Gangguan Ereksi:

Kanker prostat yang lebih lanjut dapat mempengaruhi fungsi ereksi dan menyebabkan masalah ereksi atau disfungsi ereksi.

πŸ’’ Darah dalam Urine atau Sperma:

Pada beberapa kasus, pendarahan kecil dapat terjadi, yang dapat menyebabkan darah terlihat dalam urine atau sperma.

πŸ’’ Gejala Lanjut: 

Pada tahap yang lebih lanjut, jika kanker prostat telah menyebar ke organ-organ lain dalam tubuh, gejala tambahan seperti nyeri tulang, penurunan berat badan yang tidak diinginkan, dan kelelahan dapat terjadi.

Tahapan lanjutan setelah kena prostat adalah kelelahan.
(Sumber: foto canva.com)

       πŸ’­Gejala-gejala ini juga bisa terjadi pada masalah prostat lainnya, seperti BPH. 

Beberapa faktor penyebab yang berpotensi berkontribusi pada risiko kanker prostat pada lansia meliputi:

πŸ‘΄ Usia: 

Salah satu faktor risiko terbesar untuk kanker prostat adalah usia. Risiko kanker prostat meningkat secara signifikan seiring bertambahnya usia. Pria yang lebih tua, terutama di atas usia 65 tahun, memiliki risiko yang lebih tinggi.

πŸ‘΄ Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga:

Kanker prostat memiliki komponen genetik yang kuat. Jika ada anggota keluarga (seperti ayah, saudara, atau kakek) yang pernah menderita kanker prostat, risiko Anda untuk mengembangkan kanker prostat juga dapat meningkat. Jika memiliki riwayat keluarga, Anda mungkin perlu memantau kesehatan prostat Anda secara lebih ketat.

πŸ‘΄ Ras dan Etnisitas: 

Beberapa kelompok etnis memiliki risiko lebih tinggi untuk kanker prostat. Misalnya, pria Afrika-Amerika memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan pria kulit putih atau Asia. Ras dan faktor genetik tertentu mungkin memainkan peran dalam perbedaan ini.

πŸ‘΄ Diet dan Gaya Hidup:

Pola makan yang tinggi lemak jenuh, kurangnya konsumsi sayuran dan buah-buahan, serta obesitas dapat meningkatkan risiko kanker prostat. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat berkontribusi pada peningkatan risiko.

Hindari banyak konsumsi alkohol.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘΄ Pajanan Lingkungan: 

Beberapa penelitian telah menghubungkan pajanan terhadap zat kimia tertentu atau polusi lingkungan dengan peningkatan risiko kanker prostat. Namun, hubungan ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

πŸ‘΄ Histori Kesehatan Pribadi: 

Pemakaian hormon testosteron sintetis dalam bentuk terapi penggantian hormon (Hormone Replacement Therapy, HRT) atau obat-obatan tertentu mungkin berhubungan dengan risiko kanker prostat.

πŸ‘΄ Infeksi dan Peradangan: 

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peradangan kronis pada prostat (prostatitis) mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko kanker prostat. Namun, hubungan ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

πŸ’¬ Faktor-faktor ini hanya berkontribusi pada peningkatan risiko, dan tidak ada satu penyebab tunggal yang dapat menjelaskan mengapa seseorang mengembangkan kanker prostat. 

       Mencegah kanker prostat pada lansia melibatkan perubahan gaya hidup dan pemantauan kesehatan yang baik. Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker prostat sepenuhnya.

Beberapa langkah berikut ini untuk mengurangi risiko kanker prostat :

🍣 Pola Makan Sehat:

  • Konsumsi lebih banyak sayuran, terutama sayuran hijau, wortel, tomat, brokoli, dan kubis.
  • Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan daging merah.
  • Pertimbangkan untuk mengonsumsi lemak sehat, seperti lemak tak jenuh tunggal dan polinesia yang ditemukan dalam minyak zaitun, kacang-kacangan, dan ikan.
  • Hindari makanan olahan dan makanan cepat saji yang tinggi garam dan gula.
Pola makan sehat adalah konsumsi sayuran dan buah.
(Sumber: foto canva.com) 
🍣 Jaga Berat Badan Ideal:

  • Upayakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat sesuai dengan tinggi badan dan usia Anda.
  • Obesitas telah terkait dengan peningkatan risiko kanker prostat, jadi usahakan untuk menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan seimbang dan olahraga teratur.

🍣 Olahraga Teratur:

  • Lakukan aktivitas fisik secara teratur. Aktivitas fisik seperti berjalan, berenang, bersepeda, dan latihan aerobik lainnya dapat membantu menjaga kesehatan prostat.
  • Latihan kekuatan (resistance training) juga dapat bermanfaat.

🍣 Kurangi Konsumsi Alkohol dan Hindari Merokok:

  • Konsumsi alkohol dalam batas yang wajar atau hindari sama sekali.
  • Jangan merokok atau hentikan kebiasaan merokok jika Anda merokok.

🍣 Pertimbangkan Suplemen dan Diet Seimbang:

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen seperti vitamin D, vitamin E, dan selenium dapat memiliki efek protektif terhadap kanker prostat. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum mengambil suplemen, karena dosis yang tidak tepat dapat berbahaya.

🍣 Pemeriksaan Kesehatan Teratur:

  • Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasikan dengan dokter Anda tentang tes dan skrining yang sesuai untuk usia dan risiko Anda.
  • Pemeriksaan kesehatan prostat, seperti tes darah PSA dan pemeriksaan fisik prostat, harus dibicarakan dengan dokter. Penggunaan tes PSA dan manfaatnya perlu dipertimbangkan secara individual.

🍣 Minimalkan Risiko Pajanan Lingkungan:

Kurangi pajanan (suatu upaya pencegahan bahaya dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan suatu penyakit pada manusia khususnya pekerja di suatu perusahaan.) Anda terhadap zat-zat kimia beracun atau polusi lingkungan yang dapat berkontribusi pada risiko kanker prostat.

πŸ’¬ Faktor risiko seperti usia dan faktor genetik tidak dapat diubah. Namun, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dan menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur, Anda dapat membantu mengurangi risiko Anda untuk mengembangkan kanker prostat

       Penyembuhan kanker prostat pada lansia, terutama jika kanker tersebut sudah mencapai tahap lanjut, bisa menjadi sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa pendekatan terbaik adalah deteksi dini dan pengobatan sejak dini. 

