Latah adalah suatu kondisi atau gangguan perilaku yang terjadi pada individu, terutama di beberapa budaya di Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia. Orang yang mengalami latah akan memberikan reaksi refleks atau otomatis yang berlebihan terhadap rangsangan atau perintah tertentu, seperti kata-kata atau perbuatan yang tidak pantas.
Peniruan dan pengulangan oleh anak di bawah 3 tahun bukan latah.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Penyakit latah atau yang bisa juga disebut dengan Jumping Frenchmen of Maine adalah kondisi langka yang ditandai dengan reaksi kaget yang parah. Pada orang yang latah, respons yang diberikan bisa dikatakan tidak normal.
latah Terbagi Empat Jenis.:
๐Koprolalia:
Tidak jelas apa penyebabnya, sering kali seseorang dengan sindrom Tourette akan berbicara vulgar atau berteriak di tengah interaksi atau berbicara dengan orang lain. Gejala khas dari jenis latah ini adalah mengucap kata yang memiliki konotasi negatif, tabu, atau jorok yang pastinya tidak baik untuk dibiarkan.
๐ Ekopraksia:
Pengulangan atau peniruan langsung gerakan, gerak tubuh, atau ekspresi wajah orang lain. Kadang-kadang, hal ini bisa bersamaan dengan ekolalia, yang merujuk pada pengulangan ucapan. Penyakit ini terutama terkait dengan skizofrenia tetapi dapat muncul dalam berbagai gangguan perilaku, suasana hati, kognitif, dan psikotik.
๐ Ekolalia:
Ekolalia yang merupakan respons kembali apa yang dikatakan orang lain secara otomatis. Jenis latah ini umum terjadi pada pengidap autisme. Menariknya, sebanyak 75 persen orang dengan kondisi autisme menunjukkan gejala echolalia sejak kecil.
๐ Ketaatan yang dipaksakan :
Terakhir adalah jenis ketaatan latah yang dipaksakan. Kondisi ini menunjukkan seseorang yang lambat yang segera melakukan perintah yang diberikan oleh orang lain.
Berdasarkan empat jenis latah tadi, gejala latah bisa disebutkan seperti berikut:
- Meniru-kata-kata.
- Mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan atau tabu.
- Menirukan gerakan atau gerak tubuh orang lain.
- Mengulangi kata, atau membeo.
Gejala latah dapat berupa berteriak, mengucapkan kata-kata kasar, atau melakukan gerakan tubuh yang tidak terkendali setelah terpapar rangsangan tertentu . Latah sering dianggap sebagai suatu gangguan saraf yang kompleks, meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami .
Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita, dan kejadian tersebut dapat sangat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Latah sering kali dianggap sebagai respons psikologis terhadap kejadian atau situasi yang menegangkan atau stres, meskipun faktor-faktor genetik dan lingkungan juga dapat berperan.
Gejala latah, termasuk respons refleks yang berlebihan terhadap rangsangan tertentu, sering dikaitkan dengan gangguan tics kompleks atau gangguan spektrum tik, beberapa kondisi, seperti Gangguan Tik ( Sindrom Tourette), Gangguan Tik Persisten Motor atau Vokal, atau gangguan tik yang disebabkan oleh penggunaan zat.
Dalam konteks medis, gejala latah mungkin akan diklasifikasikan dalam kerangka gangguan tik atau gangguan saraf yang sesuai, tergantung pada karakteristik dan faktor penyebab pada individu yang bersangkutan.
Beberapa ciri latah pada lansia mungkin termasuk:
๐Respon refleks yang berlebihan:
Seperti yang terjadi pada orang dewasa, lansia yang mengalami latah mungkin menunjukkan respons refleks yang berlebihan terhadap rangsangan tertentu, seperti kata-kata atau tindakan yang tidak pantas.
Respon refleks yang berlebihan menimbulkan latah. (Sumber: foto canva.com) |
๐Gerakan tubuh tidak terkendali:
Lansia dengan latah dapat mengalami gerakan tubuh yang tidak terkendali, serupa dengan apa yang dialami oleh individu dengan gangguan tics atau gangguan saraf lainnya.
๐Kemungkinan yang disebabkan oleh faktor stres:
Seperti pada orang dewasa, faktor stres atau kejadian yang menegangkan dapat menyebabkan penyakit latah pada lansia.
๐Perubahan perilaku: Lansia dengan latah mungkin menunjukkan perubahan perilaku yang tidak biasa, seperti berteriak atau mengucapkan kata-kata kasar saat terpapar rangsangan tertentu.
