Gangguan disosiatif, yang juga dikenal sebagai gangguan identitas disosiatif atau gangguan kepribadian disosiatif, adalah gangguan mental yang ditandai oleh perubahan identitas, ingatan, dan kesadaran diri seseorang.
Gangguan ini terjadi ketika seseorang mengalami pemisahan atau disosiasi dari aspek-aspek tertentu dari diri mereka. Gangguan disosiatif dapat mencakup berbagai gejala, yang paling terkenal adalah pembentukan identitas ganda, di mana individu memiliki dua atau lebih identitas yang berbeda yang dapat muncul secara bergantian.
Gangguan disosiatif terjadi pada orang dewasa dan lansia. (Sumber: foto LPC-Lansia) |
Istilah medis yang digunakan untuk gangguan disosiatif dalam bahasa Inggris adalah "Dissociative Disorder." Gangguan disosiatif adalah kategori gangguan mental yang mencakup beberapa sub jenis, termasuk Gangguan Identitas Disosiatif , Gangguan Disosiatif Fugue, dan Gangguan Disosiatif Amnesia.
Gangguan kepribadian ganda. (Sumber: foto canva.com) |
Setiap sub jenis memiliki karakteristik dan gejala yang berbeda, tetapi semuanya melibatkan pengalaman disosiasi atau pemisahan dari aspek-aspek tertentu dari identitas, ingatan, atau kesadaran diri. Istilah "gangguan disosiatif" merujuk pada kelompok gangguan ini secara umum.
Beberapa gejala dan tanda yang terkait dengan gangguan disosiatif :
π΅Amnesia:
Hilangnya ingatan terhadap periode waktu atau peristiwa tertentu dalam hidup seseorang. Ini bisa mencakup amnesia terhadap peristiwa-trauma yang memicu gangguan ini.
π΅Identitas ganda:
Seseorang mungkin mengalami perubahan identitas atau kepribadian yang signifikan, dengan setiap kepribadian memiliki ciri-ciri, perilaku, dan ingatan yang berbeda.
π΅Perubahan suara atau penampilan fisik:
Individu dengan gangguan disosiatif mungkin juga mengalami perubahan dalam suara mereka, aksen bicara, atau bahkan penampilan fisik mereka ketika identitas yang berbeda muncul.
Penampilan fisik berubah ketika identitas berbeda muncul. (Sumber: foto canva.com) |
π΅Gangguan kesadaran:
Perasaan "merasa berada di luar tubuh" atau kehilangan kontrol atas diri sendiri adalah gejala lain yang dapat terjadi.
π΅Gangguan waktu:
Seseorang mungkin kehilangan pemahaman tentang waktu, seperti tidak tahu berapa lama mereka telah "tidur" dalam identitas tertentu.
Gangguan disosiatif lebih umum terjadi pada usia dewasa muda, tetapi bisa saja terjadi pada lansia. Namun, gangguan disosiatif pada lansia mungkin memiliki ciri-ciri yang berbeda atau lebih sulit diidentifikasi dibandingkan dengan populasi yang lebih muda.
Beberapa ciri gangguan disosiatif pada lansia mungkin termasuk:
π΄Disosiatif Amnesia :
Lansia dengan gangguan disosiatif mungkin mengalami amnesia terhadap peristiwa atau masa lalu mereka, terutama jika mereka telah mengalami trauma atau stres psikologis dalam hidup mereka, melupakan nama orang, peristiwa penting, atau informasi pribadi.
π΄Perubahan perilaku:
Mereka dapat mengalami perubahan dalam perilaku yang tidak konsisten dengan kepribadian atau karakteristik mereka yang biasa. Misalnya, mereka bisa menjadi lebih penutup atau lebih agresif secara tiba-tiba.
π΄Kehilangan kesadaran:
Gangguan disosiatif pada lansia juga bisa melibatkan kehilangan kesadaran atau kebingungan mendalam tentang situasi mereka. Mereka mungkin merasa "terjebak" dalam dunia mereka sendiri atau merasa kebingungan tentang waktu dan tempat.
π΄Identitas Ganda:
Meskipun identitas ganda adalah ciri yang khas dari gangguan disosiatif, hal ini mungkin sulit diidentifikasi pada lansia karena perubahan kepribadian atau perubahan identitas bisa dikaitkan dengan proses penuaan alami.
π΄Penampilan Fisik Yang Berubah:
Lansia dengan gangguan disosiatif mungkin mengalami perubahan dalam penampilan fisik mereka ketika berada dalam keadaan yang berbeda. Hal ini bisa termasuk perubahan dalam aksen bicara atau bahasa tubuh.
π¬ Gangguan disosiatif pada lansia bisa lebih rumit dalam diagnosis dan perawatan, karena gejala-gejalanya dapat disalahartikan sebagai bagian dari proses penuaan atau kondisi medis lainnya.
Gangguan disosiatif lebih umum terjadi pada usia dewasa muda, tetapi dalam beberapa kasus dapat terjadi pada lansia. Faktor penyebab gangguan disosiatif pada lansia mungkin mencakup faktor-faktor yang sama dengan gangguan disosiatif pada populasi yang lebih muda, meskipun dengan perubahan-perubahan yang mungkin terkait dengan usia.