Pengobatan kanker prostat pada lansia akan bergantung pada sejumlah faktor, termasuk usia, kesehatan umum, stadium kanker, dan preferensi pasien.

Beberapa opsi pengobatan yang dapat dipertimbangkan, dengan catatan bahwa hanya dokter yang dapat meresepkan rencana pengobatan yang tepat:

🚧 Observasi Aktif: 

Pada beberapa kasus, terutama jika kanker prostat adalah jenis yang lambat tumbuh dan berisiko rendah, dokter mungkin merekomendasikan pendekatan observasi aktif. Ini melibatkan pemantauan ketat dan pemeriksaan reguler untuk memastikan kanker tidak berkembang lebih jauh. Pengobatan aktif hanya akan dimulai jika ada tanda-tanda pertumbuhan kanker yang signifikan.

🚧 Operasi: 

Prostatectomy adalah operasi yang mengangkat seluruh prostat. Ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, termasuk operasi terbuka, laparoskopi, atau robotik. Operasi biasanya disarankan untuk kanker prostat pada tahap awal yang terlokalisasi dalam prostat.

🚧 Radioterapi: 

Radioterapi melibatkan penggunaan sinar radiasi tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker prostat. Ini dapat digunakan sebagai pengobatan primer atau setelah operasi jika ada risiko kanker prostat berulang.

🚧 Terapi Hormon: 

Terapi hormon bertujuan untuk menekan produksi hormon testosteron, yang dapat mempercepat pertumbuhan kanker prostat. Terapi ini sering digunakan pada kanker prostat yang sudah menyebar atau pada kasus yang tidak dapat dioperasi.

🚧 Terapi Target: 

Terapi target adalah jenis pengobatan yang menargetkan sel-sel kanker prostat secara khusus. Ini mungkin menjadi pilihan jika kanker prostat resisten terhadap terapi hormon atau telah menyebar ke bagian lain tubuh.

🚧 Kemoterapi: 

Kemoterapi dapat digunakan untuk kanker prostat yang telah menyebar jauh. Ini melibatkan penggunaan obat-obatan kemoterapi untuk menghancurkan sel-sel kanker.

       Pilihan pengobatan akan bergantung pada evaluasi dokter tentang tingkat keparahan dan penyebaran kanker prostat pada pasien tertentu. Penting untuk berbicara dengan tim medis Anda untuk memahami opsi pengobatan yang tersedia dan potensi efek sampingnya. Selain itu, dukungan psikologis dan perawatan paliatif juga bisa menjadi bagian penting dari perawatan bagi pria yang menghadapi kanker prostat pada usia lanjut.



Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2483315/

https://aging.com/prostate-cancer-a-guide-for-aging-men/

https://www.cancer.org.au/cancer-information/types-of-cancer/prostate-cancer

https://academic.oup.com/jnci/article/92/8/613/2909471

https://www.nhs.uk/conditions/prostate-cancer/

Limfoma, Berbahaya Untuk Lansia

       Kanker limfoma, juga dikenal sebagai limfoma, adalah jenis kanker yang berasal dari sel-sel sistem limfatik. Sistem limfatik adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit. Kanker limfoma terjadi ketika sel-sel limfosit (jenis sel darah putih) mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali dan menjadi ganas.

Istilah medis yang umum digunakan untuk kanker limfoma adalah "lymphoma." Lymphoma adalah istilah yang merujuk pada kanker yang berasal dari sel-sel sistem limfatik, yang melibatkan kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfatik lainnya.

Ada dua jenis utama limfoma:

πŸ‘‰Limfoma Hodgkin (LH):

Limfoma Hodgkin ditandai oleh kehadiran sel-sel khas yang disebut sel Reed-Sternberg di dalam kelenjar getah bening. Jenis limfoma ini lebih langka daripada limfoma non-Hodgkin. Limfoma Hodgkin biasanya memiliki tingkat kesembuhan yang lebih tinggi daripada limfoma non-Hodgkin.

πŸ‘‰Limfoma non-Hodgkin (LNH):

Limfoma non-Hodgkin mencakup berbagai jenis limfoma yang berbeda-beda, yang dapat terjadi di berbagai bagian tubuh. Jenis-jenis limfoma non-Hodgkin ini dapat bervariasi dalam tingkat keganasan dan cara perawatannya.

Limfoma Hodgkin tingkat kesembuhan lebih tinggi dari limfoma non-Hodgkin
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Gejala kanker limfoma pada lansia bisa mirip dengan gejala pada orang dewasa pada umumnya. Namun, perlu diingat bahwa gejala kanker limfoma dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, tergantung pada jenis limfoma, tingkat keparahan, dan sejauh mana kanker telah menyebar.

Beberapa gejala umum kanker limfoma pada lansia yang perlu diwaspadai meliputi:

πŸ’’ Pembesaran kelenjar getah bening: 

Salah satu gejala yang sering muncul adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha. Kelenjar getah bening yang terasa keras atau tidak nyaman perlu diperiksa oleh dokter.

πŸ’’ Demam: 

Demam yang tidak jelas penyebabnya dan berlangsung dalam waktu lama bisa menjadi tanda kanker limfoma.

πŸ’’ Berkeringat berlebihan di malam hari: 

Keringat yang sangat berlebihan di malam hari, yang sering disebut sebagai "keringat malam," bisa menjadi tanda kanker limfoma.

πŸ’’ Penurunan berat badan yang tidak diinginkan: 

Penurunan berat badan yang signifikan tanpa alasan yang jelas adalah gejala yang umum terjadi pada kanker limfoma.

πŸ’’ Kelelahan yang berkepanjangan: 

Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan dengan istirahat yang cukup bisa menjadi tanda kanker limfoma.

Kelelahan terus-menerus tanda limfoma.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’’ Gatal-gatal kulit:

Beberapa orang dengan kanker limfoma mengalami gatal-gatal pada kulit tanpa adanya ruam atau kondisi kulit lainnya.

πŸ’’ Infeksi berulang: 

Lansia yang sering mengalami infeksi yang sulit sembuh atau berulang juga perlu memeriksakan diri ke dokter.

πŸ’­ Gejala-gejala ini tidak selalu menunjukkan adanya kanker limfoma

Penyebab pasti kanker limfoma pada lansia, seperti pada kelompok usia lainnya, belum sepenuhnya dipahami. Kanker limfoma adalah kondisi yang kompleks dan multifaktor.