๐Gangguan lain:
Pada lansia, latah mungkin juga berhubungan dengan gangguan lain yang lebih umum terjadi pada usia tersebut, seperti gangguan neuropsikiatri seperti demensia atau gangguan psikologis lainnya.
๐ฌGejala latah lansia pada dapat menjadi tanda adanya gangguan saraf atau kesehatan mental yang lebih serius.
Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada terjadinya latah belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa faktor yang mungkin berperan dalam perkembangan kondisi ini antara lain:
๐Faktor Genetik :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat memainkan peran dalam kerentanan seseorang terhadap orang lain.Jika ada riwayat keluarga dengan penyakit atau gangguan tics lainnya, maka risiko terkena penyakit mungkin lebih tinggi.
๐Faktor Lingkungan:
Paparan terhadap situasi atau rangsangan tertentu dalam lingkungan seseorang dapat memicu atau meringankan penyakit.Faktor lingkungan seperti stres atau kejadian traumatis mungkin berkontribusi pada munculnya gejala latah.
Lingkungan dapat mempengaruhi penyakit latah. (Sumber: foto canva.com) |
๐Faktor Psikologis:
Beberapa teori menyatakan bahwa latah dapat dikaitkan dengan faktor psikologis, seperti tingkat kecemasan yang tinggi atau gangguan psikologis lainnya.Gejala latah kadang-kadang muncul sebagai respon refleksif terhadap stres atau tekanan emosional.
๐Kimia dalam Otak:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan zat kimia otak, seperti dopamin, serotonin, atau neurotransmitter lainnya, dapat berperan dalam perkembangan otak.
๐Gangguan Neurologi:
Beberapa kondisi saraf, seperti gangguan otak atau cedera kepala, juga dapat berkontribusi pada munculnya gejala penyakit latah.
Khususnya pada lansia, pengelolaan gejala latah lebih difokuskan pada mengurangi intensitas dan dampak gejalanya daripada mencoba menyembuhkannya sepenuhnya.
Beberapa langkah yang dapat membantu mengelola gejala latah lansia :
๐ณKonsultasi dengan Profesional Medis:
Langkah pertama adalah mencari bantuan dari profesional medis yang berpengalaman dalam gangguan tic atau gangguan saraf. Mereka dapat melakukan evaluasi dan memberikan diagnosis yang akurat.
๐ณTerapi Perilaku:
Terapi perilaku, seperti Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive-Behavioral Therapy, CBT) atau Terapi Komprehensif Berbasis Tik, dapat membantu individu untuk mengenali tanda-tanda awal latah dan mempelajari teknik untuk mengendalikannya. Terapi ini dapat membantu dalam mengurangi intensitas gejala.
๐ณObat-obatan:
Pada beberapa kasus, obat-obatan seperti anti psikotik atipikal atau alpha-agonists mungkin diresepkan untuk mengurangi gejala penyakit latah. Penting untuk memahami manfaat dan risiko obat-obatan ini, dan dosis harus disesuaikan oleh dokter.
๐ณManajemen Stres:
Karena stres dapat meredakan gejala penyakit kronis, manajemen stres adalah langkah penting. Teknik-teknik relaksasi, olahraga, meditasi, dan dukungan sosial dapat membantu mengurangi stres.
๐ณPendidikan dan Dukungan:
Memberikan informasi kepada individu dan keluarganya tentang kesehatan, dan memastikan adanya dukungan sosial yang memadai, dapat membantu dalam mengelola kondisi ini. Dukungan keluarga dan pengertian dari orang-orang terdekat dapat membantu individu yang mengalami latah.
๐ณPengaturan Lingkungan:
Menghindari situasi atau rangsangan yang memicu gejala penyakit adalah langkah yang dapat membantu.Memodifikasi lingkungan agar lebih kondusif dan meminimalkan rangsangan yang dapat memicu gejala juga bisa membantu.
๐ณPantau Perkembangan:
Lansia yang mengalami keterlambatan memerlukan pemantauan secara teratur oleh medis profesional untuk memastikan perubahan gejala dan respons terhadap pengobatan.
Tidak ada pengobatan yang benar-benar menyembuhkan penyakit latah. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan kualitas hidup individu dengan mengelola gejalanya secara efektif. Konsultasikan dengan medis profesional untuk merencanakan perawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan individu yang bersangkutan.
Sumber:
https://psychcentral.com/health/echopraxia
https://en.wikipedia.org/wiki/Echopraxia
https://www.choosingtherapy.com/echopraxia/
https://getgoally.com/blog/neurodiversopedia/what-is-echopraxia/
No comments:
Post a Comment