Hiperestesia ditandai dengan meningkatnya kepekaan terhadap indra peraba. Penyakit ini juga dianjurkan sebagai penyakit nyeri neuropatik (saraf). Orang dengan hiperestesi mengalami perubahan sensasi kulit dengan peningkatan sensitivitas terhadap sentuhan, suhu, atau nyeri. Hiperestesia dipicu oleh rangsangan pada kulit (misalnya sentuhan).
Hiperestesia sangat sensitif terhadap sentuhan dan suhu. (Sumber: foto pen 49 ceria) |
Hiperestesia adalah suatu kondisi saraf yang menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap sentuhan, nyeri, tekanan, dan sensasi panas. Hiperestesia dapat mempengaruhi satu indra saja atau seluruh indra. Gejalanya bervariasi tetapi biasanya berupa nyeri dengan intensitas, frekuensi, dan kualitas yang bervariasi.
Bila nyeri disebabkan oleh paparan terhadap sesuatu yang seharusnya tidak menimbulkan nyeri yang sama sekali, misalnya sentuhan ringan, maka disebut allodynia. Ketika rasa sakit yang tidak proporsional melebihi apa yang biasanya diharapkan disebabkan oleh sesuatu yang biasanya menyebabkan rasa sakit, seperti tusukan peniti kecil yang sangat menyakitkan, ini disebut hiperalgesia. Hiperestesia selalu merupakan akibat sekunder dari gangguan medis lainnya.
Hiperestesia dapat muncul sebagai gejala dari berbagai kondisi medis atau saraf tetapi tidak terbatas pada gangguan sensorik, gangguan saraf perifer, atau kondisi psikiatrik tertentu. Gejalanya dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya dan dapat mencakup perasaan terbakar, gatal, atau nyeri yang lebih hebat dari yang mungkin dirasakan oleh orang lain.
Pada lansia, hiperestesia atau peningkatan sensitivitas sensorik dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada hiperestesia lansia meliputi perubahan fisiologis yang terjadi seiring dengan proses penuaan.
Beberapa faktor yang mungkin terkait dengan hiperestesia lansia pada:
Perubahan Saraf:
Seiring bertambahnya usia, saraf-saraf tubuh cenderung mengalami perubahan. Proses degeneratif pada saraf-saraf tertentu atau perubahan pada fungsi saraf dapat menyebabkan penurunan sensitivitas.
Penurunan sensitivitas terjadi karena ada perubahan saraf.
(Sumber: foto canva.com)
Osteoartritis:
Kondisi umum ini merupakan bentuk arthritis yang pada lansia dan dapat menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi. Sensitivitas terhadap sentuhan atau tekanan di sekitar area yang terkena osteoartritis dapat meningkat.
Perifer Neuropati :
Lansia mungkin lebih rentan terhadap neuropati perifer, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk diabetes atau efek samping obat. Neuropati perifer dapat menyebabkan hiperestesia di daerah yang terkena.
Penurunan Pendengaran dan Penglihatan:
Hilangnya pendengaran atau penglihatan secara umum pada lansia dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas dalam hal perasaan atau sentuhan sebagai respons terhadap kehilangan indera tersebut.
Gangguan Psikiatrik :
Kondisi psikiatrik seperti depresi atau kecemasan dapat menjadi lebih umum pada lansia dan dapat mempengaruhi persepsi sensorik.
Penyakit Neurologis:
Beberapa penyakit neurologi degeneratif yang lebih umum terjadi pada lansia, seperti penyakit Alzheimer atau penyakit Parkinson, dapat mempengaruhi fungsi saraf dan menyebabkan hiperestesia.
Efek Samping Obat:
Penggunaan obat pada lansia dapat menyebabkan efek samping termasuk peningkatan sensitivitas sensorik.
Obat selalu memiliki efek samping.
(Sumber: foto canva.com)
💬Setiap individu dapat memiliki pengalaman yang berbeda-beda, dan tidak semua lansia akan mengalami hiperestesia.
Mencegah hiperestesia pada lansia melibatkan upaya untuk mempromosikan kesehatan umum dan mengelola faktor risiko yang dapat berkontribusi pada peningkatan sensitivitas sensorik.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah hiperestesia pada lansia:
Perawatan Kesehatan Rutin:
Menjalani perawatan kesehatan rutin sangat penting. Lansia sebaiknya menjadwalkan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk menjaga kondisi kesehatan mereka dan mendeteksi dini masalah yang mungkin mempengaruhi sistem saraf atau sensorik.