Beberapa faktor berkontribusi pada risiko limfoma :

πŸ‘΄ Penuaan: 

Salah satu faktor risiko utama untuk kanker limfoma adalah usia. Kanker limfoma lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua, termasuk lansia. Hal ini mungkin karena perubahan genetik atau kerusakan selama bertahun-tahun yang meningkatkan risiko pertumbuhan sel ganas.

πŸ‘΄ Faktor Genetik: 

Beberapa bentuk kanker limfoma dapat terjadi dalam keluarga. Jika ada riwayat kanker limfoma dalam keluarga, risiko seseorang untuk mengembangkan kondisi ini mungkin lebih tinggi. Terdapat juga beberapa kelainan genetik yang terkait dengan risiko kanker limfoma.

Kanker limfoma dapat terjadi dalam keluarga.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘΄ Infeksi: 

Beberapa infeksi virus tertentu, seperti virus Epstein-Barr (EBV) dan virus human T-cell leukemia/lymphoma virus (HTLV-1), telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker limfoma. Infeksi HIV (virus immunodeficiency manusia) juga meningkatkan risiko limfoma pada lansia dengan sistem kekebalan yang melemah.

πŸ‘΄ Imunosupresi:

Pada lansia, sistem kekebalan tubuh dapat melemah, dan ini dapat meningkatkan risiko kanker limfoma. Penggunaan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan, seperti dalam kasus transplantasi organ, juga dapat meningkatkan risiko.

πŸ‘΄ Paparan Zat-Zat Berbahaya: 

Paparan zat-zat kimia tertentu atau radiasi dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker limfoma.

πŸ‘΄ Riwayat Penyakit Autoimun:

Beberapa kondisi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker limfoma pada lansia.

 πŸ’­ Banyak orang dengan faktor risiko yang sama tidak akan mengembangkan kanker limfoma, dan banyak yang mengembangkan kanker limfoma tidak memiliki faktor risiko yang jelas

        Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker limfoma, termasuk pada lansia, karena penyebab pasti kanker limfoma belum sepenuhnya dipahami. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko pengembangan kanker limfoma:

πŸ‘³ Hindari Faktor Risiko yang Diketahui: 

Beberapa faktor risiko, seperti merokok, terpapar zat-zat kimia berbahaya, atau infeksi tertentu, dapat meningkatkan risiko kanker limfoma. Hindari paparan terhadap faktor-faktor risiko ini ketika memungkinkan.

Hindari paparan asap rokok.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘³ Menerapkan Gaya Hidup Sehat:

Menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Ini mencakup makan makanan sehat, menjaga berat badan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari alkohol berlebihan.

πŸ‘³ Imunisasi: 

Beberapa kasus kanker limfoma terkait dengan infeksi virus tertentu. Mengikuti program imunisasi yang direkomendasikan oleh dokter, seperti vaksinasi hepatitis B atau vaksinasi HPV, dapat membantu mengurangi risiko infeksi virus yang dapat meningkatkan risiko kanker limfoma.

πŸ‘³ Pemeriksaan Kesehatan Rutin:

Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan skrining kanker yang disarankan oleh dokter dapat membantu mendeteksi kanker limfoma pada tahap awal, jika ada. Pengobatan kanker pada tahap awal biasanya memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik.

πŸ‘³ Kelola Stres: 

Stres yang berkepanjangan dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Menerapkan teknik pengelolaan stres seperti meditasi, yoga, atau terapi bisa membantu menjaga kesehatan mental dan fisik.

πŸ‘³ Perhatikan Riwayat Keluarga:

Jika ada riwayat kanker limfoma dalam keluarga Anda, diskusikan dengan dokter Anda tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk memantau dan mengurangi risiko.

πŸ‘³ Ikuti Pedoman Kesehatan Khusus: 

Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau sedang menjalani pengobatan yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, penting untuk mengikuti pedoman kesehatan yang direkomendasikan oleh dokter Anda.

πŸ’¬ langkah-langkah tersebut dapat membantu mengurangi risiko pengembangan kanker limfoma, tidak ada jaminan bahwa tidak akan mengembangkan kanker ini. Kanker limfoma bisa terjadi pada siapa saja.

         Perawatan kanker limfoma pada lansia akan sangat tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis limfoma, stadium penyakit, kesehatan umum lansia, dan preferensi individu. Perawatan biasanya akan disusun oleh tim medis yang terdiri dari berbagai spesialis, seperti ahli onkologi, ahli radiasi, dan ahli bedah, berdasarkan kondisi pasien.

Beberapa pilihan perawatan yang umum digunakan untuk mengobati kanker limfoma pada lansia termasuk:

πŸ‘‰ Kemoterapi:

Ini adalah metode pengobatan yang paling umum digunakan untuk kanker limfoma. Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan khusus yang bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker. Sering kali, kombinasi beberapa obat digunakan dalam regimen kemoterapi. Lansia mungkin memerlukan penyesuaian dosis atau jenis obat yang digunakan karena kondisi kesehatan yang mungkin lebih rapuh.

Kemoterapi pengobatan paling umum untuk limfoma.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘‰ Radioterapi: 

Radioterapi menggunakan sinar-X tinggi energi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Ini sering digunakan dalam kasus limfoma Hodgkin dan kadang-kadang pada limfoma non-Hodgkin. Radioterapi dapat ditargetkan pada area yang terinfeksi kanker dengan presisi.

πŸ‘‰ Terapi Target:

Terapi target adalah pengobatan yang ditargetkan secara khusus pada molekul-molekul atau jalur-jalur biologis yang terlibat dalam pertumbuhan sel kanker. Beberapa obat terapi target telah dikembangkan untuk beberapa jenis limfoma.

πŸ‘‰ Terapi Imunologi:

Terapi imunologi, seperti terapi sel T CAR (Chimeric Antigen Receptor T-cell), adalah metode baru yang mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Ini adalah pengobatan yang berkembang pesat dan mungkin merupakan pilihan bagi beberapa pasien dengan limfoma.

πŸ‘‰ Transplantasi Sumsum Tulang:

Transplantasi sumsum tulang dapat menjadi pilihan untuk beberapa pasien dengan kanker limfoma yang lebih agresif. Prosedur ini melibatkan penggunaan sumsum tulang atau sel-sel induk darah yang sehat untuk menggantikan yang rusak oleh pengobatan kanker.

