Thursday, 19 October 2023

Kelaparan Ekstrem, Ada Masalah Pada lansia

         Polifagia (juga disebut hiperfagia) adalah istilah medis untuk rasa lapar yang ekstrem. Jenis kelaparan ekstrem ini berbeda dengan kelaparan pada umumnya; misalnya yang dialami setelah melewatkan makan atau berolahraga. Sebaliknya, rasa lapar seperti ini sepertinya tidak kunjung hilang bahkan setelah makan, dan orang tersebut tidak pernah merasa puas. 

Polifagia menggambarkan kondisi di mana seseorang mengalami peningkatan nafsu makan atau konsumsi makanan yang secara berlebihan. Ini adalah gejala yang dapat terjadi pada berbagai gangguan kesehatan, termasuk diabetes, gangguan makan, dan kondisi medis lainnya. 

Untuk diingat bahwa polifagia bukan penyakit itu sendiri, tetapi merupakan gejala yang mungkin mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang mendasarinya. 

Polifagia, atau peningkatan nafsu makan yang signifikan, bisa terjadi pada lansia seperti pada kelompok usia lainnya. 

Lansia memiliki semangat tinggi untuk perubahan.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Beberapa ciri yang mungkin muncul ketika lansia mengalami peningkatan nafsu makan yang tidak biasa termasuk:

🍣Konsumsi makanan yang lebih besar dari biasanya: 

Lansia yang mengalami polifagia mungkin makan porsi makanan yang lebih besar dalam satu waktu atau mungkin merasa terus-menerus lapar.

🍣Kenaikan berat badan yang signifikan: 

Polifagia yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang cepat dan tidak sehat pada lansia.

🍣Makan makanan yang tidak biasa: 

Lansia yang mengalami polifagia mungkin cenderung makan makanan yang tidak biasa bagi mereka atau makan makanan yang tidak sesuai dengan preferensi diet mereka sebelumnya.

Memakan makanan yang tidak biasa dengan diet sebelumnya.
(Sumber: foto canva.com)

🍣Gangguan tidur: 

Peningkatan nafsu makan yang kuat bisa mengganggu tidur lansia, menyebabkan mereka sering makan tengah malam atau sulit tidur.

🍣Perubahan emosi dan perilaku: 

Polifagia bisa memengaruhi emosi dan perilaku lansia. Mereka mungkin merasa cemas, bersalah, atau stres terkait dengan polifagia dan masalah berat badan yang timbul akibatnya.

🍣Perubahan fisik: 

Peningkatan nafsu makan yang signifikan bisa memengaruhi kondisi fisik lansia, termasuk kesehatan gigi dan gusi, serta kesehatan jantung dan metabolisme.

         Polifagia pada lansia dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Beberapa faktor yang dapat berperan dalam polifagia pada lansia meliputi:

📇Perubahan Metabolisme: 

Seiring bertambahnya usia, metabolisme tubuh cenderung melambat. Ini dapat mengakibatkan lansia merasa lapar lebih sering atau merasa perlu makan lebih banyak untuk mempertahankan berat badan mereka.

Seiring bertambahnya usia terjadi perubahan metabolisme.
(Sumber: foto canva.com)

📇Perubahan Hormon:

Perubahan hormon terkait dengan penuaan, seperti perubahan hormon ghrelin yang mengatur rasa lapar, dapat mempengaruhi nafsu makan lansia.

📇Masalah Medis:

Beberapa masalah medis yang lebih umum terjadi pada lansia, seperti diabetes, gangguan tiroid, penyakit Alzheimer, dan gangguan mental, dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan atau polifagia.

📇Efek Samping Obat: 

Beberapa obat yang sering diresepkan kepada lansia untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu dapat mempengaruhi nafsu makan dan menyebabkan polifagia.

📇Isolasi Sosial: 

Lansia yang mengalami isolasi sosial atau depresi seringkali mencari kenyamanan dan kesenangan dalam makanan. Ini dapat mengarah pada polifagia sebagai bentuk koping.

📇Masalah Emosional dan Psikologis: 

Stres, kecemasan, dan depresi dapat menyebabkan polifagia pada lansia. Makanan sering digunakan sebagai cara untuk mengatasi perasaan negatif.

📇Kehilangan Indra Penciuman dan Perasa: 

Lansia yang mengalami penurunan indra penciuman dan perasa mungkin cenderung mencari makanan dengan rasa yang lebih kuat atau berlebihan untuk merasakan kenikmatan makanan.

📇Kecanduan Makanan atau Gangguan Makan: 

Polifagia dapat juga disebabkan oleh gangguan makan seperti bulimia atau binge eating disorder.

💬Polifagia pada lansia tidak selalu menunjukkan masalah serius, tetapi bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang perlu diatasi. 