Aktivitas Fisik Teratur:
Berolahraga secara teratur dapat membantu mempertahankan kesehatan saraf dan mempromosikan sirkulasi darah yang baik. Aktivitas fisik juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit tertentu yang dapat menyebabkan hiperestesia.
Pola Makan Sehat:
Makanan bergizi dapat mendukung kesehatan saraf dan sistem tubuh lainnya. Diet seimbang dengan nutrisi yang cukup dapat membantu menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Manajemen Stres:
Stres dapat mempengaruhi respons sensorik. Lansia dapat mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk mengelola stres.
Stres dapat mempengaruhi respons sensorik.
(Sumber: foto canva.com)
Pengelolaan Penyakit Kronis:
Pengelolaan kondisi kesehatan kronis, seperti diabetes atau penyakit jantung, dapat membantu mengurangi risiko neuropati perifer atau komplikasi lainnya yang dapat menyebabkan hiperestesia.
Pencegahan Cedera:
Upaya untuk mencegah cedera fisik juga penting. Hal ini melibatkan penggunaan alat bantu jika diperlukan, seperti tongkat atau kursi roda, dan memastikan lingkungan rumah aman dan bebas hambatan.
Pendidikan Obat:
Jika seseorang sedang menggunakan obat, penting untuk memahami efek samping yang mungkin terjadi. Berkonsultasi dengan profesional kesehatan mengenai obat-obatan yang digunakan dan potensi efek di sekitarnya.
Penggunaan Alat Bantu Sensorik:
Dalam beberapa kasus, penggunaan alat bantu sensorik seperti kacamata atau alat bantu pendengaran dapat membantu mengurangi risiko cedera atau komplikasi yang dapat menyebabkan hiperestesia.
Pengobatan hiperestesia pada lansia akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Penting untuk diketahui bahwa hiperestesia sendiri bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala dari kondisi medis atau saraf tertentu. Oleh karena itu, pengobatan akan difokuskan pada merawat atau mengatasi penyebab yang mendasarinya.
Beberapa pendekatan yang mungkin digunakan:
Manajemen Penyakit Gaya Hidup:
Jika hiperestesia disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti diabetes, penyakit jantung, atau penyakit neurologi, manajemen penyakit yang baik dapat membantu mengurangi gejala. Ini dapat mencakup pengelolaan gula darah, pengendalian tekanan darah, atau terapi fisik.
Obat-Obatan:
Dalam beberapa kasus, obat-obatan tertentu mungkin diresepkan untuk mengurangi gejala hiperestesia. Ini bisa mencakup analgesik untuk mengurangi rasa sakit, obat anti inflamasi, atau obat yang mempengaruhi aktivitas saraf.
Fisioterapi:
Terapi fisik atau fisioterapi dapat membantu merawat kondisi fisik yang mendasari yang dapat menyebabkan hiperestesia. Ini dapat mencakup latihan untuk meningkatkan kekuatan dan koordinasi, serta teknik pemijatan atau terapi suhu untuk meredakan gejala.
Terapi pemijatan untuk meredakan gejala hiperestesia.
(Sumber: foto canva.com)
Manajemen Stres dan Kesehatan Mental:
Jika stres atau masalah kesehatan mental berkontribusi pada hiperestesia, maka teknik manajemen stres, konseling, atau terapi psikologis mungkin direkomendasikan.
Pengobatan Neuropati:
Jika hiperestesia disebabkan oleh neuropati perifer, pengobatan yang ditargetkan pada kondisi ini dapat diterapkan. Ini dapat mencakup penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikonvulsan atau antidepresan, yang dapat membantu meringankan gejala neuropati.
Modifikasi Gaya Hidup:
Beberapa perubahan dalam gaya hidup, seperti menghindari pemicu yang menurunkan gejala, mendukung kesehatan umum, dan menjaga lingkungan yang aman, dapat membantu mengelola hiperestesia.
Berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk evaluasi dan rekomendasi yang tepat. Merawat hiperestesia pada lansia memerlukan pendekatan yang terpersonalisasi sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan individu.
Sumber:
https://www.medicalnewstoday.com/articles/hyperesthesia
https://www.webmd.com/brain/what-is-hyperesthesia
https://en.wikipedia.org/wiki/Hyperesthesia
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563125/
https://www.painscale.com/article/what-is-hyperesthesia
No comments:
Post a Comment