πŸ‘‰ Pemantauan Aktif: 

Untuk beberapa kasus limfoma yang lebih lambat tumbuh atau pada lansia dengan kondisi kesehatan yang lemah, pemantauan aktif mungkin merupakan pilihan. Ini melibatkan pemantauan ketat terhadap perkembangan penyakit tanpa mengobati aktif kecuali jika ada tanda-tanda progresi.

        πŸ’¬ Setiap rencana perawatan akan disesuaikan dengan kebutuhan individu, dan pasien lansia mungkin memerlukan perhatian khusus karena berbagai faktor, seperti kondisi kesehatan yang mungkin lebih rapuh dan respons terhadap perawatan yang mungkin berbeda.

Konsultasikan dengan tim perawatan medis untuk membahas pilihan perawatan yang paling sesuai dengan kondisi atau orang yang Anda cintai. Pemantauan teratur dan komunikasi terbuka dengan tim perawatan sangat penting dalam manajemen kanker limfoma pada lansia.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lymphoma/symptoms-causes/syc-20352638

https://www.cancer.org.au/cancer-information/types-of-cancer/lymphoma

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22225-lymphoma

https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/lymphoma

https://www.cancer.org/cancer/types/lymphoma.html

Wednesday, 27 September 2023

Perasaan Cemas Pada Lansia, Fobia Sosial.

        Fobia sosial adalah ketika seseorang merasa sangat cemas dan minder dalam situasi sosial sehari-hari. Orang dewasa yang lebih tua mungkin merasakan ketakutan yang intens, terus-menerus, dan kronis akan dihakimi oleh orang lain dan melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan rasa malu. 

Beberapa orang lanjut usia menderita fobia sosial karena mereka malu karena tidak dapat mengingat nama atau malu dengan penampilannya karena sakit. Gangguan kecemasan sosial membuat Anda sulit menjalin dan mempertahankan teman. 

Beberapa lansia memiliki fobia sosial.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Penderita fobia sosial mungkin berada di dekat orang lain, namun merasa cemas sebelumnya, sangat tidak nyaman selama pertemuan tersebut, dan, setelah itu, khawatir bagaimana mereka dihakimi. Gejala fisiknya bisa berupa wajah memerah, berkeringat banyak, gemetar, mual, dan kesulitan berbicara.

Malu dengan penampilannya karena sakit.
(Sumber: foto canva.com)

Perasaan malu dapat dialami oleh individu dari segala usia, termasuk lansia. Malu adalah perasaan tidak nyaman atau rasa tidak percaya diri yang muncul ketika seseorang merasa bahwa perilaku atau tindakan mereka dianggap tidak pantas atau salah oleh orang lain atau oleh norma sosial tertentu.

Dalam dunia medis yang umum digunakan untuk menggambarkan perasaan malu yang mengganggu adalah Sosial Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial) atau Social Phobia.  Ini adalah gangguan kecemasan yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang karena ketakutan yang berlebihan terhadap situasi sosial atau performa di depan orang lain. 

Individu dengan gangguan kecemasan sosial sering kali merasa sangat malu, gugup, dan cemas dalam situasi seperti berbicara di depan umum, berpartisipasi dalam pertemuan sosial, atau bahkan berinteraksi dengan orang lain.

Gejala umum dari Gangguan Kecemasan Sosial meliputi:

  • Ketakutan intens sebelum atau selama situasi sosial atau performa.
  • Perasaan malu atau rendah diri yang mendalam.
  • Menghindari situasi sosial atau performa.
  • Gejala fisik seperti keringat berlebihan, gemetar, detak jantung yang cepat, atau mual saat dalam situasi tersebut.

Gangguan Kecemasan Sosial adalah gangguan kesehatan mental yang serius dan dapat mengganggu kehidupan seseorang secara signifikan.

Beberapa alasan mengapa lansia mungkin mengalami perasaan malu meliputi:

πŸ’ͺ Ketidakmampuan Fisik: 

Lansia mungkin mengalami penurunan kemampuan fisik seiring bertambahnya usia, seperti kesulitan berjalan, kehilangan daya penglihatan atau pendengaran. Hal ini bisa membuat mereka merasa malu karena merasa kurang terampil atau bergantung pada bantuan orang lain.

Kesulitan berjalan membuat lansia malu dan cemas.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’ͺ Kehilangan Memori: 

Beberapa lansia mengalami penurunan daya ingat atau kebingungan, yang bisa membuat mereka merasa malu saat mereka lupa hal-hal yang sebelumnya dapat mereka ingat.

πŸ’ͺ Isolasi Sosial:

Lansia yang menghadapi isolasi sosial, seperti kehilangan teman atau kerabat yang dekat, bisa merasa malu karena merasa kesepian atau tidak memiliki dukungan sosial.

πŸ’ͺ Perubahan Dalam Penampilan: 

Perubahan dalam penampilan fisik, seperti keriput, rambut beruban, atau berat badan yang berubah, dapat menyebabkan perasaan malu pada beberapa lansia.

πŸ’ͺ Ketergantungan pada Orang Lain: 

Jika lansia menjadi lebih tergantung pada perawatan atau dukungan orang lain, mereka mungkin merasa malu karena merasa menjadi beban bagi orang lain.

Merasa malu karena menjadi beban orang lain.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’ͺ Perubahan dalam Peran Sosial:

Ketika lansia pensiun dari pekerjaan atau peran sosial lainnya, mereka mungkin mengalami perasaan kehilangan identitas atau perasaan tidak berguna.

           πŸ’¬ Perasaan malu adalah emosi manusia yang alami dan bisa dialami oleh siapa saja.

Dalam konteks kesehatan mental, perasaan malu atau ketidakpercayaan diri yang berkepanjangan dan berat dapat menjadi gejala dari berbagai gangguan psikologis, seperti:

😱 Gangguan Kecemasan Sosial: 

Ini adalah gangguan di mana seseorang mengalami perasaan cemas yang luar biasa dalam situasi sosial dan dapat merasa malu atau takut akan penilaian orang lain.

😱 Gangguan Makan: 

Individu dengan gangguan makan seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa mungkin mengalami perasaan malu terkait dengan hubungan mereka dengan makanan, berat badan, atau penampilan fisik.

😱 Depresi:

Orang dengan depresi sering mengalami perasaan rendah diri yang mendalam dan dapat merasa malu terkait dengan perasaan ini.