Beberapa faktor potensial yang dapat berkontribusi adanya gangguan disosiatif pada lansia :
πRiwayat Trauma Masa Lalu:
Lansia mungkin memiliki pengalaman traumatis pada masa muda atau pertengahan hidup mereka, dan trauma ini dapat menjadi pemicu gangguan disosiatif pada tahap akhir hidup.
πStres dan Krisis di Usia Tua:
Peristiwa stres atau krisis yang terkait dengan penuaan, seperti kematian pasangan hidup, isolasi sosial, masalah kesehatan yang serius, atau kehilangan independensi, dapat menciptakan tekanan psikologis yang meningkatkan risiko gangguan disosiatif.
Stres karena proses penuaan. (Sumber: foto canva.com) |
πPerubahan Neuropsikologis:
Perubahan dalam fungsi otak yang terkait dengan penuaan, seperti penurunan daya ingat atau gangguan kognitif ringan, dapat memengaruhi cara individu merespons dan mengelola stres dan trauma, yang mungkin berkontribusi pada gejala gangguan disosiatif.
πKoping yang Tidak Sehat:
Beberapa lansia mungkin mengembangkan cara-cara koping yang tidak sehat untuk mengatasi stres atau trauma, seperti menghindari konfrontasi dengan mengisolasi diri mereka atau menggunakan penggunaan alkohol atau obat-obatan.
πKehilangan Ingatan atau Kecenderungan Lupa:
Lansia dengan gangguan ingatan atau masalah kognitif mungkin lebih rentan terhadap pengalaman amnesia disosiatif atau perubahan identitas karena kerentanannya terhadap kehilangan ingatan.
πKurangnya Dukungan Sosial:
Lansia yang merasa terisolasi atau kurangnya dukungan sosial dapat mengalami peningkatan risiko gangguan disosiatif karena mereka mungkin tidak memiliki outlet untuk berbicara tentang pengalaman mereka atau mencari bantuan.
Mengobati gangguan disosiatif pada lansia melibatkan pendekatan yang komprehensif dan harus dilakukan oleh seorang profesional kesehatan mental yang berpengalaman dalam merawat gangguan mental pada lansia.
Beberapa langkah yang mungkin dilakukan dalam pengobatan gangguan disosiatif pada lansia:
πEvaluasi Komprehensif:
Langkah pertama adalah melakukan evaluasi komprehensif oleh seorang profesional kesehatan mental. Ini termasuk wawancara dengan pasien dan mungkin juga dengan anggota keluarga atau orang-orang yang memiliki wawasan tentang sejarah kesehatan mental pasien. Evaluasi ini akan membantu dalam penentuan diagnosis yang tepat dan pemahaman terhadap faktor-faktor yang berkontribusi pada gangguan disosiatif.
πPsikoterapi:
Terapi psikoterapi adalah komponen utama dalam pengobatan gangguan disosiatif pada lansia. Terapi terstruktur seperti Terapi Disosiatif Identitas Ganda, Terapi Kognitif-Perilaku, atau Terapi Dukungan Emosional mungkin digunakan. Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengelola gejala disosiatif, mengatasi trauma masa lalu, dan mengembangkan strategi koping yang lebih sehat.
Psikoterapi komponen utama pengobatan disosiatif. (Sumber: foto canva.com) |
πTerapi Keluarga:
Terkadang, melibatkan keluarga dalam terapi bisa menjadi penting, terutama jika ada masalah komunikasi atau konflik dalam keluarga yang dapat memengaruhi kesejahteraan pasien.
πFarmakoterapi:
Meskipun tidak ada obat khusus yang dapat mengobati gangguan disosiatif itu sendiri, terkadang obat-obatan dapat digunakan untuk mengatasi gejala yang mungkin menyertai gangguan ini, seperti depresi atau kecemasan. Pemberian obat harus dilakukan oleh seorang profesional medis yang berpengalaman, dan pasien harus dipantau secara ketat selama penggunaan obat.
πDukungan Sosial:
Membangun dukungan sosial yang kuat dari keluarga dan teman-teman adalah penting. Pasien lansia dengan gangguan disosiatif perlu merasa didukung dan tidak terisolasi.
πPerawatan Kesehatan Lainnya:
Gangguan disosiatif pada lansia seringkali disertai dengan masalah kesehatan fisik. Oleh karena itu, penting untuk merawat kondisi kesehatan fisik yang mungkin ada dan menjaga gaya hidup sehat.
πEdukasi:
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang gangguan disosiatif, gejala, dan proses perawatan dapat membantu mereka memahami kondisi ini dan bagaimana mengatasi gejalanya.
Pengobatan gangguan disosiatif pada lansia bisa menjadi proses yang panjang dan kompleks. Setiap rencana perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi individu. Penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental yang berpengalaman dalam merawat gangguan disosiatif pada populasi lansia.
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2802381/
https://www.mcleanhospital.org/essential/did
No comments:
Post a Comment