       Mencegah polifagia pada lansia melibatkan pemahaman terhadap faktor-faktor penyebabnya serta pengambilan langkah-langkah yang tepat. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah polifagia pada lansia:

📊Pemantauan Kesehatan: 

Rutin memeriksa kesehatan lansia dan berbicara dengan profesional medis dapat membantu mengidentifikasi masalah kesehatan yang mungkin menyebabkan polifagia. Penanganan masalah kesehatan yang mendasari seperti diabetes atau gangguan tiroid dapat membantu mengendalikan nafsu makan.

Lansia harus rutin memantau kesehatan.
(Sumber: foto canva.com)

📊Makan Seimbang: 

Pastikan bahwa lansia mendapatkan makanan yang seimbang dengan asupan nutrisi yang mencukupi. Gizi yang tepat dapat membantu mengurangi keinginan untuk makan berlebihan.

📊Pengaturan Porsi:

Mengatur porsi makanan secara tepat dan memastikan bahwa porsi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan kalori individu dapat membantu mencegah makan berlebihan.

📊Hindari Makanan Tinggi Gula dan Lemak: 

Batasi konsumsi makanan tinggi gula dan lemak jenuh, karena makanan ini cenderung kurang memberikan rasa kenyang dan dapat mengganggu kontrol nafsu makan.

📊Minum Air Secukupnya: 

Terkadang, rasa haus dapat disalahartikan sebagai rasa lapar. Pastikan lansia mengonsumsi air secukupnya agar terhindar dari dehidrasi.

📊Aktivitas Fisik:

Menjaga aktivitas fisik yang seimbang adalah penting. Aktivitas fisik dapat membantu mengontrol nafsu makan dan memelihara berat badan yang sehat.

📊Perhatikan Efek Samping Obat: 

Jika lansia sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi nafsu makan, bicarakan dengan dokter atau profesional medis mengenai opsi alternatif atau pengaturan dosis.

📊Hindari Isolasi Sosial: 

Usahakan agar lansia tetap terlibat dalam kegiatan sosial dan terhubung dengan keluarga dan teman-teman. Isolasi sosial dapat meningkatkan keinginan untuk makan sebagai bentuk penghiburan.

📊Manajemen Emosi:

Bantu lansia dalam mengelola stres, kecemasan, dan depresi. Terapi kognitif perilaku atau konseling psikologis dapat membantu dalam hal ini.

📊Konsultasi dengan Ahli Gizi atau Dietisien:

Konsultasikan dengan ahli gizi atau dietisien yang dapat memberikan saran khusus mengenai pola makan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

        Pengobatan polifagia pada lansia tergantung pada penyebabnya. Polifagia adalah gejala, bukan kondisi medis tunggal, jadi perlu mengidentifikasi faktor yang mendasarinya. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengobati polifagia pada lansia:

👳Konsultasi dengan Profesional Medis: 

Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis. Mereka akan melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan lengkap untuk menentukan penyebab polifagia.

👳Pengobatan Masalah Kesehatan Mendasar: 

Jika polifagia disebabkan oleh masalah kesehatan mendasar seperti diabetes, gangguan tiroid, atau masalah hormonal, dokter akan meresepkan pengobatan dan perawatan yang sesuai. Kontrol masalah kesehatan yang mendasari dapat membantu mengendalikan nafsu makan.

👳Evaluasi Obat-Obatan: 

Jika polifagia disebabkan oleh efek samping obat-obatan, dokter dapat merekomendasikan perubahan obat atau pengaturan dosis. Jangan pernah menghentikan atau mengubah dosis obat tanpa konsultasi dokter.

👳Konseling atau Terapi Psikologis: 

Jika polifagia terkait dengan masalah emosional atau psikologis seperti stres, kecemasan, atau depresi, terapi kognitif perilaku atau konseling psikologis dapat membantu. Terapis dapat membantu lansia mengelola perasaan dan perilaku yang mendorong polifagia.

👳Pengelolaan Pola Makan: 

Ahli gizi atau dietisien dapat membantu lansia dalam merencanakan pola makan yang seimbang dan memuaskan. Ini dapat membantu mengendalikan nafsu makan yang tidak wajar.

👳Aktivitas Fisik: 

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu mengontrol nafsu makan dan memelihara berat badan yang sehat.

👳Pendekatan Terpadu:

Dalam beberapa kasus, polifagia pada lansia mungkin memerlukan pendekatan terpadu yang melibatkan perawat, dokter, ahli gizi, dan terapis untuk memberikan perawatan yang komprehensif.

Polifagia bisa menjadi tanda penyakit atau masalah kesehatan yang lebih serius, oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengobatinya. Lansia dan keluarga mereka harus berkolaborasi dengan profesional medis untuk menentukan rencana perawatan yang paling efektif.


Sumber:

https://psicodigital.com/vida-saludable/medicina-y-salud/que-es-la-hiperfagia-y-como-controlarla/

https://www.webconsultas.com/dieta-y-nutricion/trastornos-alimentarios/prevencion-y-tratamiento-de-la-hiperfagia

https://www.abc.med.br/p/sinais.-sintomas-e-doencas/1384188/hiperfagia-caracteristicas-diagnostico-e-tratamento.htm



















 

No comments:

Post a Comment