😱 Gangguan Kecemasan Umum: 

Orang dengan gangguan kecemasan umum dapat merasa malu karena perasaan ketidakpastian atau kekhawatiran berlebihan.

😱 Gangguan Kepribadian:

Beberapa jenis gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian menghindar atau gangguan kepribadian dependen, dapat dikaitkan dengan perasaan malu atau ketidakpercayaan diri yang kronis.

        Mengatasi perasaan malu pada lansia dapat menjadi tantangan, tetapi ada berbagai strategi yang dapat membantu mereka menghadapinya dengan lebih baik. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu lansia mengatasi rasa malu:

πŸ‘„ Berbicara dan Mendengarkan: 

Ajak lansia untuk berbicara tentang perasaan mereka. Dengarkan dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi. Terkadang, berbicara tentang perasaan dapat membantu mengurangi tekanan emosional.

πŸ‘„ Bantu Identifikasi Akar Masalah:

Cobalah untuk membantu lansia mengidentifikasi penyebab perasaan malu mereka. Apakah itu terkait dengan perubahan fisik, perubahan dalam peran sosial, atau pengalaman masa lalu? Identifikasi akar masalah dapat membantu dalam penanganan.

πŸ‘„ Jaga Dukungan Sosial:

Dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan bisa sangat membantu. Pastikan lansia merasa didukung dan dicintai.

πŸ‘„ Promosikan Kesehatan Mental:

Dorong lansia untuk menjaga kesehatan mental mereka. Ini bisa termasuk berpartisipasi dalam aktivitas yang mereka nikmati, seperti seni, olahraga, atau musik. Terkadang terapi psikologis atau konseling juga diperlukan.

πŸ‘„ Latihan dan Perawatan Fisik:

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan suasana hati dan rasa percaya diri. Ini juga dapat membantu mengatasi beberapa penyebab perasaan malu terkait dengan perubahan fisik.

πŸ‘„ Terapi dan Konseling: 

Jika perasaan malu bersifat kronis atau mengganggu, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental, seperti seorang psikolog atau psikiater. Terapi kognitif perilaku (CBT) adalah salah satu bentuk terapi yang sering digunakan untuk mengatasi perasaan malu.

πŸ‘„ Edukasi: 

Edukasi tentang proses penuaan dan perubahan yang alami dalam tubuh dapat membantu lansia mengatasi perasaan malu terkait dengan perubahan fisik.

πŸ‘„ Latih Keterampilan Sosial:

Lansia mungkin merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi sosial jika mereka memiliki keterampilan sosial yang baik. Program pelatihan keterampilan sosial dapat membantu dalam hal ini.

πŸ‘„ Rencana Perawatan: 

Jika perasaan malu terkait dengan masalah medis tertentu, pastikan lansia mendapatkan perawatan medis yang sesuai.

πŸ‘„ Pendekatan Positif:

Dorong lansia untuk fokus pada aspek-aspek positif dalam hidup mereka. Membuat daftar pencapaian, mengejar hobi, dan merencanakan aktivitas yang membuat mereka bahagia dapat membantu mengalihkan perhatian dari perasaan malu.

       Mengatasi perasaan malu bisa memerlukan waktu, dan tidak ada solusi instan. Dukungan dari orang-orang terdekat dan profesional kesehatan mental dapat sangat membantu lansia dalam mengatasi perasaan ini dan meningkatkan kesejahteraan mereka.






Sumber:

https://www.overcome.org.uk/programs/fear? 

https://www.aagponline.org/patient-article/anxiety-and-older-adults-overcoming-worry-and-fear/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14998739/

https://www.ncoa.org/article/anxiety-and-older-adults-a-guide-to-getting-the-relief-you-need

https://www.psychiatrist.com/pcc/anxiety/anxiety-disorders-in-older-patients/

Tuesday, 26 September 2023

Lemak Jenuh, Apakah Bahaya Untuk lansia

        Lemak jenuh adalah jenis lemak yang memiliki ikatan kimia tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantainya, yang berarti bahwa rantai karbon dalam lemak ini sepenuhnya "tersaturasi" dengan atom hidrogen. Lemak jenuh atau minyak jenuh adalah lemak yang pada suhu kamar berbentuk padat atau setidaknya lebih kental daripada lemak cair pada suhu tersebut.

Istilah medis untuk lemak jenuh adalah "saturated fat." Dalam bahasa medis dan ilmu gizi, lemak jenuh mengacu pada jenis lemak yang memiliki ikatan tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantai karbonnya. Hal ini menyebabkan rantai karbon dalam lemak tersebut "jenuh" dengan atom hidrogen.

Lemak jenuh bersifat padat pada suhu kamar, terkandung dalam makanan hewani dan beberapa makanan nabati. Lemak jenuh telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya, itulah sebabnya penting untuk membatasi konsumsi lemak jenuh dalam diet Anda.

Lemak jenuh banyak terdapat pada makanan hewani.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Produk  hewani banyak mengandung lemak jenuh, seperti daging merah, produk susu tinggi lemak, mentega, dan lemak trans yang dihasilkan dari hidrogenasi minyak sayuran. Makanan yang tinggi lemak jenuh cenderung memiliki rasa yang kaya dan gurih.

Lemak jenuh banyak ditemukan pada berbagai bahan makanan, terutama dalam produk-produk hewani dan beberapa produk makanan olahan. 

Beberapa contoh bahan makanan yang mengandung lemak jenuh:

πŸ„ Daging Merah: 

Daging sapi, domba, dan babi dapat mengandung lemak jenuh, terutama pada bagian-bagian yang berlemak.

πŸ„ Produk Susu Tinggi Lemak: 

Susu tinggi lemak, keju, krim asam, dan mentega mengandung lemak jenuh. Lebih baik memilih produk susu rendah lemak atau non-lemak.

πŸ„ Minyak Kelapa: 

Minyak kelapa adalah salah satu jenis minyak nabati yang tinggi lemak jenuh. Ini sering digunakan dalam masakan tertentu.

πŸ„ Minyak Sawit:

Minyak sawit adalah minyak nabati yang mengandung lemak jenuh. Ini digunakan dalam banyak produk makanan olahan dan dapat ditemukan dalam makanan ringan, camilan, dan makanan cepat saji.

Minyak sawit (minyak nabati) yang mengandung lemak jenuh.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ„ Daging Ayam dengan Kulit:

Kulit ayam mengandung lemak jenuh, sehingga menghilangkan kulit ayam dapat membantu mengurangi asupan lemak jenuh.

πŸ„ Minyak Nabati Terhidrogenasi (Minyak Trans):

Minyak nabati terhidrogenasi digunakan dalam beberapa produk makanan olahan dan mengandung lemak trans, yang juga termasuk dalam kategori lemak jenuh.

πŸ„ Camilan Krim dan Kue Kering: 

Kue kering, biskuit, dan camilan yang mengandung mentega atau minyak nabati terhidrogenasi biasanya mengandung lemak jenuh.

πŸ„ Makanan Cepat Saji: 

Makanan cepat saji, seperti kentang goreng dan makanan berlemak lainnya, seringkali digoreng dalam minyak yang mengandung lemak jenuh.

       Minyak jenuh, jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan lansia, sama seperti pada kelompok usia lainnya. 

Beberapa dampak kesehatan minyak jenuh pada lansia meliputi:

πŸ’™ Penyakit Jantung: 

Konsumsi tinggi lemak jenuh telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah, yang dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri (aterosklerosis) dan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Konsumsi lemak jenuh tinggi meningkatkan risiko stroke.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’™ Obesitas: 

Konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas, Banyak makanan berlemak tinggi seperti pizza, makanan yang dipanggang, dan gorengan memiliki banyak lemak jenuhnya. 

Makan terlalu banyak lemak dapat menambah kalori ekstra pada makanan dan menyebabkan berat badan bertambah. Semua lemak mengandung 9 kalori per gram lemak. Ini lebih dari dua kali lipat jumlah yang ditemukan pada karbohidrat dan protein . yang dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.

πŸ’™ Peradangan: 

Minyak jenuh dapat memicu peradangan dalam tubuh, yang dapat memengaruhi kesehatan lansia. Peradangan kronis telah dikaitkan dengan berbagai penyakit, termasuk arthritis dan penyakit autoimun.

πŸ’™ Resistensi Insulin:

Diet tinggi lemak jenuh telah dikaitkan dengan perkembangan resistensi insulin, yang merupakan faktor risiko diabetes tipe 2. Diabetes dapat menjadi masalah serius pada lansia dan memerlukan manajemen yang cermat.

πŸ’™ Kesehatan Jantung: 

Lansia umumnya memiliki risiko lebih tinggi terkena masalah kesehatan jantung. Konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat memperburuk kondisi jantung yang sudah ada dan meningkatkan risiko komplikasi.

πŸ’™ Kesehatan Mental: 

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara diet tinggi lemak jenuh dan risiko gangguan kesehatan mental, seperti depresi. Kesehatan mental lansia dapat dipengaruhi oleh pola makan mereka.

πŸ”ŽTakaran Konsumsi Lemak Jenuh.

Takaran mengonsumsi lemak jenuh yang disarankan untuk lansia serupa dengan panduan diet yang umumnya direkomendasikan untuk orang dewasa pada umumnya. Menurut banyak pedoman gizi dan kesehatan, termasuk panduan dari organisasi seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengendalian Penyakit dan Pencegahan AS (CDC), rekomendasi umum untuk asupan lemak jenuh adalah sekitar 7-10% atau kurang dari total asupan kalori harian.

lansia harus menjaga jumlah asupan lemak jenuh.
(Sumber: foto canva.com)

Menghitung Konsumsi Lemak Jenuh.

Menghitung konsumsi lemak jenuh yang sehat pada manusia dapat melibatkan beberapa langkah sederhana. Perlu diingat bahwa rekomendasi asupan lemak jenuh akan bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kebutuhan kesehatan individu. 

Panduan umum untuk membantu Anda menghitung asupan lemak jenuh yang sehat:

🍳Tentukan Total Kebutuhan Kalori: 

Pertama-tama, Anda perlu menentukan total kebutuhan kalori harian Anda. Ini dapat dihitung berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan tujuan kesehatan Anda (misalnya, apakah Anda ingin menjaga berat badan, menurunkan berat badan, atau menaikkan berat badan). Banyak kalkulator online yang dapat membantu Anda menentukan kebutuhan kalori harian Anda.

🍳Batas Asupan Lemak Jenuh: 

Rekomendasi umum adalah bahwa asupan lemak jenuh harus kurang dari 10% dari total asupan kalori harian. Namun, beberapa organisasi kesehatan, seperti American Heart Association (AHA), merekomendasikan batasan lebih ketat, yaitu kurang dari 7% dari total kalori harian.

🍳Konversi Kalori menjadi Gram:

Lemak mengandung sekitar 9 kalori per gram. Jadi, jika Anda mengetahui total kalori harian yang Anda butuhkan dan ingin mematuhi batasan asupan lemak jenuh (misalnya, 10% dari 2.000 kalori), Anda dapat menghitung berapa gram lemak jenuh yang Anda perbolehkan per hari.

Contoh: Jika total kalori harian Anda adalah 2.000 kalori dan Anda ingin membatasi asupan lemak jenuh menjadi 10% dari total kalori, maka Anda dapat menghitung:

2.000 kalori x 0,10 (10%) = 200 kalori dari lemak jenuh per hari.

🍳Konversi Gram ke Porsi Makanan: 

Selanjutnya, Anda dapat mengonversi jumlah gram lemak jenuh ini menjadi porsi makanan yang mengandung lemak jenuh. Perhatikan bahwa berbagai sumber lemak jenuh memiliki jumlah lemak yang berbeda per porsi, jadi Anda perlu membaca label makanan atau merujuk pada tabel informasi gizi untuk mengidentifikasi jumlah lemak jenuh dalam makanan tertentu.

Contoh: Jika Anda ingin mengonsumsi tidak lebih dari 200 kalori lemak jenuh per hari, dan satu porsi makanan tertentu mengandung 5 gram lemak jenuh, maka Anda dapat mengonsumsi hingga 40 porsi makanan ini dalam sehari (200 kalori / 5 gram per porsi).

🍳Pantau Asupan: 

Penting untuk memantau asupan lemak jenuh Anda secara berkala dan memilih makanan yang sehat dan rendah lemak jenuh, seperti makanan tinggi serat, buah, sayuran, ikan berlemak, dan biji-bijian. Hindari makanan yang tinggi lemak jenuh seperti makanan cepat saji yang digoreng dalam minyak lemak jenuh, daging berlemak, dan produk susu tinggi lemak.

Membaca Label Nutrisi

Semua makanan kemasan memiliki label nutrisi yang mencantumkan kandungan lemak. Membaca label makanan dapat membantu melacak berapa banyak lemak jenuh yang Anda makan.

Periksa total lemak dalam satu porsi. Periksa juga jumlah lemak jenuh dalam satu porsi. Kemudian jumlahkan berapa porsi yang Anda makan.

Sebagai panduan, saat membandingkan atau membaca label:

  • 5% dari nilai harian dari lemak adalah rendah
  • 20% dari nilai harian dari lemak tergolong tinggi

Pilih makanan dengan jumlah lemak jenuh yang rendah.

       Konsultasikan dengan seorang ahli gizi atau profesional kesehatan untuk rekomendasi asupan lemak yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kesehatan Anda. Mengikuti panduan ini dapat membantu Anda menghitung dan menjaga asupan lemak jenuh yang sehat sesuai dengan kebutuhan Anda.




Sumber:

https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000838.htm#:~:text=Saturated 

https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/fats/saturated-fats

https://www.nhs.uk/live-well/eat-well/how-to-eat-a-balanced-diet/eat-less-saturated-fat/

https://en.wikipedia.org/wiki/Saturated_fat

Monday, 25 September 2023

Narsisistik Pada Lansia, Untuk Apa

      Orang yang berlebihan mencari pujian sering kali disebut sebagai "narcissist" atau "narsisistik." Narsisisme adalah karakteristik psikologis yang menggambarkan seseorang yang memiliki perasaan berlebihan akan kepentingan diri sendiri, perasaan superioritas, dan keinginan kuat untuk dipuji atau diakui oleh orang lain. 

Beberapa keluarga melaporkan bahwa perilaku kerabat mereka yang narsis semakin memburuk seiring bertambahnya usia. Seiring bertambahnya usia, semua membutuhkan lebih banyak perhatian dan dukungan dari orang-orang di sekitar. Seorang narsisis lanjut usia bergumul dengan gagasan untuk terlihat lemah atau bergantung pada orang lain. Dalam beberapa kasus, narsisisme bisa menjadi ciri kepribadian yang dominan dan mengganggu dalam hubungan inter personal.

Narsisisme bisa menjadi ciri kepribadian yang dominan.
(Sumber: foto LPC- Lansia

Ada dua jenis narsisisme yang umum dibahas dalam konteks ini:

πŸ‘‰ Narsisisme Naratif: 

Orang yang menderita narsisisme naratif cenderung bercerita tentang diri mereka sendiri secara berlebihan, mencari perhatian dengan menceritakan kisah-kisah yang mengesankan tentang diri mereka sendiri, dan berusaha agar orang lain memberikan pengakuan terhadap pencapaian atau karakteristik mereka.

πŸ‘‰ Narsisisme Grandiose: 

Orang dengan narsisisme grandiose memiliki perasaan yang sangat tinggi akan diri sendiri, merasa lebih unggul daripada orang lain, dan mencari pengakuan dan pujian sebagai cara untuk mempertahankan perasaan superioritas mereka.

Narsisisme memiliki perasaan yang sangat tinggi akan diri sendiri.
(Sumber: foto canva.com)

Narsisisme adalah ciri kepribadian kompleks dan dapat bervariasi dalam tingkat keparahan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku narsisistik, dan seseorang dapat mengalami kesulitan atau kesengsaraan yang signifikan akibat narsisisme.  

Beberapa ciri perilaku yang mungkin dapat diamati pada lansia yang memiliki kecenderungan untuk mencari pujian atau pengakuan:

πŸ’ Pencarian perhatian berlebihan: 

Mereka mungkin mencoba untuk menarik perhatian orang lain dengan cara yang mencolok atau mencari kesempatan untuk berbicara tentang diri mereka sendiri secara berlebihan.

πŸ’ Cerita-cerita berulang: 

Lansia yang mencari pujian mungkin sering kali mengulangi cerita atau pencapaian yang mengesankan dari masa lalu sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan atau pujian dari orang lain.

πŸ’ Keinginan untuk diberi pujian: 

Mereka mungkin secara terbuka mengungkapkan keinginan mereka untuk dipuji atau diakui oleh orang lain atas apa yang mereka lakukan atau capai.

πŸ’ Perubahan dalam tingkat sosial:

Ada kemungkinan bahwa lansia yang lebih dulu introvert atau tidak terlalu mencari perhatian dapat mengalami perubahan dalam perilaku sosial mereka saat bertambahnya usia.

πŸ’ Isolasi sosial: 

Meskipun tidak semua lansia mencari pujian, beberapa mungkin mengalami isolasi sosial karena perubahan perilaku mereka atau kesulitan berinteraksi dengan orang lain.

πŸ’ Kecenderungan untuk mencela orang lain: 

Lansia yang mencari pujian dapat mencoba untuk mendapatkan pengakuan dengan mencela atau mengkritik orang lain.

       Perubahan perilaku pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan fisik dan kognitif yang terjadi seiring bertambahnya usia, isolasi sosial, atau gangguan kesehatan mental. 

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi seseorang, termasuk lansia, untuk berlebihan mencari pujian atau pengakuan :

πŸ‘ Kurangnya Perasaan Dihargai: 

Lansia mungkin merasa kurang dihargai atau tidak lagi mendapatkan perhatian yang mereka butuhkan dari orang lain. Ini bisa terjadi karena faktor-faktor seperti pensiun, kematian pasangan hidup, isolasi sosial, atau perubahan dalam dinamika hubungan. Meskipun gangguan kepribadian narsistik tampaknya menimbulkan tantangan bagi orang lanjut usia, tingkat narsisme yang lebih rendah tampaknya bertindak sebagai pertahanan terhadap kesepian. Orang lanjut usia dengan tingkat narsisme subklinis cenderung mencari lebih banyak peluang untuk berinteraksi sosial, sehingga menghasilkan kesehatan mental dan emosional yang lebih baik.

Lansia merasa kurang dihargai.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘ Kehilangan Identitas: 

Setelah pensiun atau perubahan besar dalam hidup, seseorang dapat mengalami kesulitan dalam menjaga rasa identitas mereka. Mencari pujian atau pengakuan dapat menjadi cara untuk mengisi kekosongan ini atau untuk merasa relevan dalam kehidupan sehari-hari.

πŸ‘ Perasaan Kesepian: 

Lansia yang menghadapi kesepian atau isolasi sosial mungkin mencari pujian sebagai cara untuk mendapatkan interaksi sosial atau merasa lebih terhubung dengan orang lain.

πŸ‘ Perubahan Kesehatan Mental:

Beberapa masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, dapat memengaruhi perilaku dan kebutuhan seseorang untuk mendapatkan perhatian positif. Orang yang merasa tidak aman atau cemas mungkin mencari pujian sebagai cara untuk mengurangi perasaan negatif tersebut.

πŸ‘ Perubahan Kesehatan Fisik: 

Kehilangan kesehatan fisik atau kemampuan fisik dapat membuat seseorang merasa tidak lagi memiliki nilai atau relevansi. Mencari pengakuan bisa menjadi cara untuk mengatasi perasaan ini.

πŸ‘ Kurangnya Aktivitas Sosial atau Hobi: 

Ketika seseorang kurang memiliki aktivitas sosial atau hobi yang memenuhi waktu luang mereka, mereka mungkin mencari pujian sebagai pengganti untuk mengisi waktu dan memberikan rasa makna.

πŸ‘ Perubahan Kognitif: 

Perubahan dalam fungsi kognitif atau penyakit seperti demensia dapat memengaruhi kontrol impuls dan perilaku seseorang, termasuk kebutuhan untuk mencari pujian.

       Menjadi gejala atau tanda penyakit mental atau kondisi lain yang mungkin memengaruhi seseorang, termasuk lansia. 

Beberapa kondisi yang mungkin berhubungan dengan perilaku berlebihan mencari pujian pada lansia, antara lain:

😰 Depresi: 

Depresi dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia dan orang lain. Beberapa orang yang mengalami depresi dapat mencari pujian atau perhatian sebagai cara untuk mengatasi perasaan negatif yang mereka rasakan.

😰 Gangguan Kecemasan:

Gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan sosial, dapat membuat seseorang mencari validasi dari orang lain untuk mengatasi perasaan cemas dan tidak aman.

😰 Gangguan Kepribadian Narsistik:

Meskipun narsisisme biasanya dikaitkan dengan perilaku berlebihan mencari pujian, ini bisa menjadi tanda dari gangguan kepribadian narsistik. Gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan mental yang melibatkan keinginan yang kuat untuk dipuji dan perasaan superioritas yang berlebihan.

Narsistik memiliki keinginan kuat untuk dipuji.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Perubahan Kognitif: 

Lansia dengan perubahan kognitif, seperti demensia, mungkin mengalami perubahan dalam perilaku sosial dan kebutuhan untuk mendapatkan perhatian. Ini bisa menjadi bagian dari perubahan kepribadian yang terkait dengan demensia.

Perilaku berlebihan mencari pujian pada lansia dapat memiliki berbagai penyebab, dan tidak selalu berkaitan dengan kondisi medis atau mental tertentu. 

       Perilaku narsisistik adalah karakteristik kepribadian yang kompleks dan bisa menjadi tantangan untuk diobati sepenuhnya. 

Beberapa pendekatan terapeutik dan strategi dapat membantu individu yang mengalami perilaku narsisistik, terutama jika perilaku tersebut mengganggu hubungan mereka atau kualitas hidup mereka. 

Beberapa pendekatan yang dapat dipertimbangkan:

πŸ“‘ Terapi Psikoterapi: 

Terapi psikoterapi adalah pendekatan yang umum digunakan dalam mengatasi perilaku narsisistik. Terapis dapat membantu individu untuk memahami perasaan, perilaku, dan motif di balik perilaku narsisistik mereka. Terapi kognitif perilaku (CBT), terapi dialektikal perilaku (DBT), terapi psikoanalitik, atau terapi kelompok adalah beberapa jenis terapi yang dapat efektif. Terapi dapat membantu individu:

  1. Mengidentifikasi pola perilaku narsisistik.
  2. Mempahami akar penyebab perilaku tersebut.
  3. Mengembangkan perasaan empati terhadap orang lain.
  4. Belajar mengelola emosi dan mengurangi tingkat kecenderungan narsistik.

πŸ“‘ Terapi Keluarga: 

Terapi keluarga dapat membantu memperbaiki hubungan antara individu narsisistik dan anggota keluarga mereka. Hal ini dapat membantu anggota keluarga belajar berkomunikasi lebih efektif, memahami perasaan mereka sendiri, dan membatasi perasaan kecemasan yang dapat muncul dalam hubungan dengan individu narsisistik.

πŸ“‘ Perubahan Gaya Hidup: 

Mengubah gaya hidup dengan fokus pada kesejahteraan fisik dan mental dapat membantu mengurangi perilaku narsisistik. Ini termasuk mengadopsi pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan mendapatkan cukup tidur. Perubahan ini dapat membantu individu merasa lebih sehat secara keseluruhan.

πŸ“‘ Dukungan Sosial: 

Mempertahankan hubungan sosial yang sehat dan mendukung dapat membantu mengimbangi perilaku narsisistik. Mendapatkan dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat membantu individu memahami perasaan mereka dan mengurangi perasaan isolasi.

πŸ“‘ Pendekatan Holistik: 

Pendekatan holistik yang mencakup perawatan fisik, mental, dan sosial dapat membantu individu narsisistik mencapai keseimbangan dalam hidup mereka. Ini dapat melibatkan berbagai spesialis kesehatan, seperti psikolog, psikiater, ahli gizi, dan pelatih kesejahteraan

       Individu dengan perilaku narsisistik sering kali tidak merasa ada yang salah dengan perilaku mereka, dan pengobatan mungkin memerlukan waktu dan kerja sama yang baik dari individu tersebut. Juga, pendekatan terapeutik yang paling sesuai dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan situasi individu. Konsultasikan dengan seorang profesional kesehatan mental untuk menilai situasi secara lebih mendalam dan merencanakan perawatan yang sesuai.





Sumber:

https://bluemoonseniorcounseling.com/narcissistic-personality-disorder-in-seniors 

https://mantracare.org/therapy/narcissistic/aging-narcissistic/

https://www.psychologytoday.com/us/blog/fulfillment-at-any-age/202306/what-is-life-like-for-the-aging-narcissist

https://christineschoenwald.medium.com/14-ways-narcissists-become-more-toxic-as-they-age-f7099c426f83

https://academic.oup.com/psychsocgerontology/article/78/9/1493/